Chapter 30

1.7K 267 29
                                    

"Bunny?" tanya Eleven tidak yakin dengan ingatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunny?" tanya Eleven tidak yakin dengan ingatannya. Rasanya dua identitas itu melebur kabur sebelum dia menyadari apa yang terjadi. "Kau menyamar menjadi Calista."

"Tepat sekali!" Bunny memainkan topi di tangannya. "Calista adalah samaranku ketika aku menjadi escort Spade, tapi kita di sini bukan untuk itu. Aku punya informasi tentang Spade dan itu tidak gratis." 

Pantas saja Eleven merasa pernah mengenal Calista

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pantas saja Eleven merasa pernah mengenal Calista. Bunny cukup ahli mengubah wajahnya dengan make up, tapi tidak bisa mengubah tinggi badannya secara drastis. Eleven mengutuki diri dalam hati atas kelalaiannya. Pikirannya terlalu terfokus pada orang-orang yang ingin membunuh Spade dan tidak memperhatikan hal-hal lain yang harusnya bisa dia amati.

"Apa harganya?" tanya Eleven datar. "Dan siapa dirimu sebenarnya?"

Bunny terkekeh genit. "Oh, aku tahu mengapa Vis begitu suka denganmu. Tidak sekarang, Tampan." Wanita itu mendekat dan merapikan dasi Eleven, membuat detak jantung pria itu tidak beraturan. Wangi bunga lembut menguar dari tubuh Bunny bagai candu yang memikat. "Kau harus kembali sebelum dicari. Rekan polisimu itu tidak bisa dipercaya. Dia adalah salah satu dari mereka."

Eleven melangkah mundur untuk menjauhi Bunny, membuat wanita itu terkekeh lagi. "Apa maksudmu?"

Bunny memandang Eleven dengan mata biru elektrik yang kontras dengan rambut pirangnya, membuat Eleven bertanya-tanya bagaimana bisa ada perempuan semenarik ini di dunia. "Kau pikir apa yang membuat penyelidikan kasus penyerangan terhadap Vis menjadi terhambat? Kasus itu tidak lagi menjadi prioritas, karena 'mereka' berhasil mengubah pikiran mayor dan komisaris. Berhati-hatilah, aku akan menghubungimu lagi."

Wanita mungil itu mengedipkan mata sebelum beranjak menuruni tangga darurat, mengingatkan Eleven pada Spade. Eleven ingin mengejar tapi bila apa yang dikatakan Bunny benar, dia tidak bisa menimbulkan kecurigaan Chester. Walau dia masih tidak sepenuhnya percaya pada wanita itu, Bunny adalah satu-satunya cara baginya untuk menemukan Spade. Pikiran Eleven berputar pada kasus kematian Kelana yang ganjil. Chester memang pantas dicurigai, dia tidak memberi tahu tentang kunjungan Kelana ke kantor polisi dan dokumen yang dia baca sebelum terbunuh juga tidak tercantum di daftar barang bukti. Dokumen yang sama yang tersimpan di saku jas Eleven. Pria itu menyentuh dadanya, menyadari bahwa berkas-berkas itu masih berada di tempatnya sebelum membuka pintu darurat, kembali ke dalam kantor.

[END] Eleven SpadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang