Chapter 15 - Some Point

147 14 2
                                    

"Whoah Mari aku masih tidak menyangka bahwa kini statusmu telah berubah ?" ujar Soojung ketika Joo Hyun masih berkutak dengan make up untuk di sapukan ke wajahku.

Aku hanya mengendikkan bahu menanggapi pertanyaan Soojung, yang bahkan aku sendiri masih belum paham apakah ini benar atau tidak. "Maria jika ada sesuatu hal yang terjadi padamu jangan lupa untuk segera menghubungiku." lanjut Kyungsoo usai melihat jawabanku tadi. Aku tahu Kyungsoo khawatir denganku, terutama setelah mengetahui bagaimana ekspresiku tadi. Karena kami telah dekat dari kami masih remaja.

Aku kemudian membuka mataku usai Joo Hyun memoleskan eyeshadow ke kedua kelopak mataku. Menatapnya dari cermin lalu berkata, "sudah kubilang, seharusnya aku menikah denganmu saja. Pasti aku akan baik-baik saja." ujarku.

"Ya ! Jugulhe! Apa kau sudah tidak waras hah! Kau baru tadi mengucapkan janji pernikahan dan kini mencoba merayuku!" ucapnya sembari melemparkan bantal ke arahku yang langsung di tangkis oleh Joo Hyun.

"Wae? Bukankah bagus jika kita tinggal bersama. Lagipula tidak ada yang tahan dengan sifat kakumu itu, asal kau tau tuan maha sempurna."

"Gurecho. Maria cantik dan kau jelek. Maria pandai bahasa inggris dan kau tidak. Maria tinggi dan kau sedikit kurang berkembang. Maria bodoh dan kau pintar. Maria tidak bisa memasak dan kau bisa memasak. Sepertinya aku setuju dengan Maria untuk kali ini." sahut Soojung dengan menahan tawa kecilnya.

"Ya!" ujar Kyungsoo dan aku secara bersamaan.

Itu adalah salah satu ciri kalimat yang selalu di keluarkan oleh Soojung. Kalimat yang berawal dengan memuji lalu seketika akan di turunkan juga di saat bersamaan.

"Wae ?" ujarnya dengan memasang wajah tak bersalah. "I just say the fact of you both."

Kami kemudian membahas banyak hal, mengenai apa yang harus dan tidak harus kulakuan ke depannya agar nantinya aku tidak menyesal.

"I just wanna to make sure about something. So Maria, are you fallin with him or not?" tanya Soo jung dengan wajah serius. Aku berdiri dan menghadang ke arah mereka berdua karena Joo hyun usai meriasku.

"Absolutly nope. Aku hanya melakukannya karena keluargaku ya meminta." jawabku.

"Great, jika memang demikian. Jangan buat dirimu semakin tersiksa dengannya jika nantinya kau mencintai pria itu." sahut Kyungsoo.

"Sekarang satu hal yang perlu kalian lakukan adalah membuat perjanjian secara tertulis. Agar kalian mengetahui batasan batasan masing masing. Dan buat juga perjanjian jika salah satu di antara kalian menghilang lebih dari tiga tahun tanpa muncul di depan satu sama lain. Maka kalian berhak memutuskan pernikahan ini di mata pemerintah maupun tuhan." tegas Soojung.

"Dan ingat jangan sampai kau memiliki anak terlebih dahulu sebelum kau memastikan untuk berpisah dengannya atau bertahan dengannya karena cinta." pungkas Kyungsoo yang membuatku melipat kedua tanganku menyilang di depan dada.

Aku tersenyum mencoba menggoda Kyungsoo," apakah kau berharap akan menjadi suamiku nantinya hingga memberikan keterangan demikian, hmm ?"

"Oh tentu saja tidak. Aku tahu kau bodoh, maka dari itu aku tidak menginginkanmu menjadi ibu dari anak anakku nanti. Aku menyukai wanita pintar dan mandiri seperti Joo Hyun jika aku boleh memilih nantinya." jawabnya sambil tersenyum lalu beralih pandang ke Joo Hyun dan mengedipkan salah satu matanya. Yang membuatku refleks ingin melemparnya dengan bantal. Namun sayang lemparanku meleset yang membuat kami berempat tertawa.

Benar, Joo Hyun adalah adik tingkat kami di kampus. Dia berhasil masuk ke universitas kami berkat beasiswa. Dia mengikuti program full beasiswa semenjak masuk berkat kecerdasaannya. Terlebih lagi dia juga merangkap bekerja sebagai salah satu MUA dari wedding organizer berkat kemampuannya. Ditambah aktivitasnya di kampus sebagai sekretaris organisasi jurusan dan kecantikannya membuatnya menjadi banyak dijadikan incaran para sunbae maupun teman seangkatannya.

R E G R E TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang