6

752 92 9
                                    

Don't forget to click star :)
.
.
.

Yifan membuka pintu itu segera setelah melihat jam yang melingkar ditangannya tepat menunjukan angka 6. Ia sama sekali tidak ingin terlambat untuk makan malam bersama keluarga kecilnya.

Sungguh, semenjak ia memilih untuk berkeluarga, ia tidak pernah melewatkan makan malam serta sarapan di rumah. Baginya, pertemuan-pertemuan kecil seperti itu sangat berarti, karena Yifan memiliki waktu yang sibuk.

"Aku pulang" ucapnya saat memasuki apartement itu, ia melepas sepatunya dan segera menggantinya dengan sandal rumah.

"Papa!" pekik seorang anak kecil—Fei—yang tiba-tiba datang dari arah kamar. Dengan cepat, Fei menerjang Yifan dan memeluk kaki Yifan erat.

"Astaga anak Papa" Yifan meletakkan tas kerjanya sembarangan lalu beranjak untuk menggendong Fei.

Meski diusianya yang telah menginjak 6 tahun, namun entah mengapa sifat manja Fei kepada Yifan tidak pernah bisa hilang. Bisa jadi karena Yifan terlalu memanjakannya ataupun mungkin ada suatu ikatan tak kasat mata yang menghubungkan mereka.

"Bagaimana harimu?" tanya Yifan setelah menciumi seluruh wajah Fei.

"Sangat menyenangkan, aku banyak bertemu teman baru. Mereka semua mencoba berbicara padaku, tapi aku tidak terlalu mengerti." Fei bercerita dengan ekspresi yang berganti-ganti.

Yifan tersenyum, ia berjalan ke arah dapur sambil menggendong anaknya serta mendengarkan cerita putrinya dengan seksama.

"Hm? Benarkah? Apa kau menemukan yang seperti Li Jun?" tanya Yifan menggoda.

"Papa!" ucap Fei memprotes. Yifan pun terkekeh dibuatnya.

"Eo, gege sudah pulang?" Yifan menoleh dan menemukan istrinya sedang berdiri di balik konter dapur, sedang memotong sayuran.

Yifan berjalan ke arah istrinya, ia memeluk istrinya dengan satu tangan lalu mencium puncak kepalanya.

"Aku sudah janji" ucapnya. Kemudian ia menurunkan Fei, "Bermainlah, setelah ini papa akan menemanimu bermain" ucapnya.

Lynn—istrinya—tersenyum, "Kau ingin mandi atau makan terlebih dahulu?" tanyanya.

Yifan terlihat berfikir, kemudian ia menjawab, "Mandi" Lynn mengangguk, tanpa bicara lagi ia segera menuju ke kamar mereka untuk mengisi air hangat di bathtube.

Yifan haruslah bersyukur berulang kali kepada Tuhan karena memiliki Lynn sebagai istrinya yang sempurna serta Fei yang begitu menggemaskan. Meski Yifan tidak pernah merencanakan ini semua, tapi Yifan merasa benar-benar beruntung.

Mungkin awal dari kisah mereka bukanlah kisah yang terlalu indah bahkan bagus pun tidak, tapi untuk apa mempersalahkan masa lalu jika pada kenyataannya sekarang mereka begitu menikmati, begitu bahagia pada hidup yang mereka jalani.

Hanya satu yang mengganjal dihati Yifan. Pandangannya tertuju pada Fei yang sedang menggambar diruang tengah. Ya, Fei, hanya Fei yang selalu membuatnya gelisah.

Bukan, bukan karena Fei bukanlah anak kandungnya. Demi Tuhan, ia tidak pernah membedakan Fei, ia selalu menganggap Fei adalah anak kandungnya sendiri.

Melainkan ini lebih kepada ketakutan, ketakutan akan kehilangan Fei. Ia hanya takut, suatu saat nanti akan ada orang yang mengambil Fei dari mereka berdua. Jika itu terjadi, sungguh, Yifan tidak akan pernah membiarkannya, apalagi jika mengingat apa yang telah dilalukan orang itu.

Yifan tersentak dari lamunannya saat sepasang tangan melingkari perutnya, reflek ia menoleh dan mendapati istrinya tengah memeluknya.

"Astaga kau mengejutkanku" ia tersenyum lalu mengusap tangan Lynn yang melingkar diperutnya.

[KYU🔜] LATEWhere stories live. Discover now