Tatapan dan genggaman tanganmu hancurkan semua gelisahku.
🌿
Ardian sedang memandangi pemandangan Kota Bogor dari atas balkon rumah yang sekarang menjadi milik neneknya, karena kakeknya telah tiada. Dia sudah sampai di sana sejak 1 jam yang lalu, setelah memindahkan barang-barangnya, Ardian memilih untuk bersantai menikmari udara pagi.
"Ardi, kamu tidak sarapan?" terdengar suara seseorang dari belakang punggung Ardian.
Ardian memindah pandangannya. "Ardi udah sarapan kok, Oma," jawab Ardian dengan halus. Sejujurnya dia berbohong karena dia sebetulnya belum makan pagi, tapi perutnya sedang menolak untuk menerima makanan, jadi Ardian malas untuk makan.
"Yasudah kalau begitu, Oma turun dulu. Kamu kalau butuh apa-apa tinggal panggil Oma," ujar nenek Ardian tersebut sambil berlalu meninggalkan Ardian.
Ardian menatap Oma-nya yang sudah berjalan menjauh dan kemudian menatap lesu kamar yang akan ditinggalinya sementara waktu. Ia sangat-sangat malas untuk memberesi kamar tersebut.
Ardian membuat keputusan ini dengan cukup mudah. Karena merasa tak suka jika Arsy masih terbayang-bayang Tito, ia memilih tidak menemui Arsy dulu. Tempat tujuan yang Ardian pilih adalah rumah neneknya, selain untuk sekedar mengunjungi mereka, Ardian juga sedikit kangen dengan Oma-nya.
Ardian menghela nafas, kemudian dia melangkahkan kakinya masuk kamar. Ini rencananya, maka Ardian harus menghadapinya, dan menata kamar adalah salah satunya.
***
Arsy mencengkeram erat tali tas selempangnya. Sudah berulang kali perempuan itu berusaha mengkondisikan jantungnya yang sedari tadi berdetak dengan tidak karuan, apalagi kakinya sudah menginjak lantai keramik abu-abu di rumah yang menjadi tujuannya pagi itu. Arsy memandangi rumah berlantai dua itu sekali lagi, memastikan bahwa dia tidak salah alamat kemudian menghela nafasnya.
Dengan langkah pasti, Arsy melenggang mendekati pintu rumah, saat sampai di depannya, tanpa pikir panjang dia menekan tombol bel di dekat pintu itu.
Arsy mundur selangkah, menunggu respon dari yang ada di dalam.
Tak berapa lama, terdengar kunci pintu yang diputar. Kemudian pintu di hadapannya terbuka, menampakan seorang perempuan yang memiliki wajah yang hampir mirip dengan sosok yang ia rindukan beberapa hari terakhir.
"Kak Arsy?" tanya sosok itu dengan dahi berkedut.
Arsy memandang lantai di bawahnya sekilas kemudian mendongak kembali.
"Ardian-nya ada?" tanya Arsy dengan hati-hati.
Wajah perempuan di hadapannya tidak terlalu menunjukan bahwa dia terkejut mendengar selorohan Arsy, seolah dia sudah tau kalau hal ini akan terjadi.
"Masuk dulu, Kak," ujarnya sembari memberi Arsy jalan.
Arsy tersenyum samar kemudian masuk dan duduk di salah satu sofa.
"Aku bikinin minum dulu ya, Kak," ucapan itu membuat Arsy seketika menoleh.
"Shita," panggil Arsy yang berhasil membuat perempuan itu berhenti berjalan.
"Gak perlu repot-repot," tolaknya halus.
Shita mengangguk menuruti, ia kemudian ikut duduk di sofa, di hadapan Arsy.
"Kak Arsy cari Bang Ardian? Ada apa?" tanya Shita yang membuat Arsy menggigit bibir bawahnya karena menahan gejolak dalam hatinya, apalagi dia belum bertemu dengan orang yang ia cari itu selama satu minggu lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HRL-2] Girlboss & Troublemaker
Novela Juvenil[ON GOING!] Ardian Rizki Mahendra adalah makhluk bumi paling menyebalkan bagi seorang Arsy Sirina Kaldera. Tapi, tanpa Arsy ketahui, dibalik sifatnya yang menyebalkan, Ardian punya sejuta rahasia yang mungkin jika Arsy tahu, bisa saja pandangann...