Tembakan meleset. Viscount menggunakan kesempatan itu untuk menjegal Frost, membuatnya jatuh ke lantai dengan kepala terlebih dahulu. Suara benturan keras terdengar tapi Viscount tidak memiliki kesempatan untuk mengecek apakah serangannya berhasil. Dia menghambur ke arah Nicholas. Celakanya, pria tua itu pulih lebih cepat dari keterkejutannya dan melepaskan satu tembakan tepat ke arah Viscount.
Eleven menekan gagang pintu dengan sebuah taruhan besar. Jika siapa pun yang berada di balik pintu mendengar adu tembak yang terjadi di luar, nyawanya akan tamat. Begitu dia membuka pintu, dirinya akan menjadi sasaran tembak. Namun, bila tidak, dia akan memiliki elemen kejutan untuk menghabisi musuh yang kemungkinan besar berjumlah lebih banyak. Tidak ada pilihan mudah dan Eleven memilih untuk mengambil resiko. Bukankah orang-orang kaya menyukai teknologi kedap suara terbaik?
Polisi itu langsung membuka pintu dan mendapati bahwa hanya ada dua orang berbaju jas yang tampak terkejut. Eleven langsung menembakkan peluru pertama tepat ke dada orang di sebelah kiri sebelum berlindung di balik tembok, membiarkan lawannya membuang peluru. Setelah mereda, Eleven dengan mudah menghabisi yang satunya. Keadaan kemudian menjadi sunyi. Namun Eleven merasa tidak nyaman. Seperti damai sebelum badai. Sekali lagi dia memandang sekeliling sebelum melewati pintu. Tak jauh dari pintu, ada pintu darurat dengan tulisan "Exit" menyala terang. Dia mencatat dalam hati dan melangkah masuk.
Ruangan suite mewah tersebut memiliki tema yang sama dengan keseluruhan bangunan. Minimalis elegan. Ada satu set sofa berwarna putih yang menghadap ke arah televisi layar datar dan perapian virtual sementara lampu-lampu berwarna kuning hangat menyinari ruangan temaram tapi cukup jelas. Jendela-jendela besar dari kaca menampilkan kerlip kehidupan malam kota Dallar. Matahari telah sepenuhnya menghilang dari cakrawala.
Sambil terus bersiaga, Eleven melangkahkan kakinya menginjak empuknya karpet berwarna abu-abu tua, meredam ketukan sepatu. Dia menduga mungkin ada pengawal Nicholas yang menyergapnya tapi sejauh ini kosong. Ruangan yang juga merangkap ruang makan tersebut lengang. Ada beberapa pintu tertutup yang mengarah ke kamar-kamar. Eleven terpaksa harus membuka satu per satu.
Pintu ruangan pertama yang paling dekat dengan pintu utama terbuka perlahan, menunjukkan sebuah ruang kerja dengan rak-rak buku dari kayu. Kesunyian menusuk tajam di telinga Eleven. Dia semakin tidak menyukai sistem peredam yang dipasang oleh orang-orang kaya. Jantungnya berdetak kencang. Dia tidak tahu di mana Viscount berada dan bagaimana keadaannya sekarang. Bagaimana bila dia terlambat?
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Eleven Spade
AksiyonWATTYS 2019 WINNER - M/T category [Action Mystery] | 17+ for mature theme story #62 in Misteri | #32 di Aksi ++++++++++++++++++++++++++++ WARNING! Bukan cerita MAFIA AKSI DI RANJANG. Kalian bakal kecewa kalau mengharapkan itu di sini. ++++++++++++++...