Chapter 21b.

476 23 2
                                    

Dari hatiku teruntuk kamu.

🌿

Sampai sepulang sekolah, Arsy masih belum tahu informasi apa-apa mengenai Ardian. Arsy sebenarnya ingin bertanya pada adik Ardian, tapi dia lupa siapa namanya. Apalagi dia sewaktu istirahat tidak punya waktu untuk keluar kelas karena mengurus keuangan kelas dengan bendahara. Akhirnya sampai bel sekolah berbunyi pun Arsy belum mendapatkan jawaban soal Ardian.

"Ar, udah siap?" pertanyaan barusan membuat Arsy tersadar dari lamunannya.

"Ah, iya, To. Kenapa?" balas Arsy bertanya pada Tito.

"Jadi nggak?"

Arsy mengangguk singkat kemudian naik ke mobil Tito. "Iya, jadi," dia duduk di bangku penumpang di samping Tito yang tadi sudah di dalam.

Siang ini, Arsy sudah janjian akan ketemuan dengan Tito, untuk menukar waktu tadi malam. Rencananya Tito menjemput Arsy dan mereka berdua akan jalan-jalan sebentar, hanya untuk membahas hal yang belum tersampaikan tadi malam.

Selama di perjalanan, keduanya tak mau buka suara alias memilih diam satu sama lain. Tak lama, mereka sudah sampai di sebuah kafe yang cukup ramai dengan banyaknya anak-anak muda yang nongkrong di sana. Setelah turun dari mobil, Arsy dan Tito berjalan beriringan masuk kafe itu dan mencoba mencari meja yang kosong.

"Lo mau pesen apa?" tanya Tito saat mereka berdua sudah berhasil duduk.

Arsy berhenti mengamati ruangan kafe itu dan menoleh ke arah Tito. "Nggak usah," jawabnya singkat.

Tito tidak menuntut, dia hanya mengangguk mengiyakan.

"Gimana kabar lo?" tanya Tito membuka pembicaraan.

"Baik."

"Bokap lo?"

"Baik."

"Bi Fi?"

"Baik."

"Hubungan lo sama Ardian?"

"Ba—" Arsy menghentikan kata-katanya saat sadar bahwa yang ditanyakan Tito tidak bisa dijawab dengan kata 'baik'.

Tito terkekeh pelan mendengar jawaban Arsy yang menggantung. "Bagus deh kalau baik-baik aja. Jadi gue gak perlu nampol Ardian kalau dia gak bisa jaga lo."

Arsy mengerutkan keningnya. "Maksud lo apa?"

"Seperti yang gue bilang di awal. Niat gue ketemuan sama lo adalah buat meluruskan semuanya," suara Tito saat mengucapkan itu terdengar digantungkan, Arsy mendengarnya dengan penasaran.

"Gue sadar kalau sikap gue selama ini salah," lanjutnya, Tito menghela nafas saat mengakhiri kalimat itu.

"Karena lo mengharapkan gue balik sama lo?" balas Arsy dengan alis naik sebelah.

Tito tertawa geli menanggapi tingkah Arsy barusan karena menurutnya Arsy terlalu kepedean. "Bukan, Arsy," ungkapnya, dia kembali tertawa.

"Ardian yang buat gue sadar sama sikap gue selama ini."

Lagi-lagi, Arsy dibuat bingung oleh laki-laki yang duduk dihadapannya tersebut. "Gue yakin lo udah denger semua umpatan gue ke Ardian sewaktu insiden gebuk-gebukan di lapangan hari itu."

Sebagai balasan, Arsy mengangguk.

"Dan gue yakin lo udah nggak asing dengan nama 'Alresa'."

Mendengar nama tersebut diucapkan oleh Tito, mau tak mau Arsy jadi penasaran. "Iya, gue tahu."

"Alresa adalah cewek yang gak punya salah apa-apa sama gue, tapi gue dengan bangsatnya nyakitin dia bahkan bunuh dia," tutur Tito, wajahnya kini mendadak berubah suram.

[HRL-2] Girlboss & TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang