11

40 3 0
                                    

Apa aku chat Ong aja ya? Tapi... Gimana kalau dia cuekin aku? Aku bakal sedih dan curiga bertubi-tubi kalau sampai Ong nyuekin aku. Ugh, ada apa sih sama anak itu? Kenapa tiba-tiba dia ngehindar? Apa aku ada salah sama dia? Apa aku pernah bikin dia marah, kesel, atau benci?

"itu hape diputer-puter gitu ntar jatoh lho, Han," celetuk kak Minyon yang baru aja keluar dari kamarnya. Aku yang tengah duduk di ruang tengah jadi kaget karena kehadiran kak Minyon yang membuyarkan lamunanku tentang Ong.

"ada apaan sih? Ngelamun aja," kak Minyon mengambil posisi duduk di sampingku sambil mengacak rambutku.

"ng.. Nggak kok kak," kataku sambil tersenyum, "oh iya kak, kak Minyon nggak pernah chat atau telfonan gitu sama Ong akhir-akhir ini?"

"Semalam kakak chat-an kok,"

"beneran? Trus Ong gimana?"

"gimana apanya?"

"ya Ong nya kak, apa dia biasa aja? Atau dia cuek gitu?"

"biasa aja tuh, soalnya kita ngobrolin tukang pipa doang, ada apaan sih?"

Duh.. Cerita nggak yah sama kak Minyon?

"oh.. Nggak nanya aja. Ya udah kak, aku ke atap dulu ya ngambil jemuran," pamitku sambil meninggalkan kak Minyon yang terheran-heran.

Ketika aku mau naik tangga, tiba-tiba disana ada Ong yang pake kemeja biru. Rapi banget dan wangi. Aku tersenyum padanya refleks, karena senang melihatnya dan karena dia sangatlah tampan. Sepertinya dia mau pergi.

Setelah dia mengunci rumahnya dia tiba-tiba berbalik dan mata kami bertemu. Kami terdiam. Cukup lama...

"k-kamu mau pergi?" tanyaku sedikit kaku. Ah... Kenapa pula aku harus bertanya.

Ong hanya mengangguk.

"hmm, begitu. Oh iya Ong.. Kamu kenap.." hape Ong lalu berbunyi. Dia tergesa-gesa merogoh ranselnya dan menjawab panggilan itu sementara aku masih berdiri di hadapannya dengan pertanyaan yang belum selesai kuutarakan.

"iya Yuri.. Oh, Aku baru aja mau keluar.. Iya.. Iya.. Maaf.. Tunggu ya.. Oke.." lalu Ong mengakhiri panggilan yang ternyata dari Yuri itu, "maaf Han, aku musti pergi. Ngobrolnya nanti ya."

Ong pun berlalu. Aku masih melihatnya sampai dia turun dengan tangga.

Mata itu.. Pandangan itu.. Ada apa denganmu Ong Seongwu?

 Ada apa denganmu Ong Seongwu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^^~


"Ujiiin... Itu volumenya dikecilin dikit sayang, sampe di luar kedengaran tuh," kata kak Danil yang baru pulang dari kampus.

Ujin dan Jiun yang lagi asik nonton tidak menghiraukan suara kak Danil. Kak Danilpun mematung dan mendengus kesal, lalu menekan tombol power TV sampai layarnya mati.

"lhoo kak Danil, kok dimatiin?" tanya Jiun polos.

"kamu nggak dengar kata kakak tadi?"
Ujin dan Jiun mengernyitkan dahinya tanda tak tau.

"volumenya terlalu gede sih, budeg nih kuping kakak, kalian jadi nggak denger kan," kata kak Danil dan dia menyalakan TV lagi. Jiun mengambil remot kemudian mengecilkan volumenya. Aku yang lagi baca komik di sofa cuma nonton mereka sambil cengengesan.

Kak Minyon tiba-tiba datang dari dapur bawa ubi goreng beserta sambel terasi. Fokusku jadi hilang. Jiun dan Ujin juga. Wanginya semerbak ke seluruh ruangan. Sampai kak Danil yang belum selesai ganti baju pun mengintip dari kamar karena penasaran dengan bau wangi sambel ala kak Minyon ini.

"uwaaaaaa ubiii goreng.. Manteppzz.." kata Ujin dan Jiun yang dengan gercapnya menyambar sepiring ubi yang belum mendarat di meja.

"hush hush.. masih panas nih, nunggu dingin dulu dikit ya," kataku sambil menepis tangan Ujin.


Di tengah-tengah kami melahap ubi gorengnya, kak Minyon berdehem. Kamipun terdiam sambil mengunyah ubi goreng, sepertinya kak Minyon mau bicara sesuatu.

"beberapa hari yang lalu papa nelpon kakak, katanya... Kakak disuruh ke Jepang buat bantuin papa disana,"

Kami berempat bertukar pandangan tanpa berkata-kata.

"kapan?" tanya kak Danil.

"minggu depan,"

"berapa lama?" kali ini aku yang bertanya.

"sebulan dulu, magang gitu ceritanya,"

"lama amat kak Minyon, sebulan dulu, berarti bakal ada sebulan lagi, dan sebulan lagi, gitu?"

"yaa, namanya juga magang Han, lagian papa butuh bantuan banget, kakak juga ga tega nolak, lagian kakak bisa dapat pengalaman kerja kan,"

"nggak.. Nggak boleh.. Kak Minyon nggak boleh pergi," ujar Jiun, "trus kalo aku balik asrama aku dianter siapa dong kak?"

"kan ada kak Danil sama kak Hana, ada Ujin juga,"

"trus mama ato papa nggak balik kak?" tanya Ujin.

"rencananya mama papah mau balik kok, tunggu aja.. Yang sabar ya," kata kak Minyon menenangkan, "jadi masalah rumah untuk sementara kakak amanahkan ke Danil sama Hana. Ujin sama Jiun musti bantu juga ya, pokoknya kalian harus saling menjaga satu sama lain, kalo ada libur kakak bakal izin papa pulang kok, kalian tenang aja,"

"yah, mau gimana lagi, kita cuma bisa ngedukung kak Minyon, kita harus saling percaya dan saling menjaga. Kakak jangan khawatir, aku sama Hana bisa dipercaya kok," ucap kak Danil.

"iya kak, kami nggak papa kok. Tapi sedih juga sih, hiks... Rumah kalo nggak ada kak Minyon atau salah satu dari kita rasanya aneh banget, hatiku kayak ada ruangan hampa gitu,"

"widih, Hana.. Kata-katanya keren banget, kakak jadi tersentuh," kak Minyon menutup mata seakan meresapi kata-kata ongolku itu.

Dan begitulah... Kak Minyon pamit sama kami untuk magang di Jepang selama sebulan. Minggu depan rencananya kak Minyon bakal berangkat. Sedih rasanya. Dan aku juga bakal sibuk banget pasti di dapur karena bos koki musti digantiin asistennya dulu, yaitu aku, untuk sementara.

> > > bersambung eaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

> > > bersambung eaa

Day By Day   |   ft. Wanna OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang