✨ 13 - So?

1K 159 35
                                    

maaf buat typo-typonya ya,
happy reading!
-----------

Sesuai dengan kesepakatan bersama, paginya Vernon langsung bergegas pergi dari rumah orangtuanya menuju kediaman Seungcheol. Tidak tahu sebenarnya kekasih hatinya itu ada disana atau tidak, yang penting yakin.

Vernon tidak tahan, beberapa jam berpisah dengan Seungkwan saja sudah membuat nafasnya tersendat-sendat semalaman suntuk. Biasa tidur dengan aroma greentea dari tubuh sang kekasih, ia jadi mendadak harus tidur dengan aroma kamprer warna-warni yang menguar dari dalam kamar mandi. Tidak sanggup lagi, Vernon menyerah, Vernon merindukan wanitanya.

"Kwan, aku janji akan bawa kamu pulang bagaimanapun caranya. Meski aku harus mati ditangan abang kamu sekalipun." Vernon bergumam, seraya untuk mengukuhkan hatinya sebelum mengetuk pintu kayu besar di kediaman keluarga Boo.

*Ting.. Tong..*
*Ting.. Tong..*

ceklek..

"Cari siap--"

"H-hallo." Jantung Vernon rasanya sudah ingin keluar saja dari tempatnya, juga dengan kurang ajarnya tetesan keringat mengalir sampai rahangnya yang tegas.

Berharap dapat nasib baik, baru sampai disini saja dia sudah melihat wajah Jeonghan yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Biar Vernon tebak, Seungkwan benar bermalam dirumah kakaknya dan sudah menceritakan semua yang telah terjadi diantara mereka.

Kalau sudah begini, Vernon hanya bisa berdoa kalau Seungcheol sedang tidak ada dirumah saat ini.

"Mas, kamu liat nih siapa yang dateng pagi-pagi begini." teriak Jeonghan yang membuat jantung Vernon semakin ingin melompat keluar dari tempatnya.

Tuhan memang maha adil, hukumnya adalah pasti. Apa yang kamu tanam, itulah yang kamu tuai, jadi kalau kamu menyakiti, maka kamu juga harus siap untuk disakiti.

Jadi sekarang Vernon mau tidak mau harus siap untuk babak belur ditangan Seungcheol.

"Siapa, sayang?" suara Seungcheol makin nyaring terdengar, pertanda kalau lelaki itu tengah berjalan menghampiri istrinya.

Vernon makin gugup. Waktu untuk menjemput ajalnya sudah semakin dekat, itu kenapa bibir tipisnya mendadak berubah menjadi pucat pasi.

"Kok gak di su--bangsat."

Selamat tinggal Vernon :)

"H-hai, bang?" sapa Vernon gugup, sebab Seungcheol menatapnya layaknya seekor singa yang tengah menatap seongok daging. "S-seungkwannya, a-ada?"

"Gak ada." balas Seungcheol langsung. "Udah gue nikahin sama saudagar kaya dari Afrika."

Vernon sweetdrop.

"N-nikah bang?"

"Iya, kasian soalnya. Calon suaminya yang dulu mendadak mati, kegantung di pohon kelapa katanya. Yaudah, gue nikahin aja sama saudagar Afrika, yang baik dan gak suka nyakitin perasaan perempuan."

JDERRR!

Maaf teman-teman, Vernon tertohok.

Niat ingin berbicara menjelaskan semua kesalah-pahaman yang terjadi, bibir Vernon jadi mendadak kelu untuk sekedar berkata 'Semua ini salah paham' atau 'Gue bisa jelasin.'. Tatapan Seungcheol sudah menusuk bukan main, Vernon antara takut tetapi ia juga ingin membawa Seungkwan kembali bersamanya.

"B-bang, g-gue--"

"Halah, lo ngomong aja masih remedial, udah sok banget dateng kesini pagi-pagi. Sorry aja ya, biar kata niat lu baik dateng kesini, pintu maaf gue buat lo udah ke-lem pake power glue. Gak bisa lagi kebuka."

"T-tapi bang--"

"Udah sana pulang, gue lagi gak nafsu bunuh orang." Seungcheol menarik kembali tangan istrinya, setelah itu ia menutup pintu rumahnya dengan keras.

Meninggalkan Vernon yang tengah mematung tidak berdaya diteras rumah. Kasihan, tampilannya sekarang sudah seperti pemulung; wajah lesu, rambut yang tidak tertata dengan rapih, juga celana jeans dan kaus polos berwarna hijau army, persis seperti tukang sampah keliling.

"Kwan, aku kangen." lirih Vernon.

Menghela nafasnya sebentar, Vernon memutuskan untuk pergi dari sana. Besok ia akan kesini lagi, barangkali nanti malam pikiran Kakak dari kekasihnya itu bisa berubah dan mengizinkan dia untuk berbicara kepada sang pemilik hati.

Sebenarnya, tanpa sepengetahuan Vernon, Seungkwan sedari tadi berdiri dibalkon atas rumahnya. Mengamati kedatangan sang mantan kekasih dengan perasaan sakit dan kecewa yang masih melingkupinya. Lalu ketika dia melihat Vernon berjalan kembali kearah mobilnya, kaki jenjangnya melangkah cepat kedepan balkon.

Vernon tau, dia sadar Seungkwan ada diatas dan tengah mengamatinya dari sana. Untuk itu, ketika ia hendak masuk kedalam mobil, wajahnya ia dongakkan keatas, mengarahkan matanya untuk menatap sang kekasih yang kini tersentak dengan airmata yang berlinang dikedua pipi tembamnya, mereka berdua saling bersitatap seakan perasaan mereka bisa tersalur lewat tatapan itu.

"I love you, i'm sorry." Vernon menggerakan bibirnya, berbicara kepada Seungkwan tanpa suara.

Tangisan Seungkwan semakin menjadi, seiring dengan kepergian Vernon dan mobilnya dari kediaman keluarga Kakaknya.

Sebenarnya mereka baru saja berpisah beberapa jam, tetapi karna memang dasarnya kedua insan itu adalah tipikal manusia melakonis, hah.. sudahlah.

Memang dasarnya Seungkwan hanya untuk Vernon, dan Vernon hanya untuk Seungkwan. Sejauh apapun mereka terpisah, tetap saja kembali kerumah lagi. Baru seperti ini saja, sudah hilang melayang nyawa Vernon, gimana kalau Seungkwan benar-benar pergi? Mati mendadak mungkin.

Bucin.















































#tbc

WOY.

Hoshi's,
Maekhatya Graciella❤️

𝐄𝐬𝐢𝐱𝐞𝐧𝐜𝐢𝐚 [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang