Chapter 18b

486 16 0
                                    

Apapun itu, aku merasa beruntung memiliki kamu.

🌿

Dini sedang memperhatikan kedua anaknya yang sedang berebut remot TV, mereka masih seperti anak kecil di usia mereka yang sudah berstatus anak SMA. Dini mengurut keningnya yang terasa pusing, belum ada seminggu dia di rumah, bahkan dia baru 4 hari pulang. Tapi dia dibikin capek lagi dengan tingkah kedua anaknya itu.

"Bang, ngalah dikit kek sama adiknya, apalagi adiknya cewek," protes Shita sambil menarik-narik remote yang ada di genggaman Ardian.

"Gak penting," jawab Ardian ketus.

"Kalian bisa gak sih gak berantem tiap hari?" tanya Dini yang mulai terlihat kesal.

Ardian dan Shita menjawab bersamaan dengan sama kesalnya, "Gak."

Singkat, tapi bisa membuat Dini pusing berkepanjangan. Akhirnya dia memilih bersabar menunggu Ardian dan Shita capek untuk bertengkar hanya karena remote TV. Dia duduk di sofa dekat kedua anaknya itu, sambil menutup kedua telinganya dengan telapak tangan, Dini melihat insiden itu dengan mata ngantuk.

"Abang gak sayang banget sih sama adeknya," gerutu Shita, kini gantian Ardian yang merebut remote dari tangan Shita.

"Lo-nya aja gak sayang sama gue, buat apa gue sayang sama lo?" tanya Ardian yang membuat Shita membelalakan matanya.

Dia memprotes, "Kok Bang Ardi jadi baper sih?" kedua alisnya saling tertaut.

"Gue cuma bales ucapan lo, apa salahnya?" kata Ardian, alisnya naik satu.

"Ada yang salah, Bang Ardi sayangnya sama Kak arsy, sama gue-nya enggak," Shita memajukan bibirnya, dia berhenti berebut dengan Ardian dan kini tangannya menyilang di depan dada.

Dini yang mendengar nama yang cukup asing baginya itu segera membuka telapak tangannya dari kuping dan mencermati jawaban Ardian.

"Gue sayang sama kalian berdua," jawaban Ardian terdengar melunak.

"Tapi Bang Ardi gak pernah perhatian sama Shita, perhatiannya sama Kak Arsy melulu," celetuk Shita masih terdengar ngambek.

Ardian menatap adiknya baik-baik, kenapa sekarang jadi Shita yang baper. "Gue abang kandung lo, Shita. Gue gak bisa macarin lo," jawab Ardian enteng.

Shita mendesah kesal, "Bukan itu, Bang, maksud gue."

"Lo sejomblo apa sih sampe harus ngemis perhatian?" ketus Ardian, entah kenapa dia akhir-akhir ini sering terbawa emosi jika berbincang dengan Shita, bahkan dia tak pikir panjang untuk mengeluarkan kata-kata menyakitkan dari mulutnya.

"Gue gak ngemis perhatian," elak Shita.

Ardian menatap Shita dengan sudut matanya. "Lo bisa cari cowok."

"Kalian berdua, dengerin mama," tiba-tiba Dini bersuara dengan lantang sampai-sampai membuat dua orang yang sedang berdebat tadi berjengit kaget.

"Mama gak suka liat kalian berantem," tegasnya.

"Bang Ardi agak sensian akhir-akhir ini, Ma. Lagi patah hati kali," jawab Shita.

Dini menatap Ardian menyelidik. "Kamu udah punya pacar?"

Ardian menggeleng. "Belum."

"Terus siapa Arsy yang kalian sebut-sebut tadi?" tanya Dini lagi, dia sedang dalam mood untuk mengintrogasi anak-anaknya.

"Dia kakak kelas Shita, Ma. Sekelas sama Bang Ardi dan tambahan lagi, Ma. Kak Arsy itu gebetannya Ardian," tutur Shita apa adanya.

"Apa yang dikatakan Shita benar, Ardian?" pertanyaan Dini terdengar menajam.

Ardian lagi-lagi menggeleng, "Enggak."

Shita memolot, bagaimana Ardian bisa bilang tidak, padahal jelas-jelas kedekatan Ardian dengan Arsy sudah jelas nyatanya.

"Terus selama ini lo nganggep Kak Arsy apa? Jangan mainin perasaan perempuan dong, Bang," Shita angkat suara.

"Dia calon pendamping hidup gue dan gue gak mainin perasaan dia," jawab Ardian tegas.

Dini dan Shita yang mendengar pernyataan Ardian membulatkan matanya tak percaya Ardian bisa punya jawaban seperti itu.

"Bang, lo jangan ber—" ucapan Shita terpotong oleh suara Ardian.

"Gue gak pernah bercanda dengan apa yang gue rasain."

Sebenarnya Ardian jadi seperti ini bukan tanpa alasan, beberapa hari dia sering curhat kepada Asraga, Asraga tidak keberatan, bahkan dia bersedia dengan senang hati karena bisa memberikan masukan-masukan mengenai hubunganya dengan Arsy.

Dia hanya ingin berusaha tegas dengan perasaannya. Ardian selalu menginginkan Arsy mau bertemu dan menyelesaikan masalah mereka dengan baik, Ardian tidak memaksa, dia hanya berusaha tegas, itu saja.

Perasaan bukan untuk dijungkir-balikan, iya kan?

"Ardian, mama jadi khawatir sama kondisi psikologis kamu. Kamu enggak lagi pengen minta izin buat nikah muda kan?" tanya Dini yang terdengar sangat amat kahwatir. Tapi bagi Ardian itu terasa menggelitik, dia tertawa menanggapi pertanyaan mamanya.

Dini semakin mengerutkan keningnya, dia semakin khawatir kalau anaknya itu tidak baik-baik saja.

"Nikah muda gak pernah ada di daftar keinginan Ardian, Mama. Untuk saat ini, statusnya masih calon pacar. Tolong restuin, Ma, biar dia gak nolak Ardian," kata Ardian, suaranya sudah terdengar lebih halus dibanding yang tadi.

"Biarin aja Kak Arsy nolak Bang Ardi. Bang Ardi-nya rese, pasti dia gak akan mau," cibir Shita.

"Arsy bukan lo," ardian balik mencibir.

"Arsy anaknya kayak gimana sih?" tanya Dini tiba-tiba.

Shita menoleh ke arah mamanya, "Kak Arsy baik gak kayak Bang Ardi,"

Shita sebenarnya ingin melanjutkan kalimatnya, tapi Ardian malah menyela. "Aku janji bakal kenalin Arsy ke mama."

"Kamu yakin suka sama dia?" tanya Dini memastikan, selama yang dia tahu Ardian belum pernah pacaran dengan siapapun, dulu Ardian hanya dekat dengan satu teman perempuannya yaitu Alresa dan setelah itu dia tidak pernah mengetahui Ardian dekat dengan perempuan lainnya.

Ardian menjawab dengan yakin, "Aku sayang sama dia."

Dalam hati Shita, dia sebenarnya senang memiliki kakak laki-laki seperti Ardian, meskipun dia bebal dan menyebalkan, Ardian menyimpan sejuta kasih sayang untuk orang-orang yang berarti untuknya. Walaupun Ardian sering sekali memarahi maupun bertengkar dengannya, Shita tahu bahwa Ardian begitu sayang padanya. Arsy orang yang beruntung bisa disayang oleh Ardian.

"Mama gak mau kamu main-main sama perasaan cewek, Ardian."

"Apa mama lihat kalau bicaraku ini main-main?" tanya Ardian sebagai balasannya.

Dini tersenyum simpul, "Mama tahu dan mama paham."

"Pasti perempuan itu akan merasa beruntung memiliki kamu," lanjut Dini.

Ardian membalas senyum Dini dengan senyuman yang tulus. "Ardian yang beruntung memiliki dia, Ma."

***

Hallo, Semunyaaaaaa.

Udah lama banget ya sejak aku update terakhir kali. Hehe, maafin ya. Udah musimnya liburan nih, hope you enjoy your holiday.  Oh iya, insyaAllah aku bakal update tiap dua hari sekali mulai hari ini. Semoga cerita ini bisa jadi hiburan kalian di hari libur ini :)

Thank you very much too untuk semuanya yang udah baca cerita Q&C and make that story got a good rank. Thank you so much, guys. I feel so so so happy to know that. Semoga kedepannya cerita ini juga bisa menyusul seniornya to get the anthusiasm from all you guys. Once again, i am very thankful to you.

Best regards,
Ayu Rahmi.

[HRL-2] Girlboss & TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang