Thirty two

11.7K 1.2K 195
                                    

author lagi rajin update lol

     Setelah Galeno bersikap dingin terhadapnya tadi, Azela tetap tidak goyah. Ia tetap menyaksikan pertandingan sampai selesai. Dan untung-lah, tim sekolahnya menang dengan point 6-2.

"Azela!" Ucap seseorang yang tiba-tiba saja datang.

Azela yang sedang bermain ponsel diatas kap mobil nya pun menoleh. "Eh, Ra. Udah selesai?"

Kinara mengangguk. "Udah, nih. Lo mau anterin gue ke rumah, nggak? Bryan masih sekolah soalnya,"

"Iya nanti gue anterin," jawab Azela.

"Gue ke toilet dulu, ya," pamit Kinara.

Azela mengangguk. Setelah Kinara pergi, ia kembali melihat pintu keluar berkali-kali.

Dan tak lama kemudian, yang ditunggu-tunggu telah tiba. Galeno berjalan keluar sendirian. Semua orang sudah tidak heran akan hal itu karena ia tidak pernah dekat dengan orang lain selain sahabat-sahabat nya. Ia tipe orang yang terlalu dingin sampai malas menjalin pertemanan dengan orang lain.

"Galeno!" Panggil Azela sembari turun dari kap mobil nya dengan terburu-buru.

Galeno menoleh, lalu memutar bola mata nya malas. Ia terlihat risih.

"Galeno, tunggu!" Seru Azela, ia menarik tangan Galeno karena Galeno tetap berjalan tidak memperdulikannya. "Lo kenapa, sih?!"

"Kenapa apanya?" Tanya Galeno.

"Pertama, lo gak bales chat gue. Tadi, lo sinisin gue. Dan sekarang, lo cuekin gue. Gue salah apa?!"

"Bacot,"

Azela sangat terkejut. Galeno yang dulu telah kembali.

"Dan sekarang lo ngomong gue bacot? Ada apa sih sama lo?! Gue buat kesalahan sampe lo marah?!" Seru Azela dengan wajah memerah menahan marah dan sedih.

"Berisik. Gue mau pulang," kata Galeno, lalu ia hendak berjalan meninggalkan Azela.

Azela sudah tidak dapat membendung air mata nya lagi. Ia menangis karna lelaki. Untuk pertama kalinya.

"Apa ternyata gue juga cuma bahan taruhan kayak Bella?!" Seru Azela.

Galeno tetap berjalan tanpa menoleh sedikit pun. Ia tidak memperdulikan Azela lagi.

🌹

Azela menangis tersedu-sedu. Mengapa Galeno berbuat seperti itu padanya? Ia mulai menerka-nerka, apakah ia juga termasuk taruhan Galeno dan teman-temannya.

Tok, tok!
Terdengar pintu kamar Azela diketuk. Azela menutup wajahnya dengan selimut, ia tidak ingin bertemu dengan siapapun saat ini.

Krek.

Pintu kamar terbuka, tetapi tidak terdengar suara apapun. Sampai akhirnya terasa seseorang duduk di pinggir ranjang Azela.

"Azela?"

Suara tersebut terdengar lembut. Tetapi ini bukan suara wanita. Azela sangat kenal dengan suara ini.

Suara yang selalu mengomeli-nya di hari Senin. Ah, pasti Azela hanya menghayal.

"Dia tidur, ya?" Gumam orang tersebut. Lalu, ia menarik selimut yang menutupi wajah Azela.

Azela terkejut, ini bukan hayalan. Ini benar-benar nyata. "Aland?" Ujar-nya dengan parau.

Aland pun tak kalah terkejut. Ini tidak seperti wajah Azela seperti biasa dengan penuh senyum. Wajah Azela sembab, banyak ingus di hidung-nya, tapi tidak mengurangi kecantikannya di mata Aland.

The popunior'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang