08 ; fxxk ya

861 100 0
                                    

Seoul, South Korea
— 7 Oct, 2014
— 11.11 pm KST

"Lisa?"

Merasa seseorang memanggil namaku, aku segera melihat siapa itu. Tunggu, dia temanku semasa SMA dan apa yang ia lakukan disini?

"Bobby?" aku sedikit berbalik untuk dapat melihatnya lebih jelas. Ia duduk di kursi kosong yang ada di sampingku. "Apa yang kau lakukan? Dan lihat, kau sangat mabuk Lisa" tanyanya. Oh, itu lebih terdengar seperti mengasihaniku.

Ia mulai mengelus rambutku dan aku segera menepisnya, "Apa urusanmu denganku Bobby?" tanyaku dengan jengah.

Ia melihat penampilanku dari atas kebawah. Okay, aku tau penampilanku terlalu terbuka dengan crop top hitam, hotpants biru dan juga boots dengan warna hitam.

"Apa? Kau melihat apa?" tanyaku sinis, ia tersenyum miring. "Lihat tubuhmu itu, sangat, ehm– sexy" jawabnya. Aku langsung membelalakan mataku dan melayangkan sebuat tamparan di pipi tirusnya.

"Kau, tetap brengsek seperti dulu ya" ujarku dengan sedikit kesal, ia hanya membalasnya dengan kekehan yang membuatku bingung. "Kau juga, tetap sama seperti dulu. Tidak berubah" ujarnya.

Aku menatapnya dengan bengis, "Apa maksudmu?" tanyaku, ia hanya terkekeh lagi. Tiba-tiba ada benda lembut yang menempel di bibir tebalku dan sebuah lengan yang merengkuh pinggangku. Aku membelalakan mataku dan langsung melepas pagutan kami barusan, mendorongnya hingga akan terjatuh.

"Apa yang kau lakukan, brengsek?!" tanyaku dengan sentakan, perhatian para pengunjung bar teralih lalu tak lama kemudian mereka seperti tak peduli. Kurasa hal seperti barusan sudah biasa terjadi.

Bobby mulai mendekatkan dirinya padaku membuat tubuhku semakin mundur hingga aku bisa merasakan deru nafasnya dan membuat tubuhku terasa panas, hingga akhirnya aku mendengar suara tamparan.

"Apa yang kau lakukan, Bobby Kim?!"

Aku mulai membuka mataku karena suara orang tadi tidak asing.

Bobby bangkit dari posisinya yang terjatuh tadi, "Apa urusanmu dengan bocah ini, Song Yunhyeong?" tanya nya dengan nada meremehkan.

'Yunhyeong? Apakah ia sahabat Hanbin yang waktu itu?' batinku.

Yunhyeong berdecak sebal, ia mulai memukul pipi tirus Bobby terus-menerus. Aku berjalan dengan sedikit goyah untuk melerai pertengkaran mereka. "Sudah Yunhyeong jangan memukulinya tidak ada guna nya, dan kau Bobby, lebih baik kau segera pergi dari sini!" ujarku dengan berteriak.

Bobby bangkit dari posisinya dan tersenyum meremehkan, "urusan kita belum selesai, Lalisa Manoban!" teriaknya lalu berlalu pergi. Aku tidak peduli dan segera membawa Yunhyeong menjauh dari tempat tadi.

Kami duduk di sofa yang ada di pojok bar itu. "Ah Lisa, aku Yunhyeong. Song Yunhyeong, sahabat Hanbin, kau masih ingat?" tanya nya, aku mengangguk sebagai jawaban. Ternyata benar ia sahabat Hanbin.

Kami berdua hanya terdiam hingga aku ingin menanyakan sesuatu, "Yunhyeong oppa?" aku memastikan semoga aku tidak salah memanggilnya. Ia hanya terkekeh pelan, untunglah aku tidak salah.

"Kenapa kau disini? Lalu kenapa kau tadi tiba-tiba memukul Bobby? Apa kau mengenalnya?" tanyaku beruntun. Sebab aku masih setengah sadar dan sangat bingung.

"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan disini? Aku tadi seperti tidak asing dengan kalian berdua jadi ya– begitu" jelas nya.

Aku hanya mengangguk dan mulai bercerita tentang kejadian satu tahun yang lalu, tentang Hanbin dan masalah-masalah yang selalu bermunculan di hidupku. Ia mendengarkan ku dengan baik, aku cukup terhibur dengan beberapa nasihat dan lelucon yang ia lontarkan.

"Baiklah, ayo kita pulang" ajakanya, aku berusaha menolaknya. "Tidak usah, kau memangnya naik apa?" tanyaku.

"Tenang aku tadi naik taksi, ayo aku yang menyetir. Lihatlah, kau pasti akan menabrak jika menyetir dalam keadaan seperti ini" jawabnya, lalu ia menarik tanganku keluar dari bar. Aku menyerahkan kunci mobil milikku.

Ia mulai melajukan mobil menuju apartemenku, aku tertidur begitu saja. Saat sudah sampai di gedung apartemen Yunhyeong membangunkanku dan mengantarku sampai depan kamarku.

"Terimakasih ya, ini biaya untuk naik taksi" ujarku. Yunhyeong menolaknya, "Tidak usah, aku bawa uang. Baiklah, aku pulang dulu" pamitnya dan kujawab dengan anggukan.

Aku segera membaringkan tubuhku yang sudah lelah di kasur kesayanganku.

"Ah! Bobby, fuck you! You piece of shit!!" teriakku. Aku tidak peduli jika ada yang mendengarnya, ia benar-benar membuatku jengkel. Kenapa dia harus ada disitu saat itu?!

—🌱🌱—
Ah, kenapa ia bisa membuat mimpi buruk dan membuat mimpi indah disaat bersamaan?!
—🌱🌱—

Hayolo ini kenapa hayo?! Hehe. Konflik akan muncul dalam beberapa saat...

Hehe, vomment💜


Maafkan judulnya dan kata-kata kasar nya:")

Have A Good Day • HanLis [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang