✨ 12 - Terungkapnya Sebuah Kebenaran.

1K 159 43
                                    

maaf buat typo-typonya,
happy reading!
----------

Jeonghan masih disini, berdiam diri didalam kamar tamu sembari memeluk Seungkwan yang tidak berhenti menangis sejak tadi.

Beberapa jam yang lalu, Jeonghan dan Seungcheol dikejutkan dengan kedatangan Seungkwan kerumah mereka. Bukan apa-apa, tapi demi Tuhan! Itu pukul 2 pagi! Untung saja mereka sedang tidak melakukan 'apapun' saat itu.

Seungkwan datang kerumah mereka dengan penampilan yang bisa dibilang sangat berantakan, Mata indahnya sembab, dan sebuah koper besar berwarna biru muda ditemukan disampingnya, membuat Seungcheol khawatir setengah mati melihat keadaan adik perempuan satu-satunya.

"Coba sekarang kamu cerita semua ke Abang." Seungcheol masuk kedalam kamar dengan membawa segelas air hangat untuk adiknya.

"Sabar dulu mas, biarin Seungkwan tenang dulu." kata Jeonghan. "Kamu jagain anak-anak aja, biar nanti aku yang ngomong sama Seungkwan."

Seungcheol lalu menghela nafasnya, memposisikan dirinya untuk duduk disamping adik tercinta, "Abang khawatir banget sama kamu Kwan, banget." katanya lirih.

Setelah itu Seungcheol kembali berdiri dari posisinya, mengecup sayang puncak kepala sang adik sebelum keluar dari dalam kamar tamu menuju ke kamar anak-anaknya.

Jeonghan, kembali menghela nafasnya.

"Kwan, sayang. Kalo kamu gak mau cerita apapun sama kita, gimana bisa kita bantu kamu buat nyelesain masalah?" masih sama, jemari milik Jeonghan mengelus lembut surai hitam adik iparnya.

Seungkwan tidak menjawab. Alih-alih menjawab dia justru lebih memilih untuk kembali menangis di pelukan sang kakak, menenggelamkan wajah cantiknya diperpotongan leher Jeonghan.

"Hiks.. Hiks.."

"Sengkwan, dengerin kakak!" Jeonghan menjauhkan tubuh Seungkwan sampai ia dapat menatap wajah sembab sang adik, "Kakak sama abang kamu itu khawatir setengah mati, sama kamu. Tiba-tiba dateng kerumah kita malem-malem begitu, kamu ada masalah?"

Cewek berpipi tembam itu masih saja bungkam dengan isakan-isakan kecil yang keluar dari bibir tipisnya. Bukan ragu untuk memberitahu, tetapi Seungkwan memang belum siap.

"Seungkwan.."

"Oke oke! Aku cerita!"

Jeonghan tersenyum dengan penuh kemenangan, "Ayo, kakak dengerin."

"Tapi, aku mau bang Cheol denger juga. Boleh, ya?" pinta Seungkwan, sembari menghapus airmatanya dengan kasar.

"Iya boleh," kata Jeonghan. "MAS! MAS SINI!"

Seungcheol yang saat itu tengah bersiap menarik selimut untuk menutupi badannya, harus kembali membuat nafasnya keluar dengan kasar. Ia mengumpat untuk istrinya didalam hati.

Kembali ia menyibakkan selimut bergambar bintang itu keatas kasur. Dengan gerakan pelan ia turun dari sana, bertujuan agar tidak menganggu tidur kedua putranya.

Tidak lama kemudian Seungcheol datang lagi ke kamar tamu, menghampiri sang istri sembari mengeluarkan umpatan dari bibirnya, "Tadi disuruh jagain bocah, pas mau tidur malah digangguin."

Jeonghan terkekeh. "Seungkwan bilang, dia mau kamu denger cerita masalah dia juga." katanya.

Mendengar hal itu disebut, Seungcheol bergegas mengambil posisi nyaman untuk duduk disamping sang adik. Ia menatap Seungkwan dengan tatapan antusias lalu berkata,

"Kenapa? Kenapa? Ayo cerita sama abang."

Hah.. salah strategi nih Seungkwan, kayaknya.

𝐄𝐬𝐢𝐱𝐞𝐧𝐜𝐢𝐚 [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang