Twenty eight

13.2K 1.3K 423
                                    

     Hari ini tanggal merah. Azela pun memanfaatkannya dengan bermalas-malasan. Ia merebahkan diri sembari memainkan ponsel-nya.

Tring!

    Sedari tadi, suara notifikasi yang berasal dari ponsel Azela terus berbunyi. Tetapi notifikasi kali ini, berbeda dari yang lain. Azela langsung membuka pesan tersebut dengan cepat.

Galeno ❤️ : Dmn?

"Kyaa!!" Seru Azela bahagia sembari mengguling-gulingkan tubuh nya sendiri. Lalu dengan cepat, ia mengetik balasan untuk pesan tersebut.

 Lalu dengan cepat, ia mengetik balasan untuk pesan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Azela membelalakkan mata-nya. Ia membaca kembali pesan tersebut. Berulang-ulang ia membaca-nya, tetapi pesan tersebut tidak berubah. Itu berarti, pesan tersebut nyata.

    Dengan gerakan cepat, Azela mulai bersiap-siap. Ia memilih menggunakan dress santai dan hanya memoleskan make up tipis di wajah-nya. Tepat setelah ia selesai bersiap-siap, ponsel nya berbunyi.

"Gue udah didepan gerbang rumah lo. Buruan,"

Tut.. tut
Setelah berbicara satu kalimat tersebut, penelfon tersebut langsung menutup telfonnya.

"Huft.. positive thinking aja. Mungkin Galeno hemat pulsa," gumam Azela.

Lalu, ia turun menuju gerbang rumah nya. Ia sedikit heran mengapa Galeno tidak masuk saja ke dalam pekarangan rumah-nya. Begitu sampai di depan gerbang rumah, dilihat nya mobil Galeno terpakir disana.

"Hai!" Sapa Azela sembari membuka pintu mobil Galeno dan masuk ke dalam.

"Lama," ucap Galeno dengan datar tanpa menoleh kepada Azela.

"Udah kodrat-nya perempuan dandan lama,"

"Gak perlu dandan udah cantik, kok," gumam Galeno dengan begitu pelan.

"Hah? Apa?" Tanya Azela sembari mengerutkan kening-nya.

Galeno hanya menggeleng pelan. Lalu, ia mulai menjalankan mobil-nya.

"Lo.. kenapa gak masuk ke-parkiran rumah gue aja?" Tanya Azela.

Galeno sempat diam sebelum menjawab pertanyaan tersebut. "Ada Bella, gue ga enak,"

Kini, giliran Azela yang terdiam. "Oh gitu," ucap-nya sembari tersenyum tipis.

"Jangan nethink. Bagi gue, lo sama dia itu beda."

"Apa beda-nya?"

"Dia cuma temen gue. Kalo lo...,"

Azela mulai tersenyum. "Kalo gue apa?"

"Musuh gue."

Senyum Azela memudar. Ia memasang wajah kesal-nya. "Oh,"

Galeno tertawa kecil. "Bercanda. Bagi gue, lo itu orang yang cukup spesial,"

The popunior'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang