Brak ....
Suara pintu ruangan eomma eomma yang kubuka karena aku terlalu panik hingga mendorongnya begitu kencang. Semua orang terdiam lalu menatapku. Dengan nafas terengah-engah aku mencoba berkata “eomma..” lalu ranjang ibuku yang awalnya tertutup oleh ayah, kakak, kyungsoo dan beberapa orang lainnya sedikit menampilkan celah.
Wajah pucat pasi yang kemarin ku lihat, kini telah berganti. Aku mendekat dan menitikkan air mata. Perasaanku yang benar-benar campur aduk, aku bahkan hanya bisa menangis saat mendekati tubuh ibuku, “eomma” ujarku lagi pelan, yang disambut dengan pelukan hangat saat mendekati ibuku.
“menangislah sayang, aku tahu bagaimana perasaanmu.”
“eomma... maafkan Mari eomma. Maafkan Mari.” Ujarku lagi dengan perasaan tak menentu. Tuhan telah menguji keluargaku, hingga meminta nyawa sebagai jaminannya. Dan kini aku hanya bisa menangis tersedu. “apakah sakit? Kenapa eomma tidur hampir tiga hari ini? tahukah betapa gilanya kami?” ujarku lagi, sembari menghapus air mataku yang terus menetes.
“tenanglah Mari, kini ibu sudah ada bersama kalian. Terima kasih telah berada di sisi ibu sampai saat ini.” jawab ibuku lalu memelukku lagi. “apa Mariaku merindukanku ?” tanya ibuku.
“ne, nomu nomu bogosipponde eomma.” Kataku jujur dengan anggukan di antara pundak ibuku. Lalu semua orang tertawa karena aku mengucapkannya dengan suara seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan kembali bonekanya.
Usai menangis haru, dan merasa aku cukup tenang, aku melepaskan pelukanku dari ibu. Aku kemudian memandangi sekitar, dan tersenyum. “selama beberapa hari koma, ibu tidak merasa seperti orang sakit, melainkan seperti ibu sedang tertidur pulas dengan iringan suara Maria seperti sedang me-nina bobo kan ibu.”
“eomma” ujarku tersipu malu.
“wae? Eomma mengatakan apa yang ingin eomma katakan. Bahkan ketika eomma merasa di tarik ke sisi lainnya, eomma masih ingin terus mendengar suara Chanyeol-ah dan Maria. Terima kasih semuanya, terutama kepadamu Seung Woo-ya.” Ucap ibu memandang kami semua lalu berhenti tepat di paman Byun.
“ah gwenchana, kini aku merasakan seperti apa hidup kembali. Bukan begitu Mari?” tutur halus paman Byun. Aku hanya tersenyum karena sepertinya paman Byun sedang ingin mencairkan suasana.
Kami akhirnya bercerita banyak hal, terutama terkait kasus kecelakaan ibu yang membuatku sedikit terkejut. Kecelakaan tersebut, ternyata menewaskan lima orang lainnya. Beruntung aku masih bisa melihat ibuku tetap selamat, meski harus mengalami koma. Sepertinya doaku benar-benar dikabulkan oleh tuhan.
Percayalah, tidak ada hal yang paling menyedihkan dibanding kalian kehilangan secara nyata orang yang kalian sayang dari dunia ini. Kini, aku sedikit mengerti, tidak ada yang tidak mungkin jika kita masih terus berusaha dan percaya kepada tuhan.
Kyungsoo dan Dara eonni telah berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing karena ada beberapa hal yang masih harus mereka kerjakan. Aku kemudian mengajak kakak dan ayahku untuk pergi beribadah, karena hari ini adalah hari minggu. Jadi kami menitipkan ibu kepada Baekhyun saem, “Baekhyun, bolehkah paman menitipkan istri paman sebentar. Kami akan melakukan ibadah sore ini?”
“tentu paman, aku akan menjaga bibi dengan senang hati.” Jawab Baekhyun-saem sembari menoleh ke arah ibu dan tersenyum manis. “ah, senangnya jika aku memiliki menantu setampan dan sebaik dirimu Baek,” celetuk ibu sebelum aku meninggalkan kamar, yang membuatku terdiam sejenak.
===000===
Kini Baekhyun duduk di samping bibi Luna, dengan sedikit canggung Baekhyun mencoba menawarkan untuk memotong apel yang tadi dibawakan oleh ibu tirinya. “apakah bibi ingin makan apel? Aku akan mengupaskan untuk bibi.” Ujarnya ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E G R E T
Fanfictionaku Park Mari. aku berusia 22 tahun, dan aku masih menjadi mahasiswi. ya aku mahasiswi pertukaran pelajar yang kini berada di negeri sepak bola. Madrid. semua berjalan normal sebelumnya, hingga suatu hari aku bertemu dengan dosen super tampan dari n...