14 ; morning

571 71 1
                                    

23 Feb, 2015
— Seoul, South Korea

'drrt drrt'

"Good morning, sweetie"

'Morning too, baby'

"Kau baru bangun ya?"

'Iya, hehe. Ah, biar kutebak, kau pasti sedang menyiapkan sarapan untukku kan?'

"Sebenarnya aku tidak ingin bilang iya, tapi karena kau sudah terlalu percaya diri jadi aku akan bilang iya"

'Kenapa kau jahat? Ayolah tebakan ku pasti benar, iya kan?'

Lisa terkekeh pelan, "Iya kau benar, memangnya kenapa sih kalau tebakanmu benar?"

'Tidak apa-apa, hehe'

"Kau tidak akan berangkat kerja?"

'Kau tega sekali, aku baru saja tidur pukul tiga pagi, dan kau sudah menyuruhku kerja sedangkan ini baru pukul tujuh'

"Haha iya baiklah, tunggu aku akan kesana"

'Jangan, aku yang akan kesana. Tolong sabar ya nona Lisa, pangeranmu ini akan pergi mandi dahulu'

"Ughh kau sangat menjijikan, pergilah mandi"

'Iya sayang, bye~'

"Bye~"

Aku lantas memutus sambungan telfon nya dan meletakkan ponsel miliknya itu. Mengingat kekasih Hanbin yang belum mandi walau bahkan sudah pukul tujuh berhasil membuatku terkekeh. Ya tapi tentu saja aku merasa kasihan pada Hanbin, hidup Hanbin sebagai komposer tentu saja sangat sibuk. Terkadang aku merasa cemburu karena pekerjaan Hanbin. Aku merasa Hanbin lebih perhatian pada pekerjaan nya ketimbang denganku. Tapi ya Hanbin selalu bisa membujukku agar tidak marah padanya entah dengan cara apapun itu, Hanbin selalu berhasil.

Pernah juga sekali waktu aku datang ke tempat Hanbin bekerja untuk mengantarkan makan siang. Kebetulan saat itu mereka semua sedang melakukan rekaman, sehingga aku tentu saja tidak bisa menggangu. Wajah Hanbin terlihat menyeramkan saat itu, aku bahkan tak pernah membayangkan wajah Hanbin yang seperti itu. Tegas dan garang. Seseorang melakukan kesalahan yang sama terus-menerus saat rekaman tersebut berlangsung, ia menjadi sangat kesal. Ia membentak bahkan menatap orang tersebut dengan kesal. Hal itu membuat suasana yang ceria menjadi sangat mencekam. Wajah orang-orang yang ada di ruangan itu menjadi sangat tegang. Dan ya tentu membuatku menjadi sangat terkejut. Belum pernah ia menjadi seperti itu denganku.

Aku sudah selesai menyiapkan sarapan lalu aku segera mengganti bajuku. Aku mengganti piyama yang tadi kupakai dengan celana putih pendek dan kaus navy yang ukuran nya lumayan besar. Ini pemberian Hanbin.

Selesai mengganti bajuku saat itu pula Hanbin datang. Aku segera membukakan pintu dan aku melihat senyuman dengan mata sayu favoritku.

"Hanbin~" lalu ia segera memelukku. "Aku merindukanmu Lisa" ujarnya manja di telingaku. Ia lalu melepas pelukan nya yang membuatku bingung. Ia memegang pipiku lalu mengecup bibirku berkali-kali. Hal itu sontak membuatku melamun dan bingung. Ia hanya tersenyum, "Kau kenapa hm?" tanya nya dengan tatapan teduh miliknya yang menjadi favoritku.

Aku tentu hanya menggeleng, karena aku juga tidak tau ada apa denganku. Tatapan teduhnya seakan membius orang itu untuk jatuh lebih dalam pada hatinya. Aku langsung tersadar lalu mengajaknya sarapan.

"Lisa, akhir pekan ini kau sibuk tidak?" tanya nya disela-sela sarapan kami. Aku berpikir sebentar, "Tidak kok, kenapa?" tanyaku balik. Ia tampak berpikir sebentar, "Bagaimana kalau nanti berkencan? Bos ku memberi cuti untuk akhir pekan nanti" jelasnya. Tentu saja aku mengangguk antusias. Ia tersenyum lalu mengusak pucuk kepalaku, walaupun ya kami sudah terbiasa seperti itu tapi rasanya hatiku selalu berdebar.

Setelah selesai sarapan kami menonton televisi bersama, kami berdua duduk di sofa dengan lengan nya yang merangkul bahuku yang tertutup oleh kaus navy pemberian Hanbin.

Ia menghirup aroma parfum yang menguar, "Kau masih menggunakan parfum yang sama?" tanya nya, aku mengalihkan perhatianku dari acara yang kutonton. "Iya, kenapa?" Ia hanya tersenyum, "Kau tidak punya niat untuk menggantinya?" tanya nya lagi, "Tidak, aku sangat menyukainya. Aku menyukai apa yang kau sukai" jawabku, ia tersenyum dan menempelkan bibir kami selama beberapa detik.

"I love you, my Cinderella"

"Love you too, my prince"

Setelah aksi saling memandang tersebut aku segera melihat jam lalu menyuruh nya untuk bekerja.

"Aku mengantuk, aku ingin tidur ya" rengeknya. Aku menggeleng, "Kau harus bekerja sayang, kan nanti kau akan diberi cuti" bujuk ku.

Ia tetap tidak mau dan merengek seperti anak bayi, "Tapi aku mengantuk dan aku masih ingin bersamamu, bilang saja nanti kalau aku sakit" eluhnya, aku tetap akan melarangnya. Ya aku tau ia kelelahan, tapi ia tetap harus bekerja. Aku juga sebenarnya tidak tega.

"Kau harus bekerja, apa kau ingin seperti ini terus saat kita sudah menikah nanti?" tanyaku, ia menggelengkan kepalanya. Aku tersenyum lalu mengusap tiap inci wajahnya lembut, "Nah, oleh karena itu kau harus bekerja. Kau tidak boleh bermalas-malasan seperti ini ya?" bujukku, dan untungnya dia tidak merengek lagi.

Ia lalu segera memakai mantel coklat miliknya lalu pergi ke mobilnya yang terpakir di garasiku. "Kau ikut ya, ayo~" rengeknya lagi. Aku hanya tersenyum dan mengecup bibirnya. "Bekerjalah, telfon aku jika kau rindu"  ujarku sembari mengusak rambutnya. Ia hanya mengangguk. "Baiklah, aku pergi dulu. Tolong rindukan aku" pamitnya. Aku hanya terkekeh pelan, "Tentu, aku akan selalu merindukanmu" jawabku. Ia lalu menyalakan mobilnya lalu pergi menjauh.

🌙🌙

Maaf aku baru update
Maaf ya bae:*

Have A Good Day • HanLis [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang