[BHW5] Wonderful wife

8.2K 731 19
                                    

"Selamat pagi Pangeran Edric."

Para pelayan dan pengawal yang berbaris rapi di halaman utama menyambut tuan mereka dengan keadaan seadanya, sebagian dari mereka tampak bingung melihat pangeran Edric yang telah kembali. Ketika pangeran tersebut membalas dengan anggukan dan senyuman hangat seperti matahari pagi, mereka melangkah mundur untuk kembali ke pekerjaan mereka.

Baru saja Edric memberikan mantelnya kepada pelayan dan bersiap melanjutkan langkahnya menuju kamarnya, tiba-tiba matanya menatap istri cantiknya berdiri di atas tangga dengan wajah kaget. Ia memberikan perintah kepada pelayan dan Demian untuk pergi lebih dahulu karena ia melihat Elaine yang sedang menatapnya dan melangkah dengan anggun turun dari tangga.

Entah perasaannya saja atau karena hatinya sudah tersihir oleh Elaine, ia merasa kepulangannya kali ini lebih spesial dibandingkan biasanya. Walaupun tak ada pelukan hangat atau kecupan rindu, setidaknya ia melihat Elaine menghampirinya dengan kecantikan yang menyilaukan matanya. Edric benar-benar sudah gila jika berurusan dengan Elaine.

"Kau sudah pulang? Bukankah kau bilang akan berada di pusat selama seminggu?" tanya Elaine yang telah berdiri di depan Edric dengan wajah cantik yang bingung.

Gaun hijau tua yang melapisi tubuh indahnya tampak sempurna berpadu dengan kulit putih Elaine, belum lagi rambut cokelat yang dikuncir menampilkan leher jenjangnya. Hanya saja wajah Elaine tak menambah nilai lebih, hanya kesinisan yang membuat wanita itu tampak dingin.

"Aku kembali untuk mengecek pengasuh untuk Ethan. Kau sudah bertemu?" tanyanya yang melepas sarung tangan dan jam tangan, gara-gara melihat Elaine ia sampai lupa melepasnya.

Elaine mengangguk. "Mungkin dia sedang mengurusi sarapan."

"Apa kau sudah sarapan?" tanya Edric tanpa melihat Elaine.

"Sudah."

"Temani aku sarapan." Edric melangkah lebih dahulu dan diikuti oleh langkah Elaine di belakangnya.

Untuk beberapa perintah, Elaine akan menurutinya. Terdapat peraturan dalam hubungan mereka dan yang paling harus ditegaskan adalah tidak ada hubungan intim lebih dari sekedar bergandengan tangan diantara mereka, itupun hanya boleh dilakukan ketika di ruang publik. Itu adalah peraturan utama yang ditetapkan oleh Elaine walaupun Elaine sendiri tahu bahwa sebenarnya hidupnya telah dibeli oleh Edric, namun Edric setuju.

"Mama!" tiba-tiba Ethan berlari menyusul mereka, dibelakang Ethan sudah berdiri pengasuh barunya. "Aku kira dia adalah mama. Aku sangat malu."

Elaine menangkap Ethan yang memeluk kakinya, dapat ia bayangkan bagaimana Ethan memeluk wanita asing yang dikiranya adalah ibunya. Ia mengangkat kepala Ethan dan tersenyum hangat, lalu kepalanya mengusap rambut tembaga Ethan yang halus. "Do you have breakfast?"

Ethan menggeleng. "Aku ingin sereal!"

"Tidak ada sereal untuk hari ini, Kapten!" Edric berbalik dan menatap Ethan tegas, kebiasaan sarapan Ethan benar-benar tidak bagus dan ia tidak suka.

"Ayolah! Ini yang terakhir kali," Ethan mencoba merajuk papanya.

"Kau sudah sering bicara seperti itu." Edric melanjutkan langkahnya yang menandakan ia tidak ingin mendengar penolakan Ethan. Namun kembali berbalik ketika menyadari sosok lain diantara mereka bertiga dan sebuah senyuman terukir di wajahnya.

"Ah, aku hampir lupa," katanya dan melangkah mendekati pengasuh baru Ethan. Hal itu membuat Elaine menatap Edric dengan tatapan seriusnya.

Abigail tersenyum hangat melihat Pangeran Edric melangkah mendekatinya, ia sedikit menunduk sebagai bentuk hormatnya pada sang pangeran. "Selamat datang kembali Pangeran Edric."

Edric terkekeh mendengarnya. "Aku harap kau menyukai pekerjaan barumu, Abby."

"Tentu saja," Abigail melirik tuan muda Ethan yang berdiri di depan Elaine yang menatapnya, atau lebih tepatnya menatap pangeran Edric dengan penasaran. "Salah satu keinginanku sudah kau wujudkan."

"Ini sangat aneh," Edric kembali terkekeh. "Melihat mantanku mengasuh putraku sendiri. Benar-benar menggelikan."

"Papa, kami akan sarapan lebih dulu." tiba-tiba Ethan menginterupsi percakapan mereka dan melangkah lebih dulu bersama Elaine yang menatap Edric dengan pandangan aneh.

〰⚜〰

"Bagaimana keadaan di sana?" Edric mengajak Abby berkeliling kediamannya dan melewati sarapan paginya.

"Semua seperti biasa. Enrico akan menjadi Letnan di kapal induk." Abigail menjelaskan bagaimana keadaan kampung halamannya.

"Aku tidak menyangka kau akan memanggilku di tengah keramaian kemarin."

Abigail menoleh. "Aku lebih tidak menyangka bisa tidak memelukmu ketika melihatmu."

"Kebiasaanmu itu harus diubah."

Keduanya terlihat menikmati pagi yang sejuk dengan berkeliling taman, rasanya mereka seperti bernostalgia ketika bersama. Namun keadaan mereka saat ini tidaklah sama seperti dulu, karena sekarang mereka telah berpisah. Sejak dulu Abigail memang kebiasaan memeluk Edric, menurutnya Edric memiliki suhu tubuh yang sangat hangat dan nyaman dengan dada yang lapang dan juga tubuhnya yang harum. Edric selalu memiliki ciri khas tersendiri dalam ingatan Abigail.

Tidak berbeda dengan Abigail, Edric juga menganggap Abigail memiliki ciri khas sendiri yang tersimpan dalam ingatannya. Wanita itu selalu mengerti dan perhatian, memberinya sebuah pelajaran yang tidak pernah ia ketahui, dan juga Abigail yang mengajarinya bagaimana menikmati masa muda. Walaupun pada akhirnya Edric memilih menikah muda dengan Elaine.

"Istrimu sangat luar biasa." Abigail memuji bagaimana Elaine selama ini ditinggal Edric, walaupun hanya beberapa hari tinggal di atap yang sama.

Edric tersenyum. "Sangat amat luar biasa."

"Aku sangat iri dengannya." lanjutnya.

"Dan dia bosan mendengar itu." keduanya tertawa. "Dia sangat berhati-hati sampai aku sulit mendekatinya."

Abigail menoleh dengan pandangan sedih melihat Edric. Mungkin rumor diantara mereka yang sering dibicarakan para pelayan benar terjadi bahwa keduanya seperti musuh yang terikat emas. Wajar jika Elaine merasa tidak enak hati dengan Edric yang sangat sempurna, predikat lelaki sejati dengan wajah rupawan yang bertata krama terpatri dalam diri Edric. Namun ia tidak menyangka jika Edric akan sangat mencintai Elaine yang sebenarnya tidak setara dengannya.

"Secara fisik kalian sangat mirip. Tapi sifat kalian sangat berbeda." Edric tersenyum miris.

"Aku kira kau masih mencintaiku ketika aku bertemu dengan istrimu," kata Abigail mengingat pertemuan pertamanya dengan Elaine. "Ternyata aku salah. Kau sangat menyukai wanita seperti itu ya?"

Edric tidak menjawab, dia menoleh ketika melihat Elaine berdiri di seberang mereka. Wanita itu berdiri dan menatap langit membiarkan wajah putihnya disinari matahari yang hangat. Edric seperti sedang melihat bidadari yang berkilauan atau seperti melihat berlian yang sangat indah dan langka. Jantungnya selalu berdetak kencang setiap kali melihat Elaine, bahkan ia harus menyembunyikannya selama ini agar Elaine tidak mendengarnya.

Melihat tatapan Edric yang sangat mengagumi Elaine, Abigail tersenyum. Betapa beruntungnya wanita yang dicintai oleh Edric.

〰⚜〰

Hari ini telah dijadwalkan untuknya menghadiri jamuan yang diadakan Lady Weston ketika siang hari, namun ia belum bersiap sejak pagi. Pakaian untuk ia gunakan saja belum ia ambil dan ia berusaha menghindari perias kerajaan yang telah tiba. Entah kenapa hari ini ia lebih ingin menikmati hari santainya dengan memandang langit biru di taman. Mendengar suara burung, angin yang berhembus sejuk dan juga harum rumput yang menenangkan membuat pikirannya lebih santai.

"Lady Hedwich, sudah waktunya anda bersiap." Laura memanggilnya, pelayannya itu sudah melangkah lebih dahulu darinya.

Ketika Elaine berniat mengikuti Laura, ia melihat Edric dan Lady Collins sedang berjalan bersama di taman. Keduanya tampak senang dengan canda tawa yang terlihat dari kejauhan. Edric tidak pernah sebelumnya seperti itu, bahkan kepribadian Edric yang suka bercanda tidak pernah ia lihat sebahagia itu sebelum bertemu Abby. Tak ingin berpikir lebih dalam lagi, Elaine melanjutkan langkahnya dan berdoa agar Edric dan Abby bisa bersama setelah perceraian mereka.

4. Be His Wife [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang