RAMA 05 - SIFAT BAIK

307 10 0
                                    

Jatuh cinta. Perasaan macam apa itu? Apakah rasanya senang? Apakah rasanya gembira? Aku sungguh tak pernah tahu sebelumnya. Seolah ini baru pertama kali kurasakan.

Semua itu kurasakan ketika aku berada di dekat Bunga. Ia adalah sesosok gadis yang polos. Seringkali aku dibuat tertawa oleh tingkahnya yang lugu. Bunga adalah sosok yang menyenangkan. Aku tak bosan-bosan bila bertemu dengan dirinya.

Meski aku sudah tahu Bunga sejak SMP, namun aku baru benar-benar tahu siapa Bunga itu. Dan bagaimana kepribadiannya. Yang jelas hal yang paling kusuka dari Bunga adalah sifatnya yang ceria dimanapun ia berada.

Sama seperti saat itu, saat pulang sekolah aku agak sedikit terlambat karena harus menyalin beberapa catatan Biologi yang diberikan oleh guru. Ketika hendak berjalan pulang, tiba-tiba aku melihat Bunga sedang berdiri di depan gerbang sekolah. Ia nampak sendirian. Dari gerak-geriknya, aku rasa ia sedang bingung.

Aku pun menghampiri Bunga dari belakang.

"Hai Bunga!" sapaku.

Mendengar sapaanku, Bunga langsung menoleh. Ia terlihat terkejut akan kedatanganku yang tiba-tiba ini. Kulihat wajahnya berubah warna menjadi merah. Ia nampak seperti menahan-nahan sesuatu.

"Oh Rama! Aku pikir siapa. Kukira komplotan penculik ingin menculikku dan meminta tebusan."

Aku terdiam sesaat. Kulirik Bunga. Apa yang ia bicarakan? Aku tak mengerti.

"Oke.. Itu agak drama." kataku.

"Maafkan aku, Rama. Aku masih terngiang adegan serial Son of Anarchy yang disetel Sally minggu lalu di rumahku."

Aku tertawa kecil. Ternyata ada juga perempuan yang menonton serial itu. Kukira takkan ada perempuan yang menyukainya. "Tak apa. Kau belum pulang?"

"Ini mau pulang, tapi belum ada bus yang lewat." kata Bunga sambil menoleh ke kanan dan kiri.

"Ee... Bunga." Aku ikut menoleh ke arah bahu jalan. "Jalan depan sekolah kita tidak dilalui bus."

"Oh!" Kulihat Bunga nampak kesal, entah kepada siapa dan arena apa. "Biasanya aku dijemput mama.. Tapi sepertinya hari ini mama tidak bisa datang."

Mendengar kata-kata Bunga, aku jadi tersenyum. "Bagaimana kalau aku antar kau naik bus? Kita bisa berjalan sampai di ujung jalan sana. Di sana ada halte bus."

"Boleh."

Bunga pun menggenapi ajakanku. Kami berdua berjalan bersama sembari mengobrol ringan.

"Tadi kau bilang, mamamu yang biasa menjemputmu sepulang sekolah?" tanyaku.

"Iya. Tapi hari ini sepertinya dia sibuk."

"Sibuk?" Aku bertanya.

"Menulis artikel cara mengurus remaja. Kau bisa baca artikel mamaku di majalah Good Housekeeping. Semua ibu-ibu sudah dibodohi oleh artikel itu."

"Mamaku juga membaca artikel di majalah Good Housekeeping." ujarku karena seingatku Ibu pernah membeli majalah itu di toko buku langganan di Mall.

"Eh?" Bunga nampak terkejut. Ia seperti merasa bersalah padaku. "Maafkan aku.."

"Hahaha... Tak apa. Mereka memang suka membacanya." jawabku.

Tak lama kami berbincang santai, kami telah tiba di ujung jalan. Aku mengajak Bunga menyebrang bersama. Kami berjalan ke arah halte bus yang tak jauh dari tempat kami berdiri. Sesampainya di sana, kami berdua pun menunggu bus yang lewat bersama kira-kira ada 4 penumpang lainnya.

KEMBALI KE AWAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang