"Aku memberikannya berkas penyelidikanku yang terbaru." Pria itu terus mengoceh. Entah untuk mengeluarkan kesedihan atau memang dia suka berbicara. Eleven mengintip kartu identitas yang terjepit di saku kemejanya.
"Berkas tentang apa?" tanya Eleven, merasakan detak jantungnya meningkat penuh ekspetasi.
"Salvatorre Lucchese."
"Apa maksudmu?" tanya Eleven, merasakan kelelahannya mempengaruhi caranya menerima informasi. Setelah ini dia harus segera pulang dan berisitrahat.
Si laborat menatap Eleven dengan noda kekesalan di mata coklatnya. "Berkas tentang Salvatorre Lucchese. Sebentar, aku akan memberikanmu lagi."
Pria itu berjalan pergi sementara Eleven merasakan rasa pusing mencengkram belakang kepalanya erat. Dia memutuskan untuk menunggu sambil menyandarkan diri ke tembok dan menahan diri agar tidak tertidur. Sekitar sepuluh menit kemudian, pria berjas putih itu kembali dan mendekati Eleven hingga tidak ada jarak di antara mereka. Eleven merasakan bau apek menyengat hidung. Namun sebelum sempat dia bergerak mundur, pria itu menyerahkan beberapa lembar kertas tanpa map kepolisian.
"Ini berkasnya. Aku rasa tidak semua orang suka aku menyerahkan benda ini kepadamu," bisiknya sebelum beranjak pergi tanpa berkata apa pun. Eleven menyadari sesuatu yang tidak beres langsung menyelipkan benda itu di balik jasnya dalam sebuah lipatan.
Polisi muda itu ingin bertanya tentang hasil forensik dari tempat kejadian Spade tapi rasa sakit di kepalanya makin menjadi. Dia benar-benar membutuhkan istirahat. Eleven terpaksa menyerahkan keselamatan Spade pada Tuhan sementara dia menikmati tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Eleven Spade
ActionWATTYS 2019 WINNER - M/T category [Action Mystery] | 17+ for mature theme story #62 in Misteri | #32 di Aksi ++++++++++++++++++++++++++++ WARNING! Bukan cerita MAFIA AKSI DI RANJANG. Kalian bakal kecewa kalau mengharapkan itu di sini. ++++++++++++++...