Untuk saat ini, Arsy beranggapan bahwa kejujuran dan kenyataan yang apa adanya lebih penting dibanding pengakuan yang sulit dipercaya.
🌿
Malam harinya Ardian memilih untuk menelfon Arsy, kejanggalan sikap Arsy tadi siang benar-benar menggelitik pikirannya. Apalagi semenjak Ardian mengakui perasaannya, ia merasa kalau Arsy justru makin jauh darinya.
Cowok itu sedang berjalan menuruni tangga, menunggu Arsy mengangkat telfonnya. Teman-temannya ada di rumah. berhubung mama-papanya belum pulang, jadi mereka memilih untuk kumpul di rumah Ardian, sekalian bermain Wii yang sudah lama tidak mereka mainkan.
Ardian sengaja turun ke bawah dan meninggalkan teman-temannya di kamar, biarlah mereka mau melakukan hal apapun di kamarnya, yang bercokol di pikirannya sekarang hanya Arsy.
Terdengar sambungan yang diangkat oleh Arsy, Ardian cepat-cepat menyahut.
"Halo, Ar," dan saat itu juga Ardian merasakan pundaknya disentuh, maka dia menengok ke belakang dan mendapati setan di belakangnya.
"Aaaaaaaa," pekik Ardian. Dia sedang heboh sekarang.
"Auapa sieh, bang. Geue Shita buekan seutean," balas setan itu. Eh, bukan, Shita maksudnya.
"Ngagetin aja, muka lo serem banget pake di putih-putih segala. Dan btw, Shita sama setan gak jauh beda," gerutu Ardian kepada adiknya.
"Heuhe, soury, Bang. Meuskeran biauer caentek," jawab Shita.
"Ah, udah, pergi sana lo. Eneg gue liat muka lo," usir Ardian mendorong adiknya agar jauh-jauh dari dia.
Shita memajukan bibir bawahnya, tapi dia menurut saja ketika Ardian mendorongnya. Toh kalau lagi maskeran jangan banyak bicara.
"Ardian, lo masih di sana?" suara Arsy menyadarkan Ardian kalau telfonnya sudah tersambung.
"Eh, iya, Ar," jawab Ardian dengan kaku.
"Tadi siapa?" tanya Arsy dengan lembut—oke, jarang sekali Arsy seperti ini.
"Adek gue," balas Ardian singkat.
"Kalian berdua lucu ya, enaknya gitu ya kalau punya saudara kandung."
Ternyata Arsy mendengarkan sedikit keributannya dengan Shita.
"Lucu apanya? Adek gue itu super rempong," ucap Ardian sambil menyandarkan tubuhnya pada meja makan.
"Tapi tetep asik kan, Ar, kalau punya saudara kandung. Gak akan kesepian," ucapan Arsy terdengar sendu di telinga Ardian.
"Kapan-kapan gue ajak lo ketemu adek gue deh," usul Ardian yang dengan segera membuat Arsy tersenyum malu di balik telfon.
"Boleh," jawab Arsy singkat.
Kemudian terjadi hening yang cukup lama.
"Ardian, ada apa lo nelfon gue?" tanya Arsy membuat Ardian lagi-lagi tersadar.
Apa dia barusan melamun? Kok bisa.
Ah, sudahlah, lupakan.
"Gue pengen nanya soal tadi siang dan yang kemarin-kemarin. Kok lo keliatan aneh, lo enggak kelihatan kesel dan enggak juga keliatan seneng, lo seakan cuek sama gue. Ada apa?" tanya Ardian membuat Arsy sejenak terdiam.
"Gue cuma lagi agak gak enak badan," jawab Arsy yang sepenuhnya berbohong.
"Lo sakit? Gue jenguk lo ke rumah ya," kata Ardian yang terdengar cemas.
Yah, kayaknya Arsy salah bicara.
"Eh nggak usah, Ar. Gue udah lumayan baikan kok."
"Ar, gue tahu ada yang lo sembunyiin dari gue," ujar Ardian membuat Arsy sedikit terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HRL-2] Girlboss & Troublemaker
Teen Fiction[ON GOING!] Ardian Rizki Mahendra adalah makhluk bumi paling menyebalkan bagi seorang Arsy Sirina Kaldera. Tapi, tanpa Arsy ketahui, dibalik sifatnya yang menyebalkan, Ardian punya sejuta rahasia yang mungkin jika Arsy tahu, bisa saja pandangann...