✨ 11 - Who is she?

1K 151 31
                                    

maaf untuk typo-typonya
happy reading!
--------------------------

Kejadian tadi siang terus saja berputar didalam kepala Seungkwan. Badannya jadi melemas dan pekerjaanya juga menjadi semakin berantakan.

Selepas mendengar Vernon berbicara seperti itu kepada wanita asing yang tidak tahu darimana asal-usulnya, Seungkwan langsung saja tersenyum hangat pada sang 'kekasih' lalu segera keluar dari sana dengan perasaan yang campur-aduk.

Awalnya dia kira, wanita itu mungkin hanyalah teman lama Vernon, makanya Vernon berani memberikan pelukan yang erat. Tapi setelah kejadian tadi, hal ini menjadi keraguan tersendiri bagi Seungkwan.

Tidak! Seungkwan tidak marah pada Vernon.

Dia hanya berpikir, dan mengambil waktu merenung sebentar. Mungkin saja memang ada yang salah dari diri Seungkwan, mungkin saja dia masih kurang memperlakukan Vernon dengan baik selama ini hingga lelaki itu dengan teganya berpaling. Ya, mungkin. Seungkwan berpikir untuk menjadikan masalah ini sebagai pertanda dari Tuhan, kalau Vernon mungkin bukanlah yang terbaik untuknya.

Tidak apa-apa, semua cerita pasti memiliki bekas luka.

Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam, tetapi Seungkwan masih betah untuk duduk berdiam didepan televisi yang menayangkan acara berita tengah malam. Vernon belum pulang, entah pergi kemana, menghubungi Seungkwan pun tidak.

Lagi-lagi wanita berpipi bakpao itu hanya dapat menghela nafas. Dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang, menangis pun tidak bisa.

Kembali pada sebuah toples kecil berisikan permen susu, Seungkwan memakan lagi butiran-butiran padat itu untuk yang kesekian kalinya. Matanya kini mulai terfokus pada televisi yang sedang menayangkan berita politik. Si pembawa berita dengan luwes membicarakan soal politik yang terjadi di Indonesia, sementara Seungkwan hanya menyimak sembari mengemut permen susu.

"Acara pemilu tahun depan memang men.."

bla.. bla.. bla..

Sangat tidak menarik.

Dengan cepat Seungkwan meraih remote televisi disebelahnya, menekan tombol berwarna merah, menutup toples permennya dan beranjak dari sana. Tujuan wanita cantik itu kali ini adalah dapur. Membuat segelas cokelat panas ditengah malam saat pikiran tengah kacau sepertinya menjadi pilihan yang bagus untuknya.

ceklek..

"I'm home!"

Setelah sekian lama, yang ditunggu akhirnya datang juga.

Seungkwan melihat lelaki yang selama ini dia cintai tengah menyimpan sepatu kerjanya diatas rak sepatu. Dia hanya melirik sebentar, setelah itu kembali sibuk mengaduk coklat panas yang sudah dituang kedalam cangkir.

"Beib?" panggilnya lagi, tapi Seungkwan masih tidak bergeming. Hanya ada suara dentingan sendok besi yang bergesekan dengan cangkir beling yang terdengar.

Vernon mengerutkan dahinya, "Sayang, ini aku udah pulang, loh?"

TRANG!

Seungkwan membanting sendoknya dengan kencang.

Vernon yang merasa terkejut pun akhirnya memutuskan untuk menyusul sang kekasih kedalam dapur, hanya untuk memastikan apa yang terjadi pada kekasih manisnya itu.

"Hey, kamu kenapa?"

Vernon sudah sampai didepan Seungkwan, tapi wanita itu tidak melirik kearahnya barang sekalipun. Dia malah asik menyeruput cokelat panas dari dalam cangkir.

"Sayang?"

"You still asked me why?!"

BRAK.

"Kwan, aku beneran gak tau apa yang terjadi sama kamu."

Seungkwan kembali mengunci bibirnya rapat-rapat. Dia malah memutar badannya memunggungi Vernon dan tanpa belas kasihan menuang seluruh cairan coklat yang berharga dari dalam gelasnya ke tempat pencucian piring.

"Sayang--"

"Who is she?!"

Vernon terdiam, "P-pardon?"

"Aku tanya, who is she?!"

"Kwan, kamu marah sama aku karna kejadian tadi siang?"

"Kamu masih bisa nanya setelah apa yang udah kamu lakuin ke aku tadi siang?!"

"Astaga sayang, ak--"

"Cukup jawab Non, dia siapa!"

Vernon kembali terdiam ditempatnya. Meski ia melihat bagaimana Seungkwan tengah menatap kearahnya dengan kecewa, Vernon tetap enggan membuka suara.

Apa yang harus dia katakan?
Apa yang harus dia jelaskan?

Seungkwan yang melihat keterdiaman itu hanya mampu tersenyum kecil, berdecih sembari menertawai nasibnya yang begitu buruk. Satu bulan, satu bulan lagi seharusnya dia bisa hidup bahagia sebagai Nyonya Choi, tapi ternyata kenyataan menghempaskan dirinya terlalu keras ke dalam realita. Wow, Seungkwan terkejut.

Entah Seungkwan harus bersyukur atau malah menyesal dengan keputusannya kali ini,

"Keep this, and we're done."

Lalu dia bergegas keatas, merapikan seluruh barang-barangnya dan bergegas keluar dari sana, tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan manis bersama sang kekasih.

Meninggalkan Vernon, yang hampir menangis menatap sebuah cincin emas diatas telapak tangannya, sendirian.






















#tbc

lah? kok konflik dah?

𝐄𝐬𝐢𝐱𝐞𝐧𝐜𝐢𝐚 [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang