14. Tetangga pt.2

709 74 6
                                        

"Bagimana? Enak tidak?" Tanya Kannika sambil membawa dua gelas air mineral ke meja makan.

Ia lalu duduk di kursi, sambil menatap Lisa dengan senyum di wajahnya. Lisa mengangguk, Phad Thai buatan Kannika memang lezat. Rasa phad thainya sama seperti yang pernah ia makan di Thailand.

Membuatnya rindu rumah.

"Baguslah, kalau kau suka. Ayo habiskan!" Seru Kannika semangat.

Lisa mengangguk sambil terkekeh kecil. Ia dan Nika kemudian melanjutkan kegiatan makan mereka.

Beberapa hari ini Lisa dan Nika cukup sering menghabiskan waktu bersama. Pergi ke salon bersama, mengobrol sampai larut malam, dan Nika yang memasak makanan Thailand untuk Lisa. Hampir seluruh kegiatan dilakukan bersama.

Lisa rasanya nyaman berteman dengan Nika, mungkin karena Nika orang Thailand seperti dirinya. Tapi Nika sendiri orangnya asik, dan tidak membosankan.

Dan hubungannya dengan Hyera masih renggang, Hyera lebih sering diam saat berada dimobil dengan Lisa, begitu juga saat di Apartement. Tapi kemarin, Hyera datang ke Apartemen Lisa. Lisa awalnya senang, karna ia pikir ia akan berbaikan dengan Hyera.

Namun, harapannya itu tidak terwujud. Hyera malah memarahi dan menasehatinya agar tidak terlalu dekat dengan Nika. Ia juga terus terusan menggumamkan nama 'Miyu'. Lisa bingung, bahkan sangat bingung. Ada apa dibalik sikap Hyera akhir akhir ini?

Sekali.

Lisa hanya pernah mendengar nama Miyu sekali. Yang ia dengar, Miyu itu adalah senior se agensinya. Tapi entah kenapa tidak ada yang membahas atau mengenalkan Miyu padanya. Padahal ia dan seniornya kerap kali disatukan dalam acara makan besar agensi, tapi ia tidak pernag melihat seseorang yang dikenal dengan nama Miyu itu.

Sebenarnya siapa Miyu? Apa hubungannya dengan Hyera?

"Hei, jangan melamun." Tegur Nika sambil menepuk bahu kiri Lisa.

Lisa terkesiap, sedikit terkejut. Tapi setelah itu ia hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Kalau sudah selesai makan, mau bantu aku membuat sesuatu lagi?" Tanya Nika sambil beranjak dari posisi duduknya, ia berjalan menuju kulkas dan membukanya.

"Membuat apa?" Tanya Lisa penasaran.

"Mango sticky rice!!!" Seru Nika semangat. Tangannya memegang dua buah mangga khas Thailand.

Lisa tersenyum senang, ia pun ikut beranjak dan mendatangi Nika. Ia lalu memegang mangga itu dan mencium baunya.

"Wah, baunya...,"

"Harum sekali kan? Seperti di Thailand." Nika terkekeh kecil, lalu dibalas anggukan kecil oleh Lisa.

"Nah, sekarang bantu aku membuatnya ya." Nika lalu mengambil semua bahan bahan dan peralatan yang dibutuhkan.


Lisa mulai membantu Nika dan mengikuti seluruh instruksi dari Nika. Dan setelah menghabiskan cukup banyak waktu dan tenaga, akhirnya Mango sticky rice mereka siap.

Mereka pun segera mencobanya, awalnya Lisa dan Nika menikmati dengan santai. Tapi setelah beberapa sendok, Lisa baru menyadari sesuatu. Rasa ini terasa cukup familiar, ah bukan familiar karna ini rasa yang pernah ia makan di Thailand. Tapi inu rasa yang sama persis seperti buatan ibu salah satu sahabatnya.

"Kau...., dapat resep ini darimana?" Tanya Lisa sedikit ragu.

Nika terdiam sejenak, lalu dengan cepat menjawab,
"Ini resep dari ibuku."

"Jadi kau adalah Kannika sahabatku?"

Nika tersenyum sedikit miring, lalu segera mengangguk,
"Akhirnya kau mengingatku!"

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu, ya! Bagaimana keadaan adikmu? Apakah operasinya berjalan lancar?" Tanya Lisa.

Nika tersenyum kikuk sebelum menjawab. Matanya sempat menyorotkan kepanikan kecil.

"A-Ah? Operasinya lancar. Saat ini ia baik baik saja."

"Baguslah," Ucap Lisa sambil menghembuskan nafas lega.

Terereng!

Suara notifikasi panggilan telepon dari handphone Nika berbunyi. Membuat perhatian mereka berdua ter-alihkan. Lisa lalu segera berjalan dengan langkah yang agak cepat menuju meja makan dimana handphone Nika diletakkan.

Setelahnya, ia mengambil handphone itu. Sempat ia lihat nama orang yang tertera disana 'Hyera Kim'. Lisa terkejut. Tapi saat ia hendak memperhatikan dengan lebih jelas, handphone itu sudah dirampas dengan kasar oleh Nika.

"Jangan sembarangan menyentug handphoneku." Tegur Nika dengab tatapan tajam.

Lisa bingung.

"Aku kan hanya membantumu untuk mengambilnya,"

"Ck, apapun alasannya jangan pernah menyentuhnya tanpa ijin. Karna ini bagian dari privasiku."

"Tapi....,"

"Sudah sana pergi, moodku buruk." Usir Nika.

Lisa kesal, niatnya baik tapi kenapa malah dibentak seperti ini? Tapi Lisa hanya bisa memendam kekesalannya dalam hati.

Namun, disini Lisa bisa mengetahui keganjalan dari Nika. Hyera dan Nika tidak saling mengenal dekat untuk sekedar bertukar nomor ponsel, tapi kenapa ia bisa memiliki nomor Hyera? Dan kenapa Hyera meneleponnya?

Sepertinya, masalah ini akan jauh lebih rumit. Haruskah ia meminta bantuan pada kedua teman lelakinya?

*********

Agoraphobia part 14 selesai!

Yeay!!!

Hai gais, maaf baru bisa update soalnya aku lagi ulangan wkw tapi hari ini terakhir jadi aku bisa update. Dan ini juga lebih pendek:(

Maaf ya lama banget, mungkin sudah ada yang lupa sama ceritanya? Wkwkw.

Dan jangan lupa kasih vote dan komennya.

Dadah meng!!!

Agoraphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang