Kejadian yang terjadi minggu lalu benar-benar telah merubahku. Aku menjadi sedikit tertutup. Kemana-mana aku selalu merenung. Tak ada lagi senyum yang singgah di bibirku. Bahkan mama dan papa sempat bertanya padaku saat berkumpul di ruang makan. Namun aku tak dapat memberikan jawaban kepada mereka.
Seperti yang bisa kalian rasakan sendiri. Apakah kalian pernah diputuskan oleh pacar kalian sementara kalian lagi sayang-sayangnya? Dan ketika minta balikan, ternyata mantan kalian sudah jadian dengan sahabat kalian sendiri. Menurutku kesedihanku ini masih dalam taraf wajar.
Patah hati memang membuat diri ini menjadi malas untuk melakukan sesuatu. Jangankan untuk beraktivitas, bangun dari tidur di pagi hari saja terasa enggan. Seperti malas bergerak untuk menyambut hari baru. Seolah memang hari-harimu tidak ada gunanya lagi. Namun demi mengambil ijazahku, aku sempatkan kembali masuk ke tempat yang penuh kenangan ini.
SMA Pelita Bangsa. Adalah tempat yang banyak menyimpan memori bagiku. Tanpa terasa 3 tahun sudah aku menimba ilmu di tempat ini. Ada banyak cerita. Bahkan di setiap sudut sekolah, aku punya cerita tersendiri.
Cerita tentang bagaimana saat pertama kali aku menjejakkan kaki ke sekolah ini. Mengikuti Masa Orientasi Siswa. Belajar. Bermain bersama teman-teman. Argh, semua terlalu banyak bila harus kuceritakan satu per satu. Yang ada semua itu hanya akan membuat air mataku tertumpah kembali.
Aku berjalan menuju ruang tata usaha sekolah. Ternyata di sana sudah ada beberapa murid lainnya yang menunggu untuk mengambil ijazah. Setelah mendaftar ke petugas, aku pun kembali duduk untuk menunggu giliran.
Sembari duduk, aku termenung sesaat. Pikiranku agak mengawang membayangkan hidupku setelah ini. Ke depannya, aku akan berjalan sendirian. Aku akan menempuh kehidupan seorang diri. Memikirkan hal itu membuat hatiku agak sedikit cemas.
Tak ada lagi kekasih. Tak ada lagi sahabat. Aku tak tahu apakah aku akan sanggup menjalani hari-hariku setelah ini? Aku menjadi sangsi pada diriku sendiri.
Tiba-tiba air mataku menitik kembali. Dalam penglihatanku, aku dapat melihat wajah Rama sekelebat. Bayangannya kabur dan sangat cepat berganti. Rupanya gambaran Rama sedang berpelukan dengan Sally hari itu masih menghantuiku. Aku tak tahu kapan bayangan itu bisa menghilang dari otakku?
Baru saja aku asyik melamun, tiba-tiba seorang gadis berlari datang menghampiriku. Wajahnya terlihat sangat cemas. Nafasnya terengah-engah ia paksakan untuk berbicara denganku.
"Bunga... Bunga... Gawat! Kau harus lihat ini!" kata gadis itu dengan nada yang sangat panik.
"Ada apa ini?" Aku bertanya dengan wajah bingung.
Gadis yang baru kukenali sebagai teman beda kelasku yang bernama Sari itu menarik nafas panjang.
"Aku tak bisa menjelaskannya! Pokoknya kau harus ikut aku sekarang!" Sari memaksaku untuk mengikutinya.
Aku masih bingung dengan sikap Sari. Kulirik beberapa teman lain yang sama bingungnya dengan diriku. Namun karena penasaran, aku pun bergegas mengikuti Sari.
Kami berdua berjalan setengah berlari menuju lapangan basket. Dari kejauhan, kulihat ada kerumunan orang yang sangat ramai. Hatiku semakin bertanya-tanya ada apa gerangan?
Aku berlari mendekat ke arah kerumunan itu. Kudengar mereka meneriakkan sesuatu yang tak jelas. Perasaanku berubah tak enak. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku pun menerobos masuk ke dalam gerombolan orang-orang ini.
Setelah berada di dalam kerumunan, aku melihat dua orang perempuan sedang berkelahi satu sama lain.
"Astaga!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI KE AWAL [COMPLETED]
RomanceBunga mencoba move on setelah putus dengan Rama. Namun kemana pun ia melangkah, ada bayangan sang mantan di situ. - 14 Juni 2018 -