Chapter 20c.

484 17 2
                                    

Apapun yang terjadi, aku harap aku akan tetap ada di sini, merasakan kebahagiaan ini.

🌿

"Apa mungkin gue mirip Alresa?" tanya Ardian dengan tatapan yang masih tertuju kepada Arsy.

Cewek itu menggelombangkan keningnya, bingung dengan pertanyaan Ardian kepadanya.

Cepat-cepat Ardian melanjutkan perkataannya. "Karena gue juga pernah ngucapin kalimat itu ke Alresa," dia menyandarkan punggungnya di jok mobil setelah mematikan mesinnya.

"Yang mana?" tanya Arsy, dia semakin bingung.

"Jangan berlagak seakan lo pacar gue," tutur Ardian, tatapannya terlihat santai memandang ke arah depan.

Arsy sedikit tersentak ketika Ardian mengucapkan itu, tapi dalam sekejap dia ingat bahwa dia tadi mengucapkan kalimat itu pada Ardian.

"Apa gue memperlakukan lo kayak Alresa dulu memperlakukan gue?" tanya Ardian lagi, tapi kali ini lebih terdengar seperti berbicara kepada dirinya sendiri.

"Alresa," ulang Arsy. Ardian yang mendengar itu segera menegakan tubuhnya dan menatap Arsy dengan kaget.

"Pasti dia adalah orang yang sangat berarti buat lo," lanjut Arsy. Kali ini Ardian yang dibuat bingung oleh Arsy.

"Lo tahu tentang Alresa? Bahkan gue belum ngenalin dia ke lo," ujar Ardian dengan mata melotot.

Arsy yang melihat keterkejutan Ardian itu hanya tertawa ringan. "Gue sempat denger nama itu waktu lo berantem sama Tito, walaupun gue enggak denger banyak, tapi gue punya feeling kalau dia adalah orang yang sangat berarti buat lo."

Ardian membelakakan matanya. "Gue minta maaf soal yang waktu itu," katanya dengan nada yang lebih tenang dibanding tatapan matanya.

Arsy tertawa kecil. "Thats fine. Alresa pasti beruntung bisa punya lo."

Entah mengapa, Ardian merasa hatinya tergerus ketika arsy mengatakan itu. "Alresa gak pernah merasa beruntung, Ar."

"Kenapa? Padahal, gue rasa lo sayang banget sama dia."

Kini Ardian menatap Arsy lekat-lekat, kali ini Arsy tidak keberatan di tatap dalam oleh Ardian. "Itu dulu. Sekarang gue sayang bangetnya sama lo."

Jantung Arsy kini berdetak melebihi kecepatan biasanya, dia tidak bisa berkata-kata. Pikirannya seperti sulit sekali mencerna kalimat itu, sesulit Arsy menerima semua perasaan yang ada selama ini.

"Gue pengen banget ngajak lo ketemu Alresa," oceh Ardian.

Arsy belum sempat menjawab, tapi Ardian sudah berkata lagi. "Sekalian lo minta izin buat gantiin posisinya dia, sebagai orang yang sangat berarti buat gue."

Mendengar itu, tanpa sadar senyum tipis Arsy mengembang.

***

Setelah benar-benar meninggalkan arena balap tadi, Ardian kini sudah ada di rumah sakit. Sewaktu di perjalanan, dia menelfon teman-temannya dan meminta bantuan. Alhasil sekarang Alresa sudah dibawa ke rumah sakit dan tempat arena balap itu sudah diamankan polisi.

Ardian duduk dengan posisi tangan yang dia topangkan pada kaki dan telapak tangannya menutup seluruh wajahnya yang sedari tadi menunduk. Revan yang melihat itu jadi tidak tega.

"Sabar, Ar. Alresa pasti selamat," ucapnya berusaha menguatkan Ardian, tangan kanannya mengusap-usap punggung Ardian.

Ardian mendongak, dapat terlihat jelas garis wajahnya yang tampak murung. Mata dan hidungnya memerah.

[HRL-2] Girlboss & TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang