Chapter 7

1.5K 280 64
                                    

"Arthit.... bagaimana malam pengantinya ?" Tanya Bright kepo, habiskan Arthit masih usia belia tapi sudah menikah, ya walaupun terpaksa sih.

"Malam pengantin apaan ?" Tanya Arthit polos.

"Itu, malam dimana Kongpop dan kamu berduaan setelah menikah." Jelas Bright yang pusing sama temannya yang terlalu polos.

"Kami tidur bareng." Kata Arthit. Wajah Bright mulai menjadi aneh membayangkan malam pertama Arthit.

"Lalu...." kata Bright yang menunggu kelanjutan cerita Arthit.

"Lalu apa ?" Tanya Arthit bingung.

"Lalu apa lagi selain tidur bareng ?" Kata Bright yang makin penasaran.

"Rahasia." Kata Kongpop yang tiba-tiba masuk dan memukul kepala Bright lalu mencium pipi Arthit.

"Sakit tahu..." kata Bright kesal sambil memegang kepalanya yang tadi dipukul oleh Kongpop.

"Biarin." Kongpop memeluk Arthit dari belakang dan meledek Bright. Arthit bingung kenapa akhir-akhir ini Kongpop suka sekali menyentuhnya, berpegangan tangan kalau jalan, dipeluk ataupun dicium padahal kan mereka teman walau status mereka menikah.

"Kau pergi sana. Menganggu acara kami saja." Kata Kongpop mengusir Bright. Bright pergi walau dengan muka di tekuk.

"Kenapa kau usir Bright Kong ? Dia temanku." Protes Arthit yang kesal dengan kelakukan Kongpop mengusir temannya.

"Ada hal penting yang ingin kubicarakan padamu ?"

***

Sudah 3 bulan Kongpop tak ada kabar, keluarga Suthiluck sudah kehabisan akal untuk mencarinya. Tew dan Aim sudah menunjukkan lokasi dimana Kongpop terjatuh tapi tanda bekas bencana alam itu tidak ada, seakan-akan tidak pernah terjadi.

"Permisi Tuan, ada yang ingin bertemu." Kata seorang pelayan menyampaikan kabar.

"Usir saja. Aku sedang sibuk mencari anakku." Mr. Suthiluck tak mempunyai waktu melayani orang yang datang hanya untuk berbasa-basi.

"Katanya ini mengenai anak anda." Lanjut sang pelayan. Mr. Suthiluck gembira, walaupun ada kemungkinan akan kecewa seperti yang sudah-sudah tapi ia tak putus harapan.

"Bawa dia masuk." Perinta Mr. Suthiluck.

Seorang kakek tua yang berumur mungkin sekitar 70 tahun masuk keruang kantor Mr. Suthiluck.

"Silakan duduk kek." Kata Mr. Suthiluck mempersilahkan kakek tersebut untuk duduk.

"Aku dengar anak anda menghilang." Kakek itu langsung bicara ke inti permasalahannya.

"Benar, sudah tiga bulan kami mencarinya tapi masih belum ada kemajuan mengenai kabarnya." Keluh Mr. Suthiluck, ia sudah menghabiskan banyak uang dan tenaga untuk mencari Kongpop namun hasilnya nihil.

"Aku rasa, aku mengetahui dimana anakmu berada " Kata sang kakek.

"Anda tahu ? Tolong katakan pada kami." Mohon Mr. Suthiluck.

"Apa anda percaya hal-hal yang mustahil ?" Tanya sang kakek.

"Percaya atau tidak, itu bukan masalah. Yang terpenting anakku dapat ditemukan. Dan lagi pula, saya bekerja sebagai seorang akreologi yang terkadang menemui hal-hal yang tak bisa dijelaskan dengan logika." Jelas Mr. Suthiluck.

"Apa anda pernah mendengar nama Soul City ?"

***

"Apa lagi yang harus dibawa ?" Tanya Arthit yang bingung Kongpop tiba-tiba mengajak dia pergi ke gunung.

"Barang yang kau perlukan." Kata Kongpop singkat, dia memasukan pakaian, senter, pisau dan sebagainya sebagai alat bertahan hidup dalam pendakiannya.

"Aku tak tahu." Kata Arthit, memang selama ini Arthit jarang berpergian. Ia hanya bermain di kota dan di kuil.

"Masukan saja yang menurutmu penting."

Arthit memasukkan baju, celana, bantal guling, kotak mainan, makanan ringan yang membuat isi tasnya menjadi penuh sesak. Kongpop mengeleng kepala melihat benda yang Arthit masukan.

"Kalau sebanyak ini, siapa yang akan membawa barangnya ?" Protes Kongpop. Barang bawaan Arthit sebanyak 3 tas, 2 tas ukuran besar dan 1 tas ukuran sedang.

"Kamu." Kata Arthit menunjuk ke Kongpop.

"Aku ini bukan kuda penarik barang. Lagian kita ini mau mendaki gunung bukan bertamasya."

"Tapi kamu suamiku."

"Lalu."

"Tugas suami membawa barang."

"Tugas suami itu melindungi istrinya bukan sebagai pembawa barang. Lagian juga kau tak memenuhi tugasmu sebagai istri."

"Aku sudah memasak."

"Hangus. Dan aku harus memasak ulang."

"Aku mencuci baju."

"Pakaianku hanyut ke sungai. Aku harus bekerja untuk membeli pakaian."

"Aku mencari makanan."

"Itu Oon yang melakukan."

"Oon itu aku dan aku itu Oon. Kami orang yang sama." Kata Arthit kesal.

"Ok ok. " Kongpop mengalah. "Lalu bagaimana tugasmu yang paling penting ? Melayaniku ?"

"Aku bukan pembantumu."

"Aku tahu tapi bukan itu yang aku maksud."

"Lalu apa ?"

"Malam pertama kita."

"Caranya ?" Kongpop mendekat lalu menjauh sedetik kemudian. Tubuh Arthit memanas bagai api dan terdengar suara...

Jangan coba-coba menodai anakku. - Mama Phoniex.

7. THE SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang