Chapter 6 ini merupakan lanjutan sekaligus awal mula kejadian yang diceritakan di chapter 5. Terimakasih. Selamat membaca :)
*
Pukul 6 kurang sedikit.
Ardian rela berangkat sekolah pagi-pagi buta demi menjalankan dare dari teman-temannya. Meskipun semalam dia tidak bisa tidur karena memikirkan dare itu, Ardian bisa bangun pagi dengan sedikit paksaan dari jam bekernya yang terus merengek meminta Ardian bangun.
Dan jadilah dia di sini, berdiri sendirian di dalam kelasnya untuk menjalankan dare permintaan teman-temannya. Dia sedikit tak yakin kalau yang akan dia lakukan dapat menimbulkan kemarahan Arsy, namun hanya ini jalan keluar dari hasil lemburnya berpikir semalaman.
Di saat tangannya menaruh bahan dare di meja guru, Ardian teringat bahwa ada yang sempat terlupakan untuk dia bawa. Tanpa pikir panjang, dia menaruh tasnya di kursi meja-guru kemudian langkahnya membawa Ardian keluar kelas.
Karena malas menuju parkiran dan mengendarai mobilnya, akhirnya Ardian memilih melangkahkan kakinya menuju rumah Pak Suji yang bersebelahan dengan kantin. Sampai di tempat Pak Suji, Ardian melihat Pak Suji sedang duduk di teras rumah sambil minum kopi.
"Pak, pagi-pagi udah ngopi aja nih," celetuk Ardian begitu sampai di hadapan laki-laki berumur 45 itu.
"Eh, Ardian. Iya nih, biar awet muda," canda Pak Suji seraya tertawa kecil.
Ardian balas tertawa mendengar lelucon yang kelewat garing itu. Tapi demi kesopanan, apa boleh buat?
"Pak, saya mau pinjam sepedanya boleh?" ujar Ardian mengungkapkan tujuannya ke sana.
Pak Suji tampak mengerutkan keningnya. "Buat apa, Nak Ardian?"
"Mau cari lem di minimarket, Pak," tutur Ardian.
Pak Suji ber-oh panjang. "Ya sudah, silahkan diambil, Nak Ardian. Nanti keburu bel masuk," jawabnya sambil menunjuk sepeda tua yang terparkir manis di halaman rumah yang kurang lebih berukuran 7x4 meter itu.
Ardian tersenyum sopan sebelum mengambil sepeda itu dan mengendarainya menuju minimarket tujuannya. Ardian mengayuh sepeda di jalanan ramai Jakarta dengan tenang tanpa tahu bahwa kepergiannya membuat seisi kelasnya gaduh.
***
Teman sebangku Arsy, Hasna, ribut minta ampun. Tadi dia ribut karena menunggu Arsy datang, sekarang dia ribut karena Arsy tak kunjung kembali ke kelas padahal bel masuk sudah berbunyi bahkan guru mata pelajaran jam pertama sudah masuk ke kelas, Arsy tak biasanya seperti ini. Setelah Arsy keluar dari ruang BK tadi, Hasna tidak tahu Arsy ke mana.
Dan saat terdengar ketukan di pintu, kecemasannya mulai mereda.
"Permisi, Pak. Maaf saya terlambat masuk kelas," ucap Arsy sembari matanya menatap Pak Zaki yang sedang menjelaskan pelajaran disertai dengan sebuah anggukan.
Pak Zaki menghentikan aktivitas menulisnya di papan tulis, kemudian beralih menatap Arsy yang masih berdiri di samping pintu. Pak Zaki tampak menyelidik namun tatapannya tidak menujukan bahwa dia terganggu dengan kehadiran Arsy.
"Baik, silahkan duduk," ujarnya.
Arsy menghela nafas lega dan berjalan menuju kursinya.
Diliriknya Ardian yang ternyata cowok itu sedang memperhatikannya. Cepat-cepat Arsy membuang pandangannya dan beralih kepada Hasna yang sedang memelototinya.
Arsy duduk dengan mata yang masih terpaku pada Hasna yang memberikan tatapan aneh, ia membenarkan posisi duduknya sejenak.
"Apa sih, Has? Serem gitu ngeliatinnya," ucap Arsy sembari tangannya membuka tas dan mengambil buku pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HRL-2] Girlboss & Troublemaker
Novela Juvenil[ON GOING!] Ardian Rizki Mahendra adalah makhluk bumi paling menyebalkan bagi seorang Arsy Sirina Kaldera. Tapi, tanpa Arsy ketahui, dibalik sifatnya yang menyebalkan, Ardian punya sejuta rahasia yang mungkin jika Arsy tahu, bisa saja pandangann...