[BHW10] Be your hero

6.6K 654 5
                                    

Elaine memandang tajam dan sinis kepada pria yang masih berada di rumahnya, entah apa yang sedang direncanakan namun yang pasti Elaine merasa ada niat buruk dari kedatangan orang tersebut. Ia melirik ke arah Edric yang tampak santai menikmati makan malamnya, seakan tidak peduli dengan rasa risih yang sejak tadi dilontarkannya agar Edric segera mengusir pria tersebut.

"Jadi..." Edric membuka suaranya setelah menghabiskan segelas air putih. "Kau meminta ijin untuk membawa Elaine?"

Theodore mengangguk tanpa dosa, dia tersenyum menatap Elaine. "Kau tahu bukan kalau semua ini harus kita selesaikan?"

Edric mengangguk setuju. "Benar."

Elaine tidak percaya dengan ucapan Edric, ia bersiap memaki Edric karena dengan mudah terpengaruh oleh kelicikan Theodore. Namun terhenti ketika Edric melanjutkan ucapannya.

"Tapi kau tidak perlu membawa istriku jauh dari pandanganku, Pangeran Theodore."

"Haha.." Theodore tertawa. "Baru kali ini aku mendengar kau memanggilku seperti itu."

Semua berhenti bicara ketika pelayan mulai merapikan meja makan. Pandangan Theodore tidak lepas dari Elaine yang berada di hadapannya, meskipun matanya memandang tajam dan siap membunuhnya kapan pun. Itu adalah daya tarik seorang Elaine yang masih saja membuat Theodore menginginkan mantan kekasihnya tersebut.

Demian muncul setelah pelayan selesai membersihkan meja makan. Pengawal tersebut mendatangi Edric dan berbisik di telinga sang pangeran, wajah Edric langsung terlihat serius hingga membuat Elaine waspada dengan apapun yang dibisikan Demian. Hal yang paling buruk adalah membuat Edric pergi untuk urusan kerajaan dan meninggalkannya dengan pria brengsek tersebut.

"Apa kakakmu mengetahui kau datang ke sini?" tanya Edric setelah Demian selesai berbisik.

"Dia tahu dan dia sendiri yang menyuruhku meminta maaf pada kalian." Kata Theodore yang melirik ke arah Demian.

"Dan kau tahu bahwa perbuatanmu itu tidak akan termaafkan?" kali ini Elaine yang membuka suaranya, tatapannya sangat sinis melebihi ia memandang Edric dengan kebencian.

"Ah ternyata bunga tulip itu tidak sukses membuat harapanku terwujud walaupun aku sudah tulus meminta maaf padamu." Theodore melirik kepada buket bunga yang berada di tengah meja makan.

Elaine mendengus kesal, ia mengambil bunga tersebut dan berdiri. "Kau merusak makna bunga ini." lalu ia melempar bunga tersebut ke arah Theodore.

Edric terkejut melihat sikap Elaine, istrinya benar-benar menakjubkan. Elaine bukanlah orang penting selain menjadi istri seorang pangeran namun berani memperlakukan seorang pangeran dengan rendahan, tidak hanya dirinya, namun Pangeran Theodore pun mendapatkan perlakuan tersebut. Tanpa sadar ia terkekeh merasa nasibnya sama dengan Theodore, tak mudah memang menaklukan seorang Elaine.

Elaine melirik Edric tajam yang terlihat senang di tempatnya. "Apa yang lucu?"

"Tidak," jawab Edric mencoba berhenti tertawa. "Hanya saja kau sangat luar biasa, Elaine."

Sebelah alis Elaine terangkat dan menatap Edric bingung. Namun sebelum ia bicara Edric langsung berdiri dan menatap keduanya dengan santai.

"Bicaralah baik-baik. Aku ingin kalian menyelesaikan semua dan aku tidak akan ikut campur."

"Apa maksudmu? Kau bilang akan melindungiku, Edric?" Elaine terkejut melihat Edric yang tampak berniat pergi. Jemarinya menarik Edric dengan kencang.

"Demian akan melindungimu," Edric melangkah mendekati Elaine, lalu mengecup kening Elaine. "Mari kita selesaikan ini semua, Elaine."

"Apa maksudmu?" lagi-lagi Elaine tidak mengerti dan Edric tidak menjawab pertanyaannya.

4. Be His Wife [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang