Chapter 14

2.7K 350 60
                                    

"Di mana Calista?" tanya Eleven baru sadar kalau wanita kecil itu tidak ada bersama mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di mana Calista?" tanya Eleven baru sadar kalau wanita kecil itu tidak ada bersama mereka.

"Aku menyuruhnya pulang setelah pengawal penggantimu bilang ada orang mencurigakan yang mengikuti kami. Kurasa itu keputusan bagus."

"Setidaknya kau tidak menggunakannya sebagai perisai manusia seperti tadi subuh," balas Eleven dingin.

Sebuah seringai muncul di wajah Spade. "Wah, wah, kau menyadarinya, Eleven."

Eleven harusnya tidak merasa aneh dengan tindakan yang diambil oleh Spade, mengumpankan orang lain untuk melindungi diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eleven harusnya tidak merasa aneh dengan tindakan yang diambil oleh Spade, mengumpankan orang lain untuk melindungi diri. Namun mendengar hal tersebut dari mulut pria itu memberikan dampak yang lebih kuat daripada sekedar mengangkat alis. Eleven dibesarkan dengan norma-norma jelas tentang hitam dan putih, melindungi yang lemah dan mengambil tanggung jawab untuk membela keadilan.

"Kenapa?" tanya Spade melihat Eleven terdiam dengan wajah berkerut. "Kau tidak berpikir aku menerima peluru itu, bukan?"

"Jika aku berada di posisimu, akan kulakukan." Eleven menjawab tanpa ragu. "Tidak ada alasan untuk membiarkan seorang wanita tertembak."

Spade menghela napas sambil berdiri dan merapikan jas. "Kurasa kita berbeda pendapat di sana, Eleven. Jika hari itu aku menerima peluru, aku tidak akan berada di sini sekarang. Kurasa, prinsipku adalah salah satu alasan mengapa aku masih bernapas saat ini."

Eleven tidak membalas, hanya mengikuti Spade berdiri. Polisi itu hanya menyadari bahwa yang dikatakan Spade benar, walau dia tidak sepenuhnya setuju. Perkataan Spade masih menyisakan perasaan tidak nyaman tapi Eleven memilih menyimpan napasnya daripada berargumen. Perbedaan dunia mereka terlalu jauh untuk disatukan. Eleven memilih untuk diam dan melakukan tugasnya melindungi pengusaha itu sampai kasus ini selesai. Setelah itu, dia akan terbebas dari Spade dan perbedaan-perbedaan mereka tidak akan berarti. Mereka akan kembali ke kehidupan masing-masing.

Terdengar bunyi dering telepon selular, membuat Eleven mengambil ponselnya dari saku. Dia melihat nama partnernya berada di sana. Alis Eleven berkerut, bertanya-tanya mengapa Kelana menghubunginya saat pria itu harusnya sedang makan malam bersama sang kekasih.

[END] Eleven SpadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang