- Seoul, South Korea
- 1 March, 2015
-Hari ini adalah hari dimana Hanbin akan dimakamkan, dan aku sedang bersiap-siap di apartment milik Rose. Ibu ku yang membawakan pakaian milikku ke apartment Rose, dan ia sudah pergi lebih dahulu. Tadinya ibu mengajakku untuk bersamaku tapi aku rasa bersama Rose akan lebih baik.
Aku bercermin memandang diriku dengan busana serba hitam, betapa menyedihkan nya diriku. Dengan mata yang sembab dan merah, dan jangan lupakan penampilanku yang terlihat berantakan.
Rose yang sudah selesai bersiap segera memasuki kamar yang aku tempati dan merangkul bahuku, "Ayo kita harus bergegas," ajaknya dengan suaranya yang lembut. Aku hanya menghembuskan nafas pelan dan mengangguk lemah.
Ia menggiringku hingga memasuki mobil, kami akan menuju rumah duka sekarang ini. Ah, belum apa-apa aku sudah sangat merindukan nya.
🐝🐝
Kami sudah sampai dirumah duka. Ada banyak rangkaian bunga yang dikirim untuk mengucapkan belasungkawa mereka. Banyak juga orang yang datang berkunjung. Mulai dari rekan kerja Hanbin, teman-temannya semasa sekolah, teman-temanku dan masih banyak lagi.
Aku hanya mampu termenung menatap semua orang dengan tatapan kosong tak berarti. Entahlah rasanya masih menusuk dihatiku untuk percaya bahwa Hanbin sudah benar benar tidak ada.
Kalau kau bertanya bagaimana keadaan hatiku, kacau, sedih, resah, gelisah, semua perasaan gundah dan tidak enak ada dihatiku.
Aku hanya berusaha tersenyum ketika mereka memeluk atau menepuk pundakku lalu mengatakan hal yang sama.
"Aku turut berduka, kau yang sabar ya. Hanbin pasti berada di tempat yang lebih baik"
Semuanya, seperti itu.
Hanya senyum palsu yang bisa aku tampilkan. Orang bilang, tersenyumlah maka harimu akan lebih baik. Aku sudah mencobanya, tapi kenapa itu rasanya tidak bekerja.
Sungguh, sulit sekali menerima semua ini. Aku hanya berjongkok lalu menekuk lututku, menyembunyikan wajahku.
Rose menghampiriku lalu menepuk pundakku, "Kau tidak apa apa?" tanya nya lembut.
Aku mengangkat wajahku, menatapnya dengan mata yang sembab. "Aku akan pergi sebentar, hanya cari angin. Aku rasa aku butuh waktu sendiri"
Lalu aku berdiri dan segera menghilang dari ruangan itu. Rose berusaha mengejarku, tapi June-kekasih Rose, mencegah Rose. Kurasa ia mengerti kalau aku butuh waktu sendiri.
Aku segera keluar dari rumah duka lalu menuju halaman belakang yang dipenuhi dengan rerumputan hijau. Rumput sintetis sebenarnya.
Beruntung, angin sedang kencang saat itu. Sehingga suhu panas tadi segera tergantikan dengan angin yang segar. Air mataku pun segera kering.
Aku segera duduk dibawah sebuah pohon yang rindang, ditemani kicauan burung dan angin yang mengelus kulitku pelan.
Bersandar pada batang pohon. Sebenarnya aku khawatir bahwa akan ada banyak semut yang menggigit, tapi setelah kuamati sepertinya tidak ada.
Aku menengadahkan kepalaku, memejamkan mataku, menikmati cuaca kesukaanku.
Omong-omong, sekarang sudah bukan musim dingin.
Aku mengambil ponsel yang kutaruh di saku baju milikku. Membuka semua sosial media milikku. Dan ya, semuanya berisi ucapan duka cita dari teman jauhku. Aku tidak tahu kenapa kabarnya menyebar begitu cepat.
Toh ya, aku tidak peduli juga mereka tahu kabar itu darimana.
Saat aku sedang sibuk melamun, aku mendengar suara langkah kaki. Aku sebenarnya tidak begitu peduli itu siapa. Tapi dia tiba-tiba duduk disebelahku.
"Hey" sapanya hangat.
Aku hanya menatapnya, lalu tersenyum membalas sapaannya, "Hai juga"
Dia mengambil ponselku sembarangan lalu menatapku, "Sedang apa kau disini?" tanyanya.
Aku menatapnya kesal lalu mengambil ponselku dari tangannya kasar, "Ya memang apa urusannya denganmu?"
Ia hanya terkekeh pelan, sungguh, itu senyuman yang sangat manis.
"Aku kan hanya bertanya, kau tetap saja seperti dulu. Galak" pernyataan yang terlontar dari mulutnya membuatku sedikit terhenyak.
Apa yang ia katakan itu memang benar. Dia ini mantan kekasihku, Jung Jaewon. Itu, 8 tahun yang lalu. Dan kalian tahu apa? Dia ini sahabat dekat Hanbin.
Bagaimana rasanya saat mengetahui jika mantan kekasihmu adalah sahabat dekat dari kekasihmu sendiri? Bukankah itu sangat mengejutkan?
Ya aku rasa kalian akan tahu rasanya.
Ia hanya tersenyum, menatapku dalam dengan matanya yang indah itu. Mengusak rambutku pelan.
God! Apa-apaan ini? Aku bahkan tidak bisa menyuruhnya berhenti atau sekedar menghindar. Aku malah diam, terpaku ditempatku sekarang, menatap kosong ke tanah lapang didepanku.
"Bersabarlah , aku tahu rasanya sangat berat. Terutama ia adalah kekasihmu selama beberapa tahun ini. Rasanya, ia seperti bisa menggantikan tempat ayahmu, kan?" ujarnya dengan suara bariton miliknya.
Tanpa sadar aku meneteskan air mata, ia yang terkejut lantas memelukku. "Hey, maaf aku tidak bermaksud-"
"Tidak apa-apa, aku hanya sedang sedih. Tolong, temani aku lebih lama disini" ujarku, lalu memeluknya.
Aku tidak tahu ada apa denganku, kurasa aku hanya membutuhkan tempat bersandar. Aku merindukan Hanbin.
💫✨💫
"Masuklah, aku akan pulang setelah ini" ujarnya hangat. Aku hanya tersenyum.
"Terimakasih ya, maaf sudah merepotkan" ujarku. Ia hanya mengusak rambutku pelan.
"Tidak kok, sudah masuklah. Besok Hanbin akan dimakamkan, jadi sebaiknya kau bergegas tidur, lalu aku akan menjemputmu besok pagi" titahnya.
Aku mengangguk, "Terimakasih ya. Berhati-hatilah dijalan, lalu segera istirahat. Aku tau kau lelah"
Ia mengangguk lalu segera berjalan menuju lift untuk turun. Aku pun segera memasuki kamar apartemen milikku, langsung membaringkan tubuhku dikasur yang nyaman.
Tanpa Lisa tahu, perasaan Jaewon ternyata sangat campur aduk.
"Lisa, bisakah aku membuatmu kembali mencintaiku?"
💫💫💫
Mmf, aku ini sibuk+malesan+buntu ide. Jadinya ya gini, freak:'
KAMU SEDANG MEMBACA
Have A Good Day • HanLis [✔]
Fanfiction" Hanbin, can you just stay here? " Ini tentang hari-hari yang kulewati bersama Hanbin, senang, sedih, ataupun susah.