14

1.7K 207 5
                                    

Sebentar lagi ulangan akhir semester akan segera dimulai, para ssaem berpesan agar kami mengurangi waktu bermain dan belajar dengan rajin. Agar saat ulangan nanti kami bisa mengerjakannya dengan baik dan mendapatkan nilai yang baik pula.

Selama ini ibuku tidak pernah mempermasalahkan nilai-nilaiku, karena aku bukan murid yang bodoh dan nilaiku juga tidak pernah mengecewakan. Hanya dalam pelajaran matematika saja aku agak kesulitan. Entah kenapa aku kurang pandai dalam berhitung. Mungkin karena angka-angka itu saja sudah membuat pusing ditambah lagi dengan ssaem yang galak.

Apakah harus kuminta seseorang untuk mengajariku, tapi siapa? Kim Taehyung, tidak mungkin dia juga sama bodohnya denganku kalau soal yang berhubungan dengan angka. Atau Sohee, ah tidak dia sama saja jangankan matematika pelajaran lain pun dia kurang. Lalu siapa?

Setelah berpikir kutemukan jawabannya Yoongi, ya dia pandai dalam pelajaran matematika tapi tidak mungkin aku memintanya mengajariku. Dia pasti belajar bersama kekasihnya. Baiklah aku belajar sendiri saja akan kucoba sebisaku.

                         ~•~•~•~

Kulangkahkan kakiku menuju perpustakaan. Perpustakaan di sekolah ini selalu sepi hanya ada beberapa murid yang kulihat sedang membaca buku.

Kucari tempat yang nyaman untukku belajar. Akhirnya pilihanku jatuh pada meja pojok paling belakang. Meja itu masih kosong, ku langkahkan kakiku menuju tempat tersebut. Kutarik kursi dengan perlahan agar tak menimbulkan keributan. Lalu aku duduk dan mulai membuka buku pelajaranku, memulai pertempuranku dengan angka-angka. Ku perhatikan soal-soal yang pernah di berikan Kim ssaem. Awalnya mudah tapi semakin lama mengapa semakin sulit dan mataku jadi mengantuk. Sudah kutahan rasa kantukku ini tapi mataku makin terpejam dan akhirnya aku tertidur dengan posisi yang terduduk dan buku yang menjadi bantalan kepalaku.

"Ji-ah, ireona...!"

Kurasakan ada yang menepuk-nepuk pipiku, lalu kubuka mataku.

"Mau sampai kapan kau tidur di sini? Kalau mau tidur pulang sana tidurlah di kamarmu." Mengapa dia galak sekali memang nya dia yang punya perpustakaan.

"Mianhae, sebenarnya aku ingin belajar tapi malah tertidur." kupelankan suaraku takut mengganggu yang lainnya.

"Apa yang kau pelajari?" ia melihat buku yang tadi kubawa masih tergeletak di atas meja.

"Ooh, matematika."

"I-iya aku bodoh kalau berhubungan dengan rumus dan angka." jawabku dengan kepala yang tertunduk malu.

"Aku tahu." jawabnya.

Bagaimana ia tahu, oh iya kami kan satu kelas sejak kelas 10 tentu saja ia tahu.

Lalu ia mengajakku keluar dari perpustakaan. Kurapihkan bukuku lalu mengikutinya di belakang. Ia membeli dua kaleng minuman dari mesin penjual minuman lalu berjalan lagi menuju taman belakang sekolah.

Ia tidak duduk di kursi taman tapi lebih memilih duduk dibawah pohon besar yang ada di pinggiran kolam. Ia juga menyuruhku duduk disebelahnya dan memberikan satu kaleng minuman tadi yang sudah ia buka penutupnya.

"Kenapa kau mengajakku ke sini?" tanyaku penasaran.

"Di sini lebih nyaman dari pada di perpustakaan. Kau bisa menghirup udara yang segar daripada bau buku-buku."

Memang betul apa yang dia katakan di sini ada kolam, pepohonan dan juga bunga-bunga yang sedang mekar.

"Apa kau sering ke tempat ini?"

"Iya selain rooftop ini salah satu tempat yang kusuka di sekolah ini. Aku juga pernah beberapa kali melihatmu duduk di kursi itu sambil mendengarkan sesuatu dari ponselmu dengan menggunakan earphone." sambil menunjuk kursi yang memang sering ku duduki dengan dagunya.

"Benarkah?"

"Hmm." jawabnya singkat.

"Tapi Ji-ah tempat ini tidak mengingatkanmu tentang kenangan buruk kan?" tanyanya dengan nada sedikit ragu.

Kenangan buruk apa—? Ah pasti soal Jungkook dengan kekasihnya.

"Jungkook, maksudmu?"

"Hmm."

"Tidak, bahkan aku sudah melupakannya. Itu bukan hal yang harus diingat, iya kan?"

Jawabku pasti karena memang aku sudah tidak lagi memikirkannya, bahkan rasanya aku sudah tidak memiliki perasaan apapun padanya. Apakah terhadap Yoongi pun aku harus seperti itu, membuang semua perasaan yang kumiliki padanya karena dia pun sudah memiliki seorang kekasih.

"Baguslah." jawabnya sambil tersenyum.

"Mana tadi bukumu? Apa yang tidak kau mengerti? sini, biar kubantu."

Kubuka buku yang sedari tadi masih kupegang, lalu aku menunjukkan mana saja yang tidak kumengerti.

Yoongi mulai menjelaskan satu persatu sambil menuliskan semuanya diatas kertas kosong agar aku bisa mempelajarinya lagi dirumah, katanya. Aku sudah lebih mengerti sekarang ternyata tidak terlalu sulit, mungkin caranya menjelaskan yang lebih santai sehingga lebih mudah untuk kupahami.

Karena sudah selesai kututup bukuku dan tidak lupa kuucapkan terima kasih atas bantuannya mengajariku. Aku pun mengajaknya meninggalkan taman ini karena sudah senja aku harus pulang.

"Baiklah, ayo kita pulang biar kuantar kau sampai rumah." Ia menawarkan diri untuk mengantarku pulang.

"Tidak usah aku pulang sendiri saja, kau tidak usah mengantarku." aku menolaknya karena aku cukup tahu diri.

"Memangnya kenapa kau tidak mau ku antar pulang? Apa ibumu marah karena kau menginap dirumahku?"

"Bukan, bukan karena itu dan ibuku juga tidak marah aku sudah menjelaskan padanya."

"Lalu, karena apa?" tanyanya penuh penekanan.

" Aku takut kekasihmu yang marah, kau harusnya mengantarnya bukan aku." kujawab dengan pelan tapi masih tertangkap indera pendengarannya.

"Kekasihku—siapa?"

Dia malah bertanya siapa kekasihnya apa dia sudah lupa ingatan.

"Go Yemi, dia kekasihmu kan?"
Aku jadi bingung melihat ekspresi kagetnya, dia juga tertawa.

"Ya, Jieun sejak kapan Yemi itu jadi kekasihku dan juga kau dengar gosip itu darimana?"

Dia malah balik bertanya, apa aku salah. Aku melihat mereka di lapangan basket waktu itu, dan mereka terlihat mesra.

"Yemi itu kekasihnya Hoseok, bukan kekasihku. Aku kemarin membantu mendamaikan mereka karena terjadi kesalah pahaman. Jangan-jangan kau cemburu ya?"

Ternyata kekasihnya Hoseok berarti aku salah. Ah, aku jadi malu. Dan apa maksudnya aku cemburu.

"Ti-tidak kenapa juga aku cemburu."

Pasti pipiku sudah merah seperti kepiting rebus, karena malu. Tapi Yoongi malah senyum-senyum sambil mengacak-acak rambutku.

"Sekarang sudah maukan kuantar pulang?" Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkahnya. Lagi-lagi Yoongi membuat perasaanku berbunga-bunga.


150918

Hai, aku cuma mau bilang kalau ada yang kurang berkenan boleh komen kok. Atau mungkin cerita dan penulisannya kurang bagus, boleh kasih saran. Karna ini karya pertama aku jadi harap dimaklum ya kalau masih berantakan. Semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Thanks ya buat yg masih mau baca 🙏😘

I'm with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang