demi mereka, atau kamu?

9 0 0
                                    

demi mereka, atau kamu?

seberapa banyak kamu di kecewakan oleh waktu?
butuh berapa lama kamu mengerti akhirnya rasa gusar yang belakangan ini mengikis hati, merupakan rindu?
mengerti tentang penantian, yang berakhir dengan tanda kesia-siaan?
mengharapkan dia yang berharap pada orang lain, berbahagia dengan yang sama sekali bukan kita.
menjadi paling terkuat saat dunia mencoba melemahkan mu, memberikan dia waktu dengan kebahagiaanya meski bahagia dengan yang sama sekali bukan kamu,
di jadikan yang paling terakhir saat dia yang selalu jadi prioritas pertamamu.
ah, bukan.
bahkan tidak di jadikan sama sekali saat dia yang selalu jadi prioritas pertamamu.

sakit, kah?
menyimpan perasaan itu dalam hatimu sendiri, saat dia sama sekali tidak pernah menyadari?
menyakinkan otakmu yang keras itu bahwa harapan sedang berjalan?
melihat bayangannya pergi, bersamaan dengan hati yang tiba-tiba merasa iri?
tidak cukupkah diam-diam itu memberi tahu kau bahwa tidak lagi ada jalan?
sudah berapa banyak sayatan luka yang melekat di hatimu?
sudah berapa banyak juga plaster yang mencoba menutupi bekas-bekas luka itu?
tidak cukup, kah?
belum puaskah kamu dengan mempertaruhkan hatimu dengan kemungkinan sakit lagi?
sebuah tempat yang selalu kamu perjuangkan untuk berakhir dengan bahagia, yang kemudian di tutup oleh waktu saat orang ketiga datang, membuat kamu menghitung mundur langkah ke belakang.
lalu, hilang.

tolong, pikirkan.
ambil langkah sejauh mungkin dari sakit yang membuat hatimu tidak stabil.
jangan biarkan dia masuk lebih dalam, jangan biarkan dia memainkan pisau dengan gampangnya di hatimu lebih lama.
tolong, sekali ini, undur diri dari segala sesuatu yang membuat kapasitas hatimu memburuk. aku pernah merasakannya.
melihat kebawah hanya mendapatkan guling yang sudah basah karena air mata tak mau berhenti, menggerutu diam-diam karena dia selalu di pikiran dan tak mau pergi.
aku pernah merasakannya.
aku mengerti rasanya, aku mengerti butuh waktu yang lama untuk melepaskan.
untuk memperbaiki apapun yang sudah rapuh dan rusak.
untuk mencoba mengganti hari-hari dengan lembaran yang tidak menyediakan dia di dalamnya.
untuk mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja meski menyadari aku masih tenggelam dalam tangis itu sendiri.

pergi dan lepaskanlah.
kali ini, perhitungkan apa yang kau korbankan dengan apa yang kau dapatkan.
apakah itu setimpal?
apapun itu, yang selama ini yang kau sebut cinta?
bukan. bukan. cinta tidak seperti itu wujudnya. bukankah cinta harusnya menjadi obat penawar rasa sakit yang menjalar di hatimu? lalu kenapa cinta itu malah yang menimbulkan setiap rasa nyeri yang menyebar lewat nadimu?

terimalah, dan percayalah.
meski bukan dia yang akan berdiri di garis akhir, kau tahu pasti bahwa Tuhan telah menyiapkan seseorang yang lebih.
mungkin bukan dia, tapi pasti akan ada gantinya. terima, dan percayalah.
kamu tak kan bisa menebak apa yang akan di tulia Tuhan dengan pulpennya di lembaran baru cerita kehidupanmu, kan?

sampai ketemu di lain waktu.
ku harap, saat itu tiba, kamu sudah bersama dengan sosok yang lebih baik.
sosok yang Tuhan simpan untuk kamu setelah sadar bahwa dia bukan satu-satunya.

untuk sekarang, sampai jumpa di lain waktu

A NOTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang