Ketika detektif itu berjalan perlahan ke ruangan itu dengan jari di pelatuk, terdengar sebuah suara tembakan bergema di dalam kamar pribadi kelas satu Royal Spade Casino. Mata Eleven membelalak dan dia mempercepat langkahnya.
Walau dadanya berdebar kencang, Eleven tetap berusaha untuk tenang. Dia menyadari jika terburu-buru dan tidak siaga, maka timah panas itu yang akan bersarang di tubuhnya. Polisi muda itu bergerak sambil terus menempelkan punggungnya pada tembok, berusaha mengusir bayangan Spade dengan kepala berlubang dari pikiran. Tangannya menggenggam gagang senjata erat, jari telunjuk di pelatuk, siap melesatkan peluru. Napasnya terdengar begitu berisik di ruangan yang sunyi, apalagi suara detak jantugnya.
Selangkah lagi dan dia tiba di pintu kamar pribadi Spade. Keadaannya terlalu tenang. Eleven melongok ke dalam, mendapati bahwa yang terjadi di luar ekspetasi. Hal pertama yang dia lihat adalah Spade sedang mengacungkan senjata ke arahnya. Tatapan mata pria itu tajam dan tidak ada keraguan di sana. Dia siap untuk menekan pelatuk dan mengambil nyawa orang tanpa rasa bersalah. Rasa lega langsung memenuhi benak Eleven, begitu juga dengan Spade yang langsung menghela napas dan menurunkan pistolnya.
"Aku nyaris menembakmu, El," gumamnya seraya kembali tersenyum.
"Apa yang terjadi?" tanya Eleven memasukkan kembali senjatanya ke holster di pinggang.
Matanya mengamati mayat seorang pria berpakaian jas layaknya tamu tergeletak di lantai dengan lubang peluru di kepala. Ada dua hal yang terlintas di kepala Eleven. Pertama, pantas penembak itu tidak dikenali karena yang diperintahkan untuk membunuh Spade kali ini bukanlah Kohonen. Mayat itu adalah seorang pria berkulit hitam dengan rambut keriting berpotongan cepak. Berumur sekitar tiga puluh tahun. Badannya besar dan kokoh, tampak seperti bekas militer. Eleven makin gelisah, lawan mereka ternyata memiliki pengaruh lebih besar dari yang dia kira. Terhitung sudah ada empat pembunuh bayaran yang mereka sewa. Membuat Eleven bertanya-tanya, apa yang sudah dilakukan Spade sampai membuat sebuah keluarga mafia marah besar dan menginginkan nyawanya.
Hal kedua yang melintas di kepala Eleven adalah Spade memang bukan pengusaha biasa. Dia bukan hanya bisa mengelak dari peluru dua kali tapi juga bisa menembak dengan akurasi yang mematikan. Eleven tidak akan percaya bila Spade mengaku itu peluru salah sasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Eleven Spade
ActionWATTYS 2019 WINNER - M/T category [Action Mystery] | 17+ for mature theme story #62 in Misteri | #32 di Aksi ++++++++++++++++++++++++++++ WARNING! Bukan cerita MAFIA AKSI DI RANJANG. Kalian bakal kecewa kalau mengharapkan itu di sini. ++++++++++++++...