10. Gue gak mau

38 1 0
                                        





Jam alarm sudah berdering beberapa kali namun Zahra masih tetap nyaman di posisi tidurnya. Ia mengabaikan bunyi alarm itu dan membenarkan selimut agar ia merasa hangat.

Namun disaat ia kembali tidur, tiba-tiba wajah El hadir dalam mimpinya, membuatnya menjingkat karena ia baru ingat bahwa hari ini adalah waktu dimana ia harus menampilkan penampilan terbaik bersama El. Ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Zahra memakai tunic berwarna hitam polos dan celana jeans berwarna biru tua. Ini adalah permintaan El agar mereka terlihat serasi pada saat tampil nanti.

El sudah berjanji untuk menjemput Zahra di rumahnya, dan mereka akan pergi ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum mereka ke sekolah.

Suara klakson mobil El sudah terdengar dari kamar Zahra. Dengan cepat ia memakai sepatu dan menyapukan sedikit lip tint di bibirnya. Ia berpamitan dengan mamanya yang sedang berada di ruang tamu. "Ma, Zahra buru-buru. Assalamu'alaikum,"

Belum sempat Mamanya menjawab, Zahra sudah keluar dari rumahnya. Zahra berlari menuju mobil El. Sepertinya El masih kesal dengan kejadian kemarin. Zahra bisa membaca dari raut wajah El.

"Keong." Semprot El ketika Zahra baru saja duduk di kursi samping kemudi.

Udara di pagi itu sangat dingin. Langit sedang murung karena ia tak memperlihatkan warna biru cerahnya. Hanya ada gumpalan awan yang berwarna abu-abu tua, seakan siap untuk menumpahkan rinainya.

Netta berada di kursi roda. Wajahnya masih terlihat pucat. Bekas luka di kepalanya juga masih belum kering. Ia menatap dunia luar melalui jendela di ruang itu saat Zahra dan Adriel masuk.

"Nett," Panggil El lirih.

"Hey, sini." Jawab Netta.

Zahra bisa merasakan adanya sakit yang Netta sembunyikan lewat senyumnya. Bahkan, mata Netta tak bisa dibohongi bahwa ia tadi menangis.

"Baju kalian kompak, ya?" Ucap Netta setelah ia melihat penampilan Zahra dan El.

"Mau jalan-jalan?" Tawar El.

El hanya mencoba mengurangi rasa kecewa Netta. Ia paham, menyanyi di depan teman-temannya adalah salah satu harapan terbesarnya.

Harapan yang tak bisa terwujud, untuk hari ini.

"Makasih El, Makasih Ra," Ujar Netta disaat mereka bertiga sampai di taman. Tentu saja, El yang mendorong kursi roda Netta, sedangkan Zahra mengekor di belakangnya.

Dan seperti kemarin, El dan Netta bercanda, Zahra hanya terdiam karena tidak tau apa yang mereka bicarakan.

"Aldo? Dani? Metta? Joe?" Zahra mendengus dalam hati. "Yang gue kenal cuman Joe," Batinnya.

"Kita ngapain ke sekolah sekarang? Kita kan dapet jam sore,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita ngapain ke sekolah sekarang? Kita kan dapet jam sore,"

"Latihan."

"Loh, kan keyboard di ruang musik udah di pindahin ke Aula,"

LiebesleidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang