"Dear, our passanger. Welcome to Barcelona, we already landed with safety on El Prat Airport. Please still on your seat until we already perfect landing, and a turn off a light of seatbelt, and please rechecking your beggage before to leaving this airplane, our flight attendant will help you to preparing. I'm WilliamTorner as pilot from Korean Air, would to say thank you very much to using our service, and see you on next flight. Your pleasure is our happiness."
Begitulah pemberitahuan dari Pilot pesawat yang sedang kunaiki kini. Aku membuka mataku lalu membetulkan posisi dudukku dan melepas headset dari telingaku. Aku mengecek ponselku yang telah ku setting dalam mode jam digital dua negara, Seoul dan Madrid yang tak lupa telah ku ganti ke dalam mode pesawat, karena aku sedang dalam perjalanan. Aku melipat meja di depanku, dan melihat pemandangan di pagi hari kota Barcelona.
Kini aku berjalan menuju tempat penitipan bagasi untuk mengambil koperku. Hanya dua koper besar untuk tinggal selama tiga bulan di Madrid nantinya. Usai mengambil koper, aku berjalan ke arah pintu keluar kedatangan. Tengah berdiri tegap sosok lelaki yang aku kenal sepuluh tahun silam, Paman Jisung. Entah dia memang sedang ada kunjungan bisnis disini atau hanya mengunjungi keluarganya, karena yang aku dengar salah seorang anaknya sedang menempuh study exchange disini.
Aku menghampiri paman Jisung lalu memeluknya seakan paman Jisung sudah seperti keluargaku sendiri. "Bagaimana perjalananmu nak? Melelahkan?" tanyanya pertama kali usai kami melepas pelukan tadi.
"tidak juga paman, banyak pramugari cantik yang membantuku selama di pesawat, jadi aku merasa nyaman." Candaku sambil mengedipkan mata, sontak kami tertawa bersama. "ternyata sifat humoris Seung Woo menurun kepadamu. Ayo, " ajak paman Jisung kemudian.
Lalu seorang driver membantuku membawa troli berisikan barang bawaanku, sedangkan aku dan paman Jisung berjalan di belakangnya.
Sebenarnya paman Jisung adalah sahabat dari ayah dan ibuku saat dulu mereka menempuh pendidikan yang sama di Oxford University, mereka bersahabat sudah lama sekali hingga ayah menikahi ibuku dan paman Jisung menikahi seorang foriegn cantik dan ramah dari New York bernama bibi Lily Middleton. Persahabatan mereka bahkan masih terjalin sampai saat ini.
Paman Jisung sangat menyayangi keluarganya dan sempat tinggal di luar negeri beberapa waktu lalu kata ayah. Hal yang ku ingat dari keluarga ini adalah mereka memiliki dua budaya yang mereka terapkan di rumah mereka. Bahkan mereka memiliki anak yang tampan dan cantik dengan gestur wajah yang berbeda.
Jika anak pertamanya bernama Park Chanyeol, memiliki wajah tampan dengan gestur korea, tetapi tinggi dan mata bulat seperti ibunya, berbeda dengan anak keduanya yang bernama Park Mari, dia memiliki rambut coklat kemerahan dan gestur wajah blesteran seperti ibunya. Bahkan di dalam rumah mereka, meskipun mereka menganut agama cristiani, tetapi mereka tetap melakukan upacara peringatan kematian ayah dan ibu paman Jisung layaknya orang korea pada umumnya. Bahasapun juga demikian, mereka akan berbicara santai satu sama lain, seakan keluarga western pada umumnya, bahkan tak jarang menggunakan bahasa inggris di tengah komunikasinya, tetapi itu hanya untuk keluarga inti mereka, bukan dengan orang lain. Unik bukan? Seperti itulah yang kuingat terakhir kali dari keluarga ini.
Paman menceritakan bahwa apartemen yang dimiliki ayah berada di Madrid. Apartemen ini sudah berdiri kurang lebih tiga tahun terakhir, sebagai aset sementara ayah. Aku sendiri hanya mendengar dari ayah terakhir kali akan membeli aset hipotek, namun ayah ingin membelinya di Madrid.
Di perjalanan Paman Jisung bercerita tentang alasannya berada di Madrid, ternyata paman Jisung sedang dalam perjalanan bisnis bertemu dengan klien serta berkunjung ke tempat putrinya yang kebetulan tinggal di apartemen ayah. Paman sempat pula bertanya kenapa aku pindah sementara waktu disini.
"eum sebenarnya ayah memintaku untuk menggantikan posisinya untuk menjadi dosen, selama kurang lebih beberapa bulan ke depan. Menurutnya dengan usiaku yang masih muda dan juga berbekal ilmu dari gelar professor, aku lebih pantas untuk mengajar disini." Tuturku.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E G R E T
Fanfictionaku Park Mari. aku berusia 22 tahun, dan aku masih menjadi mahasiswi. ya aku mahasiswi pertukaran pelajar yang kini berada di negeri sepak bola. Madrid. semua berjalan normal sebelumnya, hingga suatu hari aku bertemu dengan dosen super tampan dari n...