11

2.6K 330 66
                                    

double update

.

.

.

"Astaghfirullah, innalillahi pesawat nya ternyata jatuh, deket lampung,"ini Ana, dia stalking terus lewat berita online di hp. Sementara Raka semakin melajukan mobilnya dengan cepat. Ya mereka bertiga, bersama Juno jok belakang lagi menuju bandara. Untuk memastikan kecelakaan pesawat itu. Mamih sama papih gak ikut, mereka kelihatan syok apalagi mamih, badannya langsung lemes pas denger berita itu.

"Katanya semua yang di pesawat meninggal semua,"lanjut Ana.

Raka mengeratkan pegangannya pada stir semakin kuat, sementara Juno dia cuman diam, rahangnya terlihat mengeras. Perlahan bulir air mata jatuh basahi pipinya.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya masuk ke kawasan bandara, Raka langsung markirin mobilnya asal. Juno langsung turun, diikuti Ana dan juga Raka.

Keadaan di bandara tampak ramai, dipenuhi para keluarga penumpang pesawat yang mengalami kecelakaan sore ini.

"PAK ISTRI SAYA GIMANA PAK?? ISTRI SAYA??" teriak Juno, dia langsung ngampirin petugas bandara. Raka berusaha buat ngelepasin pegangan Juno pada kerah baju si bapak petugas.

"Tenang, saya harap tenang mas," kata bapak petugas.

"No, udah udah," ini Raka.

"Daftar nama korban ada disana, anda bisa melihat apakah ada nama istri anda atau tidak,"

Pegangan Juno pada kerah baju si bapak perlahan melemah, dan dia mulai berjalan mundur menuju daftar nama yang sudah ditunjukkan. Raka dengan baik hati menuntun sepupu iparnya itu.

Mereka bertiga dengan teliti mencari satu nama, istri,saudara dan teman mereka.

"Johan Anggasta Wijaya," Ana berhasil menemukan nama Johan. Mendengar itu badan Juno melemas dan merosot ke lantai. Ia menangis.

"Johan huks Johan..."

Raka memposisikan dirinya sejajar dengan Juno. Dia merangkul iparnya itu memberi ketenangan. "Sstt sabar ya. Mungkin Tuhan lebih sayang sama Johan. Udah lo jangan nangis ntar Johan ikutan nangis disana,"

Ana yang merupakan sahabat dari Johan ikut menangis, dia memposisikan dirinya bersebelahan dengan Juno.

Suasana di bandara kini diselimuti haru. Terdengar isakan tangis dari beberapa keluarga para korban kecelakaan pesawat.

Dari kejauhan, seorang pemuda tengah mendorong troley dengan tiga buah koper diatasnya. Mendekati kerumunan daftar nama yang terpajang di papan depan pintu masuk bandara. Matanya ia sipitkan, memandang tiga orang yang ia kenal tengah duduk di sekitar sana.

"Juno? Ana? Raka?"

Yang dipanggil segera menolehkan kepala mereka ke sumber suara. Betapa terkejutnya mereka, terlebih Juno. Ia segera bangkit dan berlari memeluk tubuh pemuda itu.

"Johan? Ini beneran Johannya gue kan?"

"Iya Juno sayang. Ini gue Johan. Lo bertiga ngapain disini aelah. Duh lepasin ini lo meluk gue kuat banget dah, gue sesek,"

Nikah Dadakan - DEEPWINK [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang