Thirty six

10.7K 1.1K 103
                                    

"Azela Faihatama,"

"Haha lo gak jago ngelawak deh beneran," ucap Azela sembari tertawa.

"Gue gak bercanda,"

   Melihat raut wajah Aland yang serius, Azela terdiam. Azela baru menyadari bahwa Aland tidak bermaksud menyebutkan nama Lona atau Lolly, tetapi ia memang menyebutkan kata 'lo' yang berarti dirinya sendiri.

"Gak usah dipikirin, gue udah tau reaksi lo bakal kayak gimana," ujar Aland.

"Lo.. suka sama gue?"

Aland mengangguk. "Tenang aja, gue udah berusaha lupain perasaan itu kok. Gue gak bakal jadi orang ketiga diantara hubungan lo dan Galeno,"

"Tapi...,"

Tet! Tet!!
Ucapan Azela terputus oleh bel masuk sekolah membuat Azela mengumpat pelan.

Aland mengangkat berkas ditangannya. "Gue mau kasih berkas ini, bye,"

Setelahnya, ia berjalan pergi meninggalkan Azela yang terdiam dengan perasaannya yang campur aduk. Ah sudahlah, Aland sudah tahu bahwa Azela tidak akan pernah memiliki perasaan kepadanya.

Oh ya, tidak ada yang sadar bahwa sedari tadi adegan mereka terlihat dan terdengar sangat jelas oleh seseorang diujung sana.

                                        🌹

"Makan,"

Azela menoleh, tersadar dari lamunannya. "Hah?"

Galeno menunjuk piring berisi kentang ditengah meja yang mereka tempati di kantin. "Itu dimakan,"

"Iya," ucap Azela. Ia memakan kentang tersebut dengan pandangan kosong, seperti memikirkan sesuatu.

Galeno menghembuskan nafas nya pelan. "Gue ke kelas aja ya,"

"Ih, jangan!"

"Ngapain disini? Lo mikirin Aland terus,"

"Kok tau?" Sadar akan ucapannya, Azela spontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Eh, bukan gitu maksud gue,"

    Galeno tidak menunjukkan reaksi apapun, ia sudah tahu bahwa Azela pasti sedang memikirkan Aland. Tidak ada yang tahu bahwa ia menyaksikan kejadian tadi pagi dari awal hingga akhir.

"Gal, sorry," kata Azela sembari menggenggam tangan Galeno.

Galeno tersenyum tipis. "Gapapa,"

"Gue mikirin Aland karna tadi pagi dia...,"

"Dia nyatain perasaan ke lo,"

Azela mengerutkan keningnya. "Tau darimana?"

"Gue liat kalian berdua tadi pagi,"

Seketika, jantung Azela berdegup cepat. Persis seperti orang yang ketahuan selingkuh oleh pacarnya.

"Gapapa, kok. Gue gak marah," ucap Galeno.

"Beneran gak marah?" Galeno mengangguk. "Gue bakal jauhin Aland kalo itu yang lo mau,"

"Jangan,"

Azela mengernyit. "Kenapa?"

"Jangan pernah nyakitin hati orang yang sayang sama lo. Mungkin, dia memang sangat menganggu. Tapi tolong hargai dia. Mencintai orang yang gak peduli sama kita itu gak segampang yang lo pikirin."

"Halah tai,"

Galeno mengerutkan kening-nya. "Gue serius. Hargain dia tapi jangan berlebihan, karena lo pacar gue."

"Dulu itu lo sering banget nyakitin hati gue, lo gak pernah hargain gue. Sekarang malah sok-sok an bikin quotes," kata Azela sembari memutar mata kesal.

"Gue minta maaf soal yang dulu. Tapi sekarang, gue janji gak akan nyakitin hati lo lagi. Lo adalah pacar gue sekarang, dan gue akan bikin siapapun gak berani nyakitin lo, termasuk gue."

🌹

      Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Azela berjalan sendirian menuju parkiran mobil, Galeno tidak bersama nya karena ia harus berlatih basket.

"Azela," terdengar suara yang memanggilnya dari belakang.

    Azela menoleh ke sumber suara. Dan ketika menyadari siapa yang memanggilnya, rasa gugup melanda dirinya tak karuan.

"Hai," balas Azela tersenyum kaku.

Aland berjalan mendekat. "Pulang sama siapa?"

Azela berjalan mundur, berusaha menjauh dari lelaki dihadapannya. "Sendiri, gue bawa mobil,"

"Jangan canggung gitu," ucap Aland.

"Hehe, i-iya,"

Aland menarik nafasnya. "Maaf kalau gue nyatain perasaan di saat yang sangat gak tepat. Better late than never. Tadi nya, gue mau nyatain perasaan gue sama lo secepatnya walaupun gue yakin lo gak akan punya perasaan yang sama. Tapi lo jadian duluan sama Galeno, dan gue gak sempet nyatain perasaan itu,"

Azela menggaruk tengkuk-nya canggung, ia tersenyum kaku dan ia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.

"Please, jangan karena gue nyatain perasaan gue ke lo, hubungan kita jadi canggung. Gue mau kita tetep jadi temen deket kayak biasa, anggap aja hal ini gak pernah terjadi,"

"Gue bakal usahain,"

Aland mengernyit. "Usahain?"

Azela mengangguk pelan. "Gue bakal berusaha anggap hal ini gak pernah terjadi. Gue susah lupa,"

"Maksud lo.. mulai sekarang gue gak bisa jadi temen lo lagi?"

Azela terdiam. Ingin sekali ia menjawab bahwa bukan begitu yang ia maksud, tetapi lidah nya sangat kaku.

"Tolong, jangan jauhin gue. Tolong tetap jadi sahabat gue karena gue sadar kalau gue gak akan bisa milikin lo sampai kapanpun,"




Kayaknya part kali ini gak jelas ya? Maaf lagi ga mood tapi maksa kejar target 🙏🏻

The popunior'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang