Chapter 12 - First Hope on The Winter

172 22 5
                                    


Tiit tiit tiiit tiiit tiiit

eomma, apakah tidur eomma nyenyak?” tanyaku sembari mengusap bahu tangan ibuku. “apa eomma tidak ingin memelukku seperti biasanya? Atau memarahiku karena aku kabur kemarin?”

Tiiit tiiit tiit tiit, hanya suara alat monitoring yang terus berbunyi, membuatku meneteskan air mata, namun aku segera mengusapnya. Aku tidak ingin air mataku jatuh, karena aku takut membuat ibuku merasa sedih.

eomma, besok adalah pengumuman nilaiku selama aku kuliah di Madrid satu setengah tahun.” Aku mengambil nafas dalam-dalam mulai menghembuskannya perlahan sembari mengatur nada bicaraku

“masih ingatkah betapa senangnya aku mengumumkan hal itu kepada appa, eomma, dan oppa. Bahkan dengan bangganya eomma menceritakan kepada bibi Kate yang berada di Kanada tentang berita itu.”

“eomma segera pergi berbelanja dan membuat sambutan perayaan besar dengan mengundang Kyungsoo dan ibunya, usai mengadakan upacara peringatan kematian kakek.”

“aku sangat senang, karena ini pertama kalinya ibu Kyungsoo bisa keluar rumah dengan Kyungsoo tanpa merasa panik. Bahkan itu pertama kalinya Chanyeol oppa mengajak Dara eonni ikut serta. Meski aku tidak menyukai kesan pertamanya.”

“Apakah eomma tidak ingin menatapku sebentar. Aku merasa lelah beberapa bulan ini, aku selalu ingin berada di Korea dan menceritakan betapa indahnya dunia di luar sana. Bahkan ini pertama kalinya aku kembali ke Korea tanpa persiapan panjang.” Kini aku tidak bisa menahan air mataku, karena faktanya ibuku hanya memejamkan mata tanpa menggerakkan salah satu bagian tubuhnya.

Eomma? Katakan kepadaku? Bagian mana yang sakit? Mari akan mengusap dan mengobatinya.” Kini suaraku kembali tercekat. “Kini aku tahu kenapa hampir semua orang begitu menjagaku. Andai saja Mari memiliki dua ginjal, Mari akan dengan senang hati memberikannya untuk eomma.” Air mataku terus turun tanpa bisa ku kendalikan.

“eomma, jika nanti eomma sadar, aku berjanji akan mengabulkan satu permintaan khusus yang eomma inginkan dari Mari.” Aku kemudian melepas genggamanku saat melihat Kyungsoo memasuki ruangan.

“Mari, istirahatlah. Aku tahu kau lelah. Biar aku yang menjaga bibi disini.” Ujarnya sambil memegang bahuku. Aku mengenggam tangan Kyungsoo dengan tanagn sebelah kiriku. “aku baik-baik saja Kyung. Bagaimana kabar appa dan oppa? Apa mereka baik baik saja?” tanyaku sambil memandangnya.

Kyungsoo mengangguk mantap, “istirahatlah, ini sudah tengah malam. Apa kau tidak lelah?”

“tidak, aku ingin menemani ibu. Bahkan lelahku tidak sebanding dengan keadaan ibu saat ini.” aku mulai menangis lagi. “aku benar-benar bersalah Kyung. Jika... Jika saja aku tidak kabur, pasti aku masih bisa merasakan hangat pelukan ibu Kyung.” Ujarku bergetar.

Kyungsoo meraih pundakku “tenangkan dirimu Mari, aku yakin bibi akan segera bangun. Kita hanya perlu menunggu bibi berjuang.” Ujarnya yang membuatku mengangguk menyetujuinya. Benar, aku yakin ibuku orang yang kuat, “aku yakin pasti ibu akan bangun.”

Tepat ketika aku berkata demikian, tuan Byun masuk ke ruangan. “ah, kalian masih disini rupanya. Apa kalian akan menginap disini malam ini?” kami mengangguk sebagai jawaban. Lalu di susul Baekhyun-saem dan istri tuan Byun yang memasuki ruangan.

Mereka membawakan selimut, makanan dan juga minuman. Sepertinya mereka sempat mampir di minimarket sebelum kembali kemari.

“Mari, apakah kau mau menemani paman melihat ayah dan kakakmu?”

“ah, ne samchon.” Jawabku kemudian aku berpamit kepada Kyungsoo untuk menjaga ibuku.

Kami berjalan beriringan di sepanjang lorong tanpa memulai percakapan, karena jujur fokusku kali ini hanyalah ibu. “apa kabar Mari?” ujar paman Byun memulai percakapan.

R E G R E TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang