Aku dan Pat pergi ke toko peralatan melukis di salah satu pusat perbelanjaan. Bukan sebuah mall tetapi lebih ke arah pasar aksesoris. Disini banyak sekali pernak-pernik yang di butuhkan oleh masyarakat, mulai dari microwave hingga sebuah pin, mulai dari yang terbaru hingga bekas, semuanya ada disini dengan harga yang bermacam-macam namun tetap terjangkau.“Pat, apakah kau pernah tau kisah masa lalu Jongin?” tanyaku sembari memilih cat acrylic.”Seperti hobinya dimasa sekolah dulu ?” imbuhku
Pat berjalan mendekatiku, sembari memberikanku pallete untuk menyadur cat minyak untuk melukis. “Tidak terlalu jelas, hanya saja dia sempat memberitahuku, dia sempat jatuh pada sosok gadis yang disukainya hingga sekarang.” ujarnya.
“benarkah ? apa gadis itu spesial?” tanyaku lagi.
“Mungkin saja, kau tahu sejak saat itu dia berkata bahwa dia sudah berhenti bermain wanita, dan lebih memeilih wanita dengan great inner beauty, itu yang kutahu saat aku menanyakan alasannya menolak Adelia Grum.” Tutur Pat, kemudian mengambilkanku beberapa kuas dan juga penutup lukisan.
“ah, benar. Bahkan sejak saat itu hingga beberapa waktu ini Adelia masih menganggapku saingan superiornya.” Celetukku membenarkan alasan Pat, sontak membuat Pat ikut tertawa lepas. Lalu kami membayarkan belanjaan kami di toko tadi dan bergegas kembali menuju kampus karena aku akan mulai melukis di ruang kesenian.
Sebenarnya melukis hanyalah hobiku ketika aku merasa ingin melakukannya saja. Namun berkat hobi ini, aku terkadang bisa menghemat biaya ketika harus memberikan kado ulang tahun untuk seseorang, salah satu contohnya adalah Pat. Karena kebanyakan orang lebih menyukai hadiah yang diberikan dengan penuh ketulusan dan sedikit membutuhkan perjuangan ketika mendapatkannya. Terlebih wanita, itulah teori yang ku dapatkan dari James, salah satu saudara sepupuku yang berada di Amerika ketika merayu wanita-wanitanya.
Pat membantuku mengangkat Easel dan juga kursi di dekat jendela, karena dengan dekat jendela itu akan memudahkanku untuk mengetahui terpaan cahaya terhadap warna yang ku bubuhkan di kanvas, serta ketika bosan aku dapat mengalihkan pandanganku sementara.
Aku mengambilkan Pat kursi untuk duduk di sampingku agar tidak bosan menungguku. Lalu aku bergegas mengambil air di dua gelas yang sudah kusediakan. Nantinya air tersebut akan berfungsi sebagai penyadur warna dan juga untuk membersihkan kuasku dari tinta. Aku mengambil meja kecil dan meletakkan pallet, cat acrylic, cat minyak, cat aquarel, pisau pallet, dan beberapa lembar kertas. Kemudian aku melai menyadur beberapa warna dari beberapa jenis cat tadi ke dalam pallet dan memberikan sedikit air. Tak lupa aku mengikat rambutku sebelum mulai melukis.
Pat memutarkan musik dari ponselnya, dan dia mulai bermain dengan ponselnya. Mungkin lebih tepatnya membalas chat pekerjaan ataupun seseorang. Ketika aku mulai melukis, aku sembari bercerita kepada Pat awal mula aku mengetahui bakatku ini, itu masa dimana aku memiliki teman laki-laki ketika masih kecil. Kami sering bermain bersama, hingga suatu hari kami tertarik dengan kisah peter pan dan mulai mencoba menggambar imajinasi kami tentang peter pan dengan tinker bell di sebuah kertas, dan kamipun sama-sama terpukau dengan hasil gambaranku. Sayang sekali aku tidak terlalu ingat jelas siapa nama dan bagaimana karakter anak laki-laki itu.
Lalu Pat juga mulai menceritakan tentang keluarganya. Pat ternyata memiliki seorang kakak laki-laki yang sekarang kurang lebih berusia 30 tahun. Sebenarnya keluarga mereka pernah tinggal di Busan, bahkan ayahnya pernah menjadi salah satu kandidat di pemerintahan. Wow luar biasa pikirku.
Pat sudah terbiasa dengan keluarganya yang sering berpindah-pindah, jadilah Pat sejak kecil lebih sering tinggal dengan neneknya yang bertempat di Jepang. Sedangkan kakaknya, karena sejak kecil sudah mengikuti alur ayah dan ibunya maka mau tak mau mereka tetap berpindah-pindah. Hingga pada saat Pat usia 14 tahun, keluarganya di terpa isu tidak sedap, dan jadilah seluruh keluarga Pat pindah ke Jepang.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E G R E T
Fanfictionaku Park Mari. aku berusia 22 tahun, dan aku masih menjadi mahasiswi. ya aku mahasiswi pertukaran pelajar yang kini berada di negeri sepak bola. Madrid. semua berjalan normal sebelumnya, hingga suatu hari aku bertemu dengan dosen super tampan dari n...