RAMA 12 - TENDANGAN DAN LARANGAN

386 16 0
                                    

Gio dan Andre sudah berada di depanku. Mereka berdua memandangiku dalam-dalam. Gio terlihat melipat kedua tangannya di depan dada, sedangkan Andre duduk di meja kantin. Gaya mereka berdua ibarat polisi yang sedang mengintrogasi seorang pelaku tindak kriminal.

"Jadi, sejak kapan itu bermula?" tanya Gio.

Aku melirik Gio. "Sewaktu aku mendatangimu di klub malam itu." jawabku.

"Jadi waktu itu? Sudah kuduga. Apa saja yang lakukan dengan Sally?" tanya Gio lagi.

Aku menundukkan wajah. "Aku.. Aku tak dapat mengingat detilnya. Yang kuingat hanya, aku minum, berdansa, lalu aku mengajak Sally pergi ke sebuah ruangan."

"Kau benar-benar bajingan, Rama." kata Andre sambil melempar botol air mineral kosong kepadaku.

Secara refleks, aku menangkap botol itu. "Lalu apa yang harus kuperbuat? Aku khilaf. Waktu itu aku sungguh marah dan ingin melampiaskan kemarahanku. Aku tak sadar apa yang sudah kulakukan..." aku makin frustasi. Kujambak halus rambut di kepalaku dengan kedua tangan.

Gio dan Andre saling pandang.

"Kau benar-benar gila. Mengapa kau tak pikir panjang?" kata Andre.

"Bagaimana kalau masalah ini sampai terdengar satu sekolah? Kau bisa hancur, Rama." imbuh Gio.

"Iya aku tahu! Aku tahu! Aku sudah hancur, bro... Sejak aku putus dari Bunga, aku rusak. Aku bahkan tidak tahu lagi bagaimana hidupku setelah ini." kataku dengan nada putus asa.

Gio memasang wajah iba padaku. "Lalu, apa yang kau lakukan setelah ini?"

Kutarik nafas panjang. "Aku akan tanggung jawab pada Sally."

"Sumpah... Ini gila! Aku tidak bisa lagi ikut-ikut seperti ini. Ini sangat kacau." Andre seperti kehabisan kata-kata.

"Kau ingin pergi?" tanyaku pada Andre.

"Iya. Aku tak mau ikut campur masalah seperti ini." kata Andre yang tak mau lagi meelihat wajahku.

Aku berdiri dari tempat dudukku lalu berjalan ke arahnya. "Jadi sekarang kau ingin meninggalkanku? Setelah aku mendapat kesulitan seperti ini. Teman macam apa kau?" kataku dengan nada yang agak meninggi.

"Maafkan aku, Rama. Tapi ini sudah keterlaluan." kata Andre.

"Kau lupa saat kau membutuhkan bantuan uang lalu kau mencariku? Saat ibumu perlu biaya operasi. Siapa yang memberimu uang?" tanyaku.

Andre balik menatapku. "Rama, aku hargai pertemanan kita selama ini. Kau tahu latar belakangku bagaimana. Hal ini sama sekali tidak bisa kutoleransi. Lebih baik, aku menghindar." Setelah berkata seperti itu, Andre pergi meninggalkanku.

Aku kembali duduk. Emosiku semakin meluap-luap. Gio terus memperhatikanku. Ia sama sekali tak berani menegur diriku yang sedang terbakar api kemarahan.

"Rama, kau tahu mengapa Andre bersikap seperti itu.." kata Gio dengan lemah lembut.

Ya. Aku tahu mengapa Andre berubah menjadi seperti itu. Ibunya adalah seorang single parent, dimana ia lahir dan besar tanpa ayah. Makanya Andre sangat membenci orang yang melakukan hubungan seks di luar nikah.

Tapi aku ini kan berbeda.. Aku mau bertanggung jawab atas perbuatanku. Aku takkan menelantarkan Sally. Seharusnya ia tidak perlu bereaksi berlebihan seperti itu.

Belum selesai aku memikirkan masalah Andre, tiba-tiba seorang teman berlari datang menghampiriku. Wajahnya terlihat sangat cemas. Nafasnya terengah-engah ia paksakan untuk berbicara denganku.

KEMBALI KE AWAL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang