✨ 19 - Welcome!

1.4K 140 9
                                    

maaf untuk typo-typonya,
happy reading!
----------

Usia kandungan yang sudah memasuki bulan kesembilan, tidak lantas membuat Seungkwan membatasi aktifitasnya. Ia justru lebih bersemangat. Anjuran Dokter yang mengharuskannya lebih banyak bergerak diusia kehamilan yang sekarang menjadi pemicu utama untuk Seungkwan.

Seperti saat ini, wanita berpipi tembam itu terlihat tengah asik berkutat dengan buku catatan pengeluaran milik Butiknya diruangan pribadinya. Jari-jari miliknya yang lentik dengan lihai menuliskan angka demi angka diatas kertas bergaris.

Hari ini adalah akhir bulan, dimana seluruh laporan bulanan harus diselesaikan sebelum masuk ke bulan yang baru. Makanya, Seungkwan bersikeras datang dan mengabaikan suaminya yang melarang keras dia untuk datang ke butik guna menyelesaikan laopran keuangan.

Tapi dia tidak sendiri kok, ada beberapa pegawai butik yang senantiasa membantu atasan mereka yang sekarang tengah hamil tua. Setidaknya, kalo ada apa-apa kan gak khawatir, soalnya pasti banyak yang menolong.

"Mbak, ini yang minggu pertama sama kedua udah selesai perinciannya. Aku letakkin dimana?" tanya Risa, salah satu karyawati kepercayaan Seungkwan yang bekerja dibutiknya.

"Oh, letakkin disini aja Ris. Ini aku udah mau selesai juga kok." kata Seungkwan, lalu menepuk meja bagian sebelah kiri yang minim dengan barang.

Si pegawai Butik yang namanya Risa itu kemudian meletakkan lembaran kertas laporan keuangan diatas tempat yang diberitahu Seungkwan, dia merapihkannya sedikit sebelum dimasukan kedalam map kertas berwarna biru lalu ditutup rapat.

"Mbak Seungkwan, ndak mau pulang aja?" tanya Risa. "Aku ngeri mbak, perut mbak udah kayak mau meledak."

Seungkwan ketawa kecil, "Enak aja, emangnya perut aku balon?"

"Ya abis aku khawatir toh mbak, mbaknya kelewat nekat sih."

"Aku tuh dirumah bosen, gak ada temen. Mendingan disini ngerjain laporan."

"Tetep aja mbak, aku ngeri liatnya." Kakeh Risa. "Aku nih, kalo jadi mbak, pasti sekarang lagi diatas kasur, baca-baca majalah kehamilan sambil nunggu suami pulang kerja. Mana mbak kan suaminya ganteng toh, kayak patung hidup. Tuh kan, aku jadi iri."

Kita satu nasib Ris, aqu juga iri sama Seungkwan :(

Seungkwan jadi ketawa mendengar rentetan kalimat yang dilontarkan oleh Risa. Udah gitu, Risa kan memang asli Surabaya, jadi aksen yang dipakai juga terdengar medok. Lucu ditelinga Seungkwan.

"Iya-iya, kamu ada-ada aja deh tengah hari bolong kayak gini." balas Seungkwan, abis itu kembali terkekeh, ngetawain Risa yang mukanya berubah sepet.

"Bener toh mbak? Gak salah loh aku." katanya, Gak mau kalah ceritanya.

"Iya uwes, kamu gak salah."

"Ndak cocok loh mbak, ngomong logat medok kayak gitu."

"Ah moso sih? Ndak cocok yo Ris?"

"Hadeh.. terserah ibu hamil aja lah ya." Habis itu mereka ketawa bareng.

"Eh Ris, minta tolong beliin Bakso yang disebrang boleh? Kayaknya enak." Seungkwan kembali membuka percakapan.

Risa mengangguk, "Boleh, sini tak beliin."

Seungkwan langsung meraih tas miliknya yang berada diatas meja, abis itu mengambil beberapa uang lembar untuk diserahkan kepada Risa.

"Pedes ya, trus bihunnya yang banyak, gak pake mie kuning sama kecap. Bening." pesan Seungkwan, tangan kanannya memberikan uang kertas yang tadi diambil untuk Risa.

𝐄𝐬𝐢𝐱𝐞𝐧𝐜𝐢𝐚 [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang