2

73 8 0
                                    

Pukul 9 malam rumahku masih rame oleh hiruk pikuk suara khas anak muda yang masih terjaga. Sementara makan-makan, acara pemberian kadopun dimulai.

"Ujin.. Jiun.. Karena kamu udah masuk SMP, kakak mau kasi sesuatu buat kamu," kataku. Ujin dan Jiun saling berpandangan lalu menatapku dengan mata berbinar. Rasa senang dapat tergambar jelas dari raut muka polos kedua anak itu.

"jjajjaaaan~" kak danil mengeluarkan dua buah bingkisan yang kami beli tadi siang. Si Ujin yang tidak sabaran langsung merobek bungkusan itu.

"wuaaaaah, heliiiii, kereeen bangeet kak, makasiiiih yaa. Ujin suka banget," anak itu melompat-lompat seperti tupai saking senangnya.

Sementara itu, Jiun masih berkutat dengan pita dan bungkus kado yang ia buka perlahan seakan tidak ingin merusaknya. Saat dia membuka bingkisan itu, bibirnya tidak henti tersenyum.

"makasih kak," ucapnya lirih. Mata Jiun mulai berkaca-kaca (lagi). Yaah yaah jangan nangis disini jiun, batinku dalam hati. Untung dia buru-buru menyekanya dan berjalan ke arah kami semua sambil memberikan sepotong ayam tadi. Duh, Jiun yang baik hati.

"ehm.. Kami juga punya hadiah nih buat kalian," Kak Hasung dan Kak Jjaeni saling kode. Kak Jjaenipun beranjak dari tempat duduknya lalu kembali lagi setelah beberapa saat dengan bingkisan yang cukup besar.

"niiih, kami berikan seperangkat skin care buat kalian, karena kalian udah gede, kalian musti merawat diri biar banyak cewek yang deketin..."

"hussssshhh!" aku memotong perkataan kak Hasung sambil menatap kesal ke arahnya. Kak Jjaeni menyikut kak Hasung sambil tertawa. Si kembar hanya bisa menggeleng.

"hahaha, udah udah.. Mari kita lanjutin makan-makannya, nih masih banyak nih," kata kak Minyon.

^^~

Pesta syukuran usai. Kami langsung beres-beres. Sesaat, aku tidak sadar disana hanya tersisa aku dan tetangga baru yang dibilang Ujin tadi seperti bule. Suasananya jadi canggung begini, dia juga serius banget membersihkannya. Apa ku ajak ngobrol aja ya?

"kak Seongwu, benar kan?" tanyaku pelan. Orang yang ditanya sedikit terkejut, ia mengangguk dan tersenyum kepadaku.

"namaku Ong Seongwu, panggil aja Ong. Kita seumuran kok,"

Seumuran? Bagaimana dia tau?

"kamu lahir tahun 95 kan?" tanyanya. Aku hanya mengangguk pelan, "panggil Ong ajalah nggak usah pake kak,"

"ah iya baiklah, tapi... ini kan pertemuan pertama kita, aku jadi agak..."

"kamu yakin ini pertemuan pertama kita?" kata-kata Ong membuatku bingung. Dia lalu berjalan ke sisi balkon. Aku mengikuti dia karena sepertinya dia mau cerita sesuatu. Aku juga penasaran siapa orang ini sebenarnya...

"kamu bener-bener nggak ingat ya?" Ong tiba-tiba berbalik ke arahku yang ada di sampingnya. Aku menggeleng sebagai respon atas pertanyaannya. Ong hanya tersenyum dan menatap kosong pemandangan kota di malam hari dari atas balkon.

 Ong hanya tersenyum dan menatap kosong pemandangan kota di malam hari dari atas balkon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Day By Day   |   ft. Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang