Suara adzan shubuh membuat Zahra terbangun dari tidur singkatnya. Dengan cepat ia mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh.
Ia lupa bahwa disini tidak ada mukena juga sajadah.
Zahra memutuskan untuk pergi ke masjid terdekat. Dengan langkah tergopoh, ia menuruni anak tangga dengan hati-hati dan berusaha tidak mengeluarkan suara.
Namun langkahnya terhenti disaat ia mendengar suara dari belakangnya.
"Lo mau kemana?"
"El?" Zahra terkejut. "Lo udah bangun?"
"Jawab gue."
"Sholat subuh. Udah adzan,"
El memandangi Zahra dengan mata indahnya. "Kenapa gak bilang?"
Zahra menunduk dan memilin-milin jemarinya sendiri. "Gue gak mau gang-"
"Gue anterin."
"Tapi lo nanti gima-"
"Bentar." Kata El singkat. Setelahnya, El menaiki tangga, entah apa yang akan dilakukannya.
Zahra menunggu El sembari memperhatikan foto keluarga berukuran sangat besar yang digantung di dekat ruang tamu. Melihat foto itu, Zahra beranggapan bahwa keluarga El adalah keluarga yang bahagia. Senyum yang terukir di bibir keluarga El terlihat seperti senyuman yang tulus.
Namun, perhatiannya sekarang adalah di tulisan yang tertulis dengan font kecil yang terletak dipojok kiri bawah foto itu.
Keluarga Siforus.
"Pake jaket." Suara El memecah perhatian Zahra. Tangan kanan El menyodorkan jaket berwarna abu-abu.
Zahra menerima jaket itu dengan grogi. Ia tak menyangka bahwa El yang ia kenal sebagai cowok yang dingin bisa memperhatikan Zahra.
"Buruan."
Mereka berjalan menyusuri jalanan yang masih dinaungi langit malam itu dengan kebisuan. Entah apa yang difikirkan El. Ia hanya memandangi langit, dengan tangan yang ia masukkan kedalam saku celananya.
Sedangkan Zahra masih tenggelam dalam pikirannya sendiri mengingat tulisan kecil di pojok foto keluarga El yang ia lihat tadi.
Keluarga Siforus.
"Cepetan sholat, gue tunggu diluar."
"Nanti lo dingin giman-"
"Cepetan masuk. Keburu selese."
Dengan setengah berlari ia memasuki masjid dan langsung mengambil mukena. Ia mencoba sholat dengan khusyu' dengan tidak memikirkan apapun.
Setelah 10 menitan berlalu, akhirnya Zahra keluar dari masjid. Matanya langsung menangkap mata El yang juga sedang memperhatikannya dari bangku yang berada tidak jauh dari masjid itu.
"Udah, El." Kata Zahra setelah ia menghampiri El.
El beranjak dan langsung berjalan tanpa mengucap sepatah katapun. Zahra mengikutinya dari belakang dengan tangan yang ia sembunyikan ke dalam saku jaket El.
Ia baru menyadari, bahwa El hanya memakai kaos pendek.
"Lo gak dingin?" Zahra memulai pembicaraan.
"Gak."
"Beneran?"
"Hmm." Jawab El. "Kaki lo gimana?"
"Lumayan, El."
Zahra melepas jaket dari El tanpa sepengetahuan El karena Zahra masih berada dibelakang El. Setelah itu, Zahra menyamakan langkah dengan El, sembari mengikatkan jaket El ke bagian perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liebesleid
Teen Fiction[SEQUEL BEDA] [BOOK 2] [judul sebelumnya ; ADRIEL] Adriel Luke Siforus tak pernah mengutarakan perasaannya lewat kata-kata. ia selalu mencari perantara, sebut saja dengan tuts piano juga goresan kertas. Kebebasan yang didapatkannya dari Papanya, ada...