✨ 16 - The Day!

1.1K 138 25
                                    

maaf buat typo-typonya,
happy reading!
-----------

Hembusan angin sore disebuah bukit hijau terasa begitu menusuk kedalam pori-pori kulit. Lajunya yang kencang juga sontak menerbangkan para dedaunan kering yang awalnya mengumpul dibawah sebuah pohon berdaun rindang.

Adalah Seungkwan, yang kini tengah duduk bersila disamping makam sang Ibu sembari membersihkan rerumputan liar yang tumbuh diatas makam tersebut. Tentu saja dia kemari bersama sang kekasih, Vernon.

Hari pernikahan mereka sudah hampir tiba, malahan sudah bisa dihitung dengan jari. Tadi pagi, Seungkwan membangunkan Vernon untuk pergi bersamanya ke makam mendiang orangtua Seungkwan. Ingin meminta restu katanya, agar kehidupan pernikahan mereka dapat selalu diberi kelancaran.

Vernon sih tidak masalah, lagi pula Ibunya kemarin juga memberi wejangan untuk datang ke makan orangtua Seungkwan dulu guna meminta restu sebelum menikah. Gak tau ya, memang kalau budaya orang jaman dahulu suka sedikit, ungh.. mistis mungkin?

Walau Vernon sedikit banyaknya tidak percaya dengan hal-hal seperti itu, namun dia juga bukan termasuk golongan orang-orang yang menentang. Dia lebih memilih untuk menurut, lagi pula orangtua itu kan pengalamannya sudah lebih banyak dari mereka yang masih muda.

"Mah, apa kabar?" kata Seungkwan, tangannya dengan terampil mengambil dedaunan kering yang jatuh keatas makam sang ibu. "Mah, lusa adek mau nikah. Akhirnya, hal yang mama pengenin dari dulu terwujud juga."

Seungkwan masih ingat betul, bagaimana senangnya sang Ibu saat melihat Seungkwan mengenakan sebuah Gaun ala pengantin wanita yang dibawanya dulu selepas perjalanan bisnis. Itu sudah lama sekali, mungkin saat dia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama.

Pada saat itu, Ibunya membawakan Seungkwan sebuah Gaun mahal berwarna putih yang lengkap dengan aksesoris lainnya ketika beliau kembali ke Indonesia setelah dua minggu lamanya menemani sang Suami ke luar Negri. Seungkwan senang tentu saja, karna Gaun itu benar-benar terlihat sangat cantik dan mahal. Apalagi saat dia mencobanya.

"Cantik banget sih anak mama? Gak kebayang lagi, gimana cantiknya adek pas nikah beneran nanti, pasti kayak Putri-Putri Kerajaan."

Itu adalah kalimat yang beliau ucapkan pada saat itu. Hah.. Seungkwan jadi rindu pada Ibunya.

"Mama kamu pasti seneng banget lihat kamu di Altar nanti." Kata Vernon.

"He-eum, itu kan emang impian Mama dari dulu." jawab Seungkwan.

Vernon yang awalnya tengah membersikan makam mendiang Ayah Seungkwan, langsung tersenyum teduh dengan pandangan mata yang terus tertuju pada sang kekasih hati. Dia pun beranjak dari sana.

"Udah dong sayang, gak boleh sedih." Vernon mendudukan tubuhnya disamping Seungkwan, setelah itu ia bawa kepala Seungkwan untuk bersandah dibahunya. "Nanti Mama kamu sedih juga."

"Aku kangen Mama, Non. Kangen sama Papa juga." Seungkwan lalu terisak hebat sembari masuk kedalam pelukan Vernon, menyembunyikan wajahnya didepan dada bidang calon suaminya.

Vernon mengusap punggung Seungkwan dengan lembut, "Iya aku tau, udah ya jangan nangis lagi."

Seungkwan mengangguk samar.

Setelah puas menumpahkan semua emosinya, Seungkwan lalu mengajak Vernon untuk memberikan doa kepada mendiang kedua orangtuanya. Meski masih sedikit terisak, Seungkwan tetap tidak memutus Doa yang sedang ia panjatkan kepada Tuhan.

Mereka juga tidak lupa dengan tujuan awal mereka datang kesana, mereka meminta restu kepada mendiang orangtua Seungkwan dengan cara menaburkan bunga dan mengelus masing-masing batu nisan dikedua makam tersebut. Setelahnya, mereka pamit, barulah kedua insan yang akan menikah itu meninggalkan makam dengan keadaan yang penuh haru dan tenang.

𝐄𝐬𝐢𝐱𝐞𝐧𝐜𝐢𝐚 [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang