[BHW15] Nightmare

3.9K 415 19
                                    

Theodore menghabiskan wine dalam sekali tenggak, kepalanya mulai pusing karena terlalu banyak minum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theodore menghabiskan wine dalam sekali tenggak, kepalanya mulai pusing karena terlalu banyak minum. Suara penyanyi serta teriakan mulai tak terdengar oleh telinganya, matanya perlahan rabun namun tiba-tiba menjadi jernih ketika melihat seorang wanita cantik datang dari samping menuju ke arahnya. Tubuhnya secara spontan tegak dan berulang kali mengedipkan matanya.

"Bisa kita bicara?" suara wanita yang telah tertanam di otaknya terdengar jelas dibandingkan suara merdu penyanyi terkenal atau bahkan orang-orang rusuh yang mabuk.

"Elaine? Benarkah ini?" tangannya mencoba menjangkau wajah wanita tersebut, namun tentu saja ditepis secara kasar oleh sang wanita.

"Kau mabuk, aku akan menemuimu besok." Wanita itu berbalik namun ia tidak akan membiarkan wanita itu pergi, dicengkramnya pergelangan tangan wanita itu dengan erat.

"Jangan pergi, aku mohon." Pintanya tanpa sadar. Wanita itu kembali menepis tangannya, namun Theodore kembali memegangnya. "Bukankah ini pilihanmu? Kembali padaku dibandingkan bersamanya?"

Tak ada jawaban dari wanita tersebut, Theodore melirik untuk memastikan bahwa wanita tersebut masih berada di sampingnya. Wajah cantik itu terlihat sinis menatapnya, namun ia tahu ada sebuah rasa sakit yang terpendam didalam kedua bola matanya yang indah.

Wanita itu menghela napas dan mencoba menahan amarahnya. "Pulanglah, aku tidak ingin berbicara dengan pria mabuk."

〰⚜〰

Tak ada yang berani membuka ruang kerja Pangeran Edric, terakhir kali seorang pelayan datang membawa makan siang pelayan tersebut keluar dengan wajah pucat membawa kembali makanan tersebut. Abigail juga tidak bisa meredakan amarah seorang Edric jika sudah seperti itu, karena marah seorang yang sabar lebih menyeramkan dibandingkan pemarah orang biasanya. Demian pun saat ini sedang ditugaskan untuk mengawasi Elaine dari kejauhan meskipun tanpa diminta oleh Edric, selain itu ia juga menghindari kemarahan sang Pangeran.

Edric memandang surat cerai yang baru saja dibuat pengacara kerajaan, ini adalah dokumen terberat yang harus ia tanda tangani dibandingkan tugasnya yang lain. Entah kenapa ia merasa sang pengacara langsung membuat surat cerai tanpa banyak bicara seperti biasanya dan yang membuatnya bingung ia menuruti keinginan Elaine untuk berpisah.

"Haa..." Edric mengusap wajahnya dan menutup dokumen tersebut, menyikirkan kertas terlaknat itu dari pandangannya. Lalu kursi kerjanya berputar untuk menatap ke luar jendela, terik matahari tidak terlalu panas karena saat ini sedang musim semi. Matanya menangkap pemandangan Ethan yang sedang bermain di rumput hijau bersama Abigail, putra tunggalnya itu sudah terlalu dekat dengan Abigail karena memang ketika kecil Ethan sempat dirawat oleh Abigail.

Tiba-tiba teringat masa lalunya bersama Abigail, wanita yang selalu mengajarkannya tentang dunia ini. Wanita bebas yang tetap anggun, wanita yang rela tersakiti hanya untuknya, wanita yang terlalu baik untuk seorang Edric. Andai saat itu ia menikahi Abigail mungkin keadaannya sekarang lebih labil dan bahagia, mungkin mereka akan berkeliling dunia tanpa peduli tugas kerajaan. Namun takdir bercanda dengannya, ia dipertemukan oleh seorang Elaine yang lebih menantang untuk adrenalinnya sebagai pria. Latar belakang perempuan itu yang membuat Edric ingin melindunginya, yang ingin memiliki sepenuhnya, dan meninggalkan Abigail yang telah memberikan segalanya.

4. Be His Wife [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang