Satu tahun berlalu, Juno sekarang bukanlah maba lagi, dia sudah beralih berganti status menjadi kakak tingkat. Begitu pula dengan Johan, yang kini memasuki semester 7 pertanda dirinya sudah memasuki tahap akhir pada masa perkuliahannya. Sibuk dengan proposal yang akan diurus menjadi sebuah skripsi.
Pinkan juga sekarang sudah mulai aktif. Usianya hampir mencapai setahun, dalam hitungan beberapa hari lagi. Perkembangan pertumbuhannya dibilang baik, bagi anak seumurannya. Sudah mulai bisa berdiri walaupun belum bisa sepenuhnya berdiri dengan lama. Jika kelelahan dia terduduk dan merengek pada buna nya.
°°°
Hari sudah menjelang larut, Johan masih berkutat di depan laptopnya. Mengerjakan proposal yang akan dikumpulkan sebagai syarat untuk dilanjutkan sebagai skripsi. Sesekali ia mengucek matanya guna menghilangkan rasa perih bercampur kantuk yang melanda.
Juno yang baru saja menyelesaikan mengerjakan tugasnya juga, mendekati istrinya yang tengah duduk depan laptop yang menyala.
"Buna, ayo tidur yuk," tangan Juno mengelus pundak Johan lembut. Gunanya menyadarkan sang istri jika hari telah hampir berganti.
Johan menoleh sebentar ke arah suaminya yang masih setia dibelakangnya, lalu kembali menatap laptop dan berkutat dengan proposalnya.
"Ayah dulu saja, buna lagi ngurus ini dulu. Belum selesai,"
Juno menarik kursi yang lain dan mendekatkannya ke samping istri. Mendaratkan bokongnya tepat di atas kursi itu. Kepalanya ia usakan ke lengan atas berisi Johan.
"Ayah, udah dong jangan gini ah, sana"
Juno tidak menggubris istrinya itu. Ia tetap mengusakkan kepala kecilnya di lengan atas berisi milik Johan.
"Ayah bakal terusan begini sampai pagi. Kalau buna gamau tidur,"
Johan menghela nafasnya kasar, menghentikan kegiatannya sebentar lalu menoleh pada suaminya yang kini tersenyum lebar. Merasa menang karena akhirnya istrinya itu menuruti perkataannya untuk tidur.
"Ayah,"
"Iya buna sayang,"
"Jangan ganggu buna. Atau ayah tidur diluar,"
Satu rentetan kalimat berhasil membuat Juno beringsut pergi ke kasur meninggalkan Johan dengan tugas proposalnya kembali. Juno memilih untuk berhenti mengganggu istrinya itu daripada harus tidur di luar.
°°°
Juno terbangun karena suara tangisan Pinkan dari kamar nya. Matanya mengerjap dan sesekali tangannya mengucek matanya. Juno terkejut, sang istri tidak ada disampingnya. Matanya mengedar dan menemukan Johan yang tertidur dengan melipat tangannya di atas meja dengan laptop yang kini padam.
"Astaghfirullah, buna"
Juno beranjak dari kasur dan berniat membangunkan istrinya itu. Menyuruhnya agar tidur di kasur agar lebih nyaman. Namun tangisan Pinkan makin terdengar jelas. Juno menepuk jidatnya, segera saja ia berlari keluar dari kamarnya dan menuju kamar Pinkan.
Dilihatnya Pinkan yang sudah terduduk di kasur dengan pipi bulatnya yang basah dan mata yang sembab akibat air mata.
"Manisnya ayah kenapa nangis, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dadakan - DEEPWINK [✓]
FanfictionJohan Anggasta Wijaya Arjuno Satya Wirasastra Dua onggok manusia, yang diharuskan menikah menggantikan kakak mereka yang tetiba kawin lari dihari pernikahannya.