💐e i g h t e e n

355 58 6
                                    

[ Warning!¡ ]
[ ada bagian yang menyentuh(?) rated 18+
kebijakan pembaca diharapkan:') ]

Gue masih inget omongan Jinyoung tadi. Dan Jinyoung bener.

Gue emang sakit. Tapi gue gak mau berakhir sama Jongin. Apalagi berakhir karna gue yang gak pemaaf.

Gue duduk di kursi kantin dengan lesu. Sambil ngaduk ngaduk pop ice vanilla latte gue pake sedotan.

Sampai gue mendapati satu titik, satu titik di ujung kantin.

Sampai gue mendapati satu titik, satu titik di ujung kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia.

Natap kesini.

Tapi dia pake masker, oh iya jelas, dia lagi sakit kan karna semalem hujan hujanan.

Gue menghela nafas pelan. Ini saatnya gue kalahin ego gue.

Gue berdiri dan berjalan kearah dia. Dia udah panik dan mau pergi begitu aja sesaat setelah tau gue jalan ke arah dia. Sampe gue manggil dia, dan nyuru dia diem ditempat.

"Jongin, diem!" Kemudian dia mematung.

"Kenapa disini?"Tanya gue setelah berdiri didepan dia.

Dia mengusap tengkuknya pelan.

"Gue, mau liat lo"

Gue terdiam.

"Tadi, lo langsung pergi begitu aja. Gak bangunin gue juga, padahal semalem gue nungguin lo bangun sampe ketiduran disebelah lo"Jarinya bertautan, khas dia yang sedang gugup ketika menjelaskan sesuatu.

Hhh, Jongin... kenapa lo harus sebegitu gugupnya sih ngejelasin gini doang?, harusnya gak perlu setakut ini. Ini bikin gue merasa makin kesel sama diri gue sendiri karna buat lo kayak gini.

"Gak usah beginian segala, ngomong yang berani sama gue. Tatap mata gue. Harus tegas, jangan lembek!"Gue melepaskan tautan jemarinya.

Dia menatap gue dan menghela nafas pelan.

"Selestia, gue gak pernah ada niatan untuk jadi gak sebegitu menghargainya sama barang pemberian lo. Lo tau kan gue itu lupaan? Apalagi kemarinan gue emang lagi banyak tugas karna ngurusin proposal ekskul"Jelas dia, dan gue mulai ingat kalau kemarinan emang Jongin sedang sangat sibuk.

Karna dia ketua ekskul, dia harus sibuk nyiapin proposan ini itu buat acara gabungan ekskul di sekolah.

Aduh, Selestia kenapa lo juga selupa itu?

Gue terdiam. Tau, kalau gue yang salah. Bukan Jongin yang gak menghargai gue. Gue menunduk memandangi ujung sepatu Jongin.

"Terus, kenapa lo masuk? Kan lo masih sakit. Harusnya diem dirumah"Cicit gue pelan. Gue gamau liat dia.

"Ngomong yang jelas coba, yang tegas. Tatap gue"Ujar dia membalikan ucapan gue.

Gue menghela nafas pelan dan mengangkat wajah gue.

Tapi kemudian, gue merasakan bibir gue menyentuh bibir lembut milik Jongin. Gila, jarak Jongin deket banget, kok gue gak sadar.

Dan ini kantin anj. Gue baru aja mau melepaskan tautan bibir kita, tapi Jongin keburu menahan tengkuk gue dan malah melumat bibir gue pelan.

"..engh.." Lenguh gue pelan sambil memegang erat lengan Jongin.

Kemudian Jongin melepaskan tautan kita dan mengecup bibir gue pelan, sekali lagi.

Dan baru lah dia menjauhkan wajahnya. Wajah gue udah merah gak karuan.

"Gak marah lagi kan ya? Jangan marah ya, aku beneran gak maksud, darl"

"Ayo, temenin aku makan, laper nih"Terus yang gue inget setelah itu, tangan gue yang ditarik dia menuju ke meja gue yang tadi.

boyfie materials; Jongin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang