Thirty nine

16.7K 1.3K 398
                                    

Waktu berjalan sangat cepat bagi Azela. Semenjak kejadian dimana ia bertemu ayah kandungnya, ia tidak bisa berhenti memikirkan tentang kelanjutan hubungannya dengan Galeno. Dan hari ini, adalah hari pertama Azela masuk sekolah setelah 1 minggu ia memutuskan untuk tidak masuk.

"Pagi!" Sapa Aland begitu Azela berjalan masuk ke dalam gedung sekolah. Aland sudah menunggu nya tepat di depan gedung, sesuai permintaan Azela. Azela ingin ia selalu dekat dengan Aland, entah mengapa tetapi ia merasa sangat nyaman di dekat nya.

Azela tersenyum. "Pagi juga,"

Mereka berdua pun berjalan masuk bersamaan.

"Akhir nya lo masuk juga," ucap Aland dengan senyum lebar nya.

"Kangen, ya..?" Goda Azela.

"Ge-er. Gue cuma kesepian aja gak ada yang bisa gue ledekin,"

Azela tertawa, Aland pun ikut tertawa. Ia sangat bahagia jika ia bisa melihat Azela tersenyum kembali. Akhir-akhir ini, ia jarang tersenyum dan tertawa seperti biasanya.

"Lo gak bawa mobil, kan? Mau gue anterin pulangnya?" Tanya Aland.

Azela mengangguk. "Boleh, lo gak ada kegiatan os—,"

    Tiba-tiba, ucapan Azela terputus. Ia melihat seseorang yang berusaha ia hindari selama 1 minggu ini dengan mati-matian. Galeno, sedang berdiri tepat di bawah tangga. Ia menatap Azela dengan sangat tajam dengan wajah datar-nya. Aura mengerikannya sangat terlihat di mata Azela. Tetapi, tampak nya ia sama sekali tidak berniat untuk menghampiri ataupun memanggil Azela.

"Kenapa?" Tanya Aland melihat Azela yang tiba-tiba terdiam.

Azela menggeleng. "Enggak, yuk lanjut jalan," ucap nya sembari tersenyum.

    Akhirnya, ia dan Aland melanjutkan berjalan kembali. Dan Galeno, tetap menatap mereka sampai mata nya tidak dapat menjangkau mereka lagi.

                                      🌹

Azela menghembuskan nafas nya pelan. Ia bosan. Ia menunggu Aland sejak 30 menit yang lalu. Tiba-tiba saja saat istirahat kedua tadi, Aland mengatakan bahwa ia harus mengikuti rapat osis setelah pulang sekolah. Sebenarnya, Aland mempersilahkan Azela jika ia ingin pulang duluan. Tetapi, Azela ingin tetap menunggunya. Dan yang sedari tadi Azela lakukan hanya bersender di motor Aland dan memainkan ponsel-nya.

"Azela," terdengar suara seseorang memanggil nama-nya.

Spontan, Azela langsung mengangkat kepalanya dan melihat seseorang yang sangat tidak ingin ia temui saat ini sedang berdiri tepat didepan-nya. Tetapi Azela sadar, ia tidak boleh berlama-lama lari dari masalah.

Azela tersenyum kaku. "Hai,"

"Kenapa akhir-akhir ini lo selalu menghindar dari gue?" Tanya Galeno to the point. Ia sangat tidak suka bertele-tele.

"Gue.. gak menghindar, kok,"

"Lo gak angkat telfon gue, lo gak bales chat gue, dan lo gak keluar saat gue ke rumah lo. Itu yang lo sebut gak menghindar?"

Azela terdiam.

"Apa kita masih pacaran?" Tanya Galeno.

Azela menggeleng pelan. "Gue.. gak tau,"

Galeno menghembuskan nafas nya pelan. Lalu, ia menarik tangan Azela secara tiba-tiba dan berjalan menuju motor-nya.

"Galeno, gue mau pulang sama Aland!" Seru Azela sembari berusaha melepaskan tangannya.

Galeno tidak menjawab. Begitu mereka sudah didepan motor Galeno, Galeno langsung mengambil helm yang digantung di motor nya dan menyerahkan kepada Azela.

"Pake," ucap Galeno.

"Gue mau pulang sama Aland, Gal...," kata Azela.

"Lo bisa minta jemput dia di rumah gue,"

Azela mengernyit. "Untuk apa gue ke rumah lo?"

"Papa kita undang lo ke rumah."

                                      🌹

"Azela, papa—"

"Kenapa papa nyakitin mama?" Kata Azela menyela ucapan ayah-nya.

     Saat ini, Azela sudah berada di rumah Galeno setelah Galeno berhasil memaksa nya tadi. Begitu Azela datang tadi, tampak jelas raut wajah haru dan rindu yang mendalam diwajah ayah Azela terhadap anak kandung pertama-nya. Tetapi saat ayah-nya hendak memeluk Azela, ia menjauh dan tidak ingin melakukan kontak fisik apapun dengan ayah-nya. Memang, ia rindu dengan ayah-nya. Tapi, rasa benci-nya karena ayah Azela telah menyakiti ibu kandung-nya lebih mendominasi diri nya.

"Papa gak pernah bermaksud menyakiti mama kamu...," jawab ayah nya dengan sendu.

"Kalau papa gak pernah bermaksud begitu, gak akan ada Galeno dan Galih di dunia ini, pa,"

"Iya, Azela.. papa tau, papa salah. Jadi tolong maafkan papa dan biarkan papa menjelaskan semua nya..,"

Azela terdiam, menatap ayah-nya dengan tatapan datar.

"Dulu.. saat mama kamu hamil.. papa melakukan kesalahan. Ya, papa selingkuh. Dengan mama Galeno dan Galih," ucap ayah-nya mulai bercerita.

Mendengar hal itu, Azela menatap ibu kandung Galeno dan Galih yang duduk di samping ayah nya dengan tatapan penuh benci. Ibu kembar Arsenio memang sangat baik hati kepada Azela. Tetapi, ia menyakiti hati mama Azela. Dan Azela sangat membenci hal itu.

"Maafkan tante... tante gak tahu kalau ayah kamu sudah memiliki istri yang sedang hamil..," ucap ibu kembar Arsenio dengan tatapan sendu kepada Azela.

"Ini bukan salah mama Galeno dan Galih, Azela.. ini semua salah papa," tambah ayah Azela.

"Ini semua memang salah papa," celetuk Azela.

Ayah Azela melanjutkan ceritanya. "Sampai Galeno dan Galih lahir, mama kamu belum tau kalau papa selingkuh. Akhirnya, saat kamu berumur 4 tahun, papa menjelaskan semuanya kepada kedua istri papa. Mama Galeno dan Galih bisa menerima bahwa papa ternyata sudah memiliki istri, walaupun ia juga sakit hati. Tapi, mama kamu tidak terima dan mengusir papa."

Azela terdiam. Ia melirik Galeno dan Galih yang berada disamping-nya. Galeno dan Galih tampak fokus mendengarkan, dengan wajah datar nya. Azela jadi tidak mengetahui apa yang Galeno dan Galih rasakan saat ini. Apakah mereka sedih atau marah? Atau mereka merasa biasa saja?

   Ayah Azela mengeluarkan selembar berkas dan menunjukkannya kepada Azela.

"Ini akta lahir kamu yang pertama," ucap-nya.

Azela menatap nama yang tertera disana.
Azela Arsenio...

"Azela.. Arsenio?" Tanya Azela heran.

Ayah Azela mengangguk. "Azela Arsenio adalah nama asli kamu. Saat papa dan mama kamu berpisah, mama kamu sangat membenci papa dan akhirnya memutuskan untuk mengganti nama belakang kamu dengan nama belakang-nya. Yaitu Azela Faihatama, sama seperti Aneta Faihatama,"

Azela membisu. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Hubungan kita.. gimana?" Ucap Galeno tiba-tiba.

"Itu hal yang tidak perlu ditanyakan lagi, Galeno... kalian itu saudara kandung," jawab ayah mereka.

"Kalian harus mengakhiri hubungan kalian...,"

Maap updatenya lama, author lupa punya aplikasi orange ini 😂

The popunior'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang