12. Kemana Joe?

48 1 0
                                    

"Baju-bajunya?"

"..."

"Serius mbok?"

"...."

"Gue pulang sekarang."

El memukul kemudinya sendiri. Setelahnya ia mengusap wajahnya kasar. Ia terlihat gusar.

Zahra memutuskan untuk bertanya karena ia telalu penasaran. "Kenapa, El?"

"Joe."

"Joe kenapa?"

"Joe kabur dari rumah, Ra."

Udara dingin tak menghentikan El untuk mencari Joe. Ia memutuskan untuk mengitari kota sendirian walau Zahra menawarkan bantuan. El hanya ingin ia berusaha mencari saudara kembarnya sendirian untuk kali ini.

"Hati-hati, El. Ini udah malem. Kalo lo kenapa-napa, siapa yang nyariin Joe? Hubungin gue sekiranya lo butuh bantuan."

Entah mengapa perkataan Zahra tadi selalu terbayang di benak El. Ia merasa Zahra adalah orang terdekatnya, walaupun ia sendiri tau baru beberapa hari yang lalu mereka saling mengenal.

Semacam ada tali tak kasat mata yang menghubungkan mereka.

El sudah menanyai seluruh pengurus hotel milik papanya di kota yang terkenal karena cuaca dinginnya ini, tetapi tetap saja tak menemukan jejak apapun.

Ia juga sudah mengunjungi rumah dari beberapa teman terdekat Joe, dan mereka bilang Joe tidak disana.

Tidak akan ada asap jika tidak ada api. Joe seperti ini pasti karena suatu sebab. Dan entah mengapa ia yakin, Papanya sendirilah yang menyebabkan Joe pergi.

El merasakan letih di seluruh bagian tubuhnya. Rasa kantuk juga mulai menguasai. Ia teringat kembali kalimat yang dilontarkan Zahra ketika ia mengantarkannya ke rumah.

El memutuskan untuk kembali ke rumahnya.

-

Zahra Wijaya

Ntar lo langsung kesini aja ya? Gue hari ini free kok, gausah ngabarin kalo mau otw. Wifi gue belum dibayar, gak ada paketan. Ini aja gue harus mepet- mepet ke tembok biar bisa nyambung ke wifi rumah sebelah.

Oiya. Hai-hati.

Typo. Maksudnya hati-hati.

El tersenyum kecil membaca balasan pesan dari Zahra. El merasa butuh bantuan dari Zahra dan teman-temannya, dan ia memutuskan untuk pergi ke rumah Zahra.

Senyum selalu terukir di wajah El selama perjalanannya menuju rumah Zahra. Kekhawatirannya sedikit berkurang jika ia mengingat-ingat tentang waktu-waktu yang ia habiskan bersama cewek berhijab ini.

Ia tak perlu menekan bell rumah Zahra karena ia mendapati orang yang dicarinya sedang menyirami tanaman di depan rumahnya dengan selang yang terhubung dengan kran.

"Cepet amat otwnya? Btw lo udah mandi belom?" Tanya Zahra.

"Udah."

"Kirain belom, mau gue mandiin sekalian nih," Zahra mengarahkan selangnya ke arah El yang berdiri sekitar 5 meter didepan Zahra.

"Motor gue belum."

Zahra mengerucutkan bibirnya. "Lo kira gue buka jasa cuci motor?"

El mengecek ponselnya kembali, melihat apakah ada perkembangan tentang Joe tidak. Namun hasilnya, nihil.

"Gue ganti baju bentar. Masuk dulu yuk," Ajak Zahra setelah ia membereskan selangnya.

El mengekor di belakang Zahra memasuki rumahnya. Di ruang tamu, ia disambut lagi oleh Mamanya Zahra.

LiebesleidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang