Kutatap wajah Adam dengan kedua mataku. Wajahnya terlihat putih berseri. Sinar matahari senja menerangi matanya yang berwarna cokelat terang. Hembusan angin meniup rambutnya yang ikal. Terlihat sungging senyum di bibir Adam yang merah.
"Ada apa, Bunga?" tanya Adam.
Aku tak menjawab pertanyaan Adam. Aku hanya menggelengkan kepala lalu memeluk tubuh Adam yang terbalut oleh setelah jas berwarna hitam. Kupeluk erat tubuh Adam. Ia balas memelukku.
"Ada apa ini?" tanya Adam.
Aku masih tak ingin menjawab pertanyaan Adam. Dengan kostum pengantin ini, kami berdua berpelukan di atas dermaga Pantai Ancol. Hangatnya sinar matahari menyentuh kulitku. Membuat hatiku sedikit bergetar.
Apa yang kurasakan saat ini? Aku bingung. Aku bahkan tak bisa mendefiniskan apa yang ada di dalam hatiku. Ini terasa aneh. Seperti ada sesuatu yang mengganjal.
Apakah semua calon pengantin merasakan hal yang kurasakan? Perasaan sehari sebelum kalian akan menikah? Apakah kalian merasakan perasaan ini?
Apakah ini normal?
Aku terus bertanya dalam hati. Ya, mungkin ini adalah hal yang wajar. Sebab sehari setelah ini, aku akan memasuki babak baru dalam hidupku. Wajar saja jika aku merasakan ada sedikit perasaan ragu yang berkecamuk dalam hatiku.
"Baiklah! Kita istirahat sebentar!" teriak sang juru kamera.
Kami semua istirahat sejenak dari kegiatan pemotretan ini. Aku segera melepas pelukanku dari tubuh Adam lalu berjalan meninggalkannya untuk duduk di bangku yang sudah disediakan. Dengan menyingsing gaun pengantinku, aku duduk di atas bangku itu. Kuseruput air mineral dalam kemasan untuk mengusir dahaga dalam tenggorokanku.
Aku memperhatikan sekelilingku. Kupandangi satu per satu kru pemotretan prewedding dari wedding organizer yang telah kupilih. Mereka nampak lalu lalang mempersiapkan kamera untuk pengambilan gambar selanjutnya tepat saat matahari tenggelam.
Soal perasaanku tadi, aku masih memikirkannya. Benarkah ada keraguan dalam hatiku? Bagaimana aku bisa memulai ini jika belum apa-apa aku sudah ragu pada jalan yang kupilih?
Tanapa kusadari, Adam berjalan ke arahku. Ia duduk di bangku sebelahku sambil meneguk minuman kaleng. Melihatku termenung, Adam mulai membuka suara.
"Hai Bunga, kamu tidak apa?" tanya Adam.
Kulirik Adam sejenak lalu aku menggelengkan kepala dan kembali fokus memandang langit di senja hari.
"Kalau kamu punya masalah, ceritakanlah pada saya." kata Adam.
Aku meneguk ludah. Ini bukan sesuatu yang perlu aku bicarakan padamu. Ini adalah hal yang sensitif.
"Sesensitif apapun hal itu, utarakanlah."
Aku kembali melirik Adam. Akhirnya setelah sekian lama kupendam, aku mengutarakan apa yang kurasa hari ini pada Adam. "Ini bukanlah hal yang penting."
"Bunga, kita sudah komitmen dari awal. Sekecil apapun masalahnya, kita akan cari jalan keluarnya sama-sama, ya kan?"
Lidahku tak mampu berucap kembali. Ada kata-kata yang ingin kubicarakan namun ini semua tertahan. Aku harus mencari pilihan diksi yang tepat untuk menyampaikannya pada Adam.
"Hari ini... Aku merasa takut." ujarku.
"Takut apa?"
"Kamu tahu... Aku seperti merasakan perasaan semacam.... Takut untuk melangkah." kataku. "Apakah ini semua benar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI KE AWAL [COMPLETED]
RomansaBunga mencoba move on setelah putus dengan Rama. Namun kemana pun ia melangkah, ada bayangan sang mantan di situ. - 14 Juni 2018 -