05

1.9K 217 0
                                    

Aku mendapat tugas kelompok untuk pelajaran sejarah tentang kebudayaan Korea. Dan aku satu kelompok dengan Yoongi. Akhir pekan ini kami akan mengerjakannya dirumah Yoongi.

Setelah pamit pada ibu, aku pergi ke rumah Yoongi menggunakan bus. Yoongi bilang rumahnya bercat putih dengan pintu pagar warna hitam.Setelah turun dari bus, aku berjalan kaki sambil mencari alamat rumah yang kemarin ia berikan padaku. Ternyata tidak terlalu sulit karena aku mengikuti petunjuk yang kemarin ia arahkan. Aku hanya harus berjalan lurus karena rumahnya ada di tepi jalan. Akhirnya aku menemukan rumahnya juga. Saat sampai didepan rumahnya, kutekan bel yang ada di dinding samping pintu pagar rumahnya.

Tak lama keluarlah seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Usianya tak jauh berbeda dengan ibuku, sepertinya. Ia menyuruhku masuk dan memintaku menunggu diruang tengah sementara ia memanggil putranya.

Rumah ini terlihat rapih dan ada beberapa foto tergantung di dinding. Foto keluarga Yoongi. Ternyata ia memiliki seorang kakak laki-laki.

Aku menolehkan kepalaku saat mendengar suara langkah kaki menuruni anak tangga.

"Kau sudah datang, tidak sulitkan mencari rumahku?"

"Ne, tidak sulit."

Sepertinya Yoongi baru selesai mandi. Ia mengenakan kaos putih polos dengan celana selututnya, terlihat lebih santai.

Yoongi mengajakku untuk mengerjakan tugas kami dikamarnya. Walaupun aku agak ragu dikamarnya hanya berdua. Ah, apa sih yang kupikirkan? Jangan berpikiran yang tidak-tidak!

Kamar Yoongi cukup rapih untuk ukuran kamar seorang anak laki-laki. Tidak terlalu luas tapi cukup nyaman dan bersih.

Ia menyuruhku duduk disampingnya. Didepan kami sudah terdapat sebuah laptop miliknya. Baru kami akan mulai mengerjakan tugas, pintu kamar diketuk dari luar dan Yoongi mempersilahkannya untuk masuk.

"Apakah eomma mengganggu kalian?"

Ternyata ibunya Yoongi, ia membawakan minuman dan kue-kue untuk camilan kami saat mengerjakan tugas.

"Maaf karena sudah membuat repot bibi." kataku sambil membungkukan sedikit badanku.

"Tenang saja, ini tidak merepotkan sama sekali. Kau teman Yoongi ya? Yoongi baru kali ini mengajak seorang gadis kerumah. Tadi siapa namamu? Bibi lupa."

"Namaku Han Jieun, bi. Bibi bisa memanggilku Jieun saja." jawabku malu-malu.

"Namamu cantik seperti orangnya." Ibu Yoongi melirik kearah Yoongi yang sedang sibuk dengan laptopnya.

"Eomma, sudahkan acara perkenalannya? Sekarang bisa tolong tinggalkan kami? Kalau tidak tugas ini tidak akan selesai. Dan terima kasih untuk camilannya."

"Baiklah, maaf kalau eomma sudah mengganggu kalian."

Bibi lalu keluar dari kamar masih dengan senyum di wajahnya. Aku yang jadi tak enak hati dengan perkataan Yoongi yang terlalu dingin terhadap ibunya sendiri. 

Setelah ibunya pergi kami mulai mengerjakan tugas yang lumayan melelahkan. Aku mendapat tugas mencari gambar-gambar bangunan bersejarah yang ada di negara ini, sedangkan Yoongi yang menyusunya menjadi makalah. Tidak terasa sudah cukup lama aku duduk disini sambil mengerjakan tugas ini hingga membuat pinggangku terasa pegal.

Kulihat Yoongi masih serius dengan laptopnya. Bukan baru kali ini aku melihat Yoongi dari jarak sedekat ini. Tapi kali ini wajahnya terlihat jelas, aroma parfumnya yang lembut tercium oleh indera penciumanku. Aku mulai menyukai aroma ini—wanginya Yoongi.

"Sudah puas memandangiku?" sontak aku terkejut dengan perkataannya yang tiba-tiba.

"Ti—tidak, siapa yang memandangimu?" Yoongi tertawa mendengar jawabanku.

"Sudah ketahuan masih tidak mengaku, pakai senyum-senyum lagi. Kau tidak berpikiran kotor tentangku 'kan?" Mataku melotot mendengar ucapannya.

"Tentu saja tidak, memangnya aku siapa?"

"Han Jieun, kau Jieun kan?"

"Bukan itu maksudku, ah sudahlah!"

Yoongi makin tertawa senang karena ia berhasil menggodaku. Akhirnya kami beristirahat sejenak menikmati camilan dan minuman yang tadi disediakan ibu Yoongi. Kue buatan ibu Yoongi sangat enak, kata Yoongi ibunya memang pandai membuat kue.

Yoongi menoleh dan menunjuk-nunjuk pipiku, namun aku tak mengerti maksudnya. Karena melihat aku yang kebingungan, ia lalu mendekatkan wajahnya dan jarinya mengusap pinggiran bibirku. Seketika nafasku tertahan dan jantungku berdebar kencang hingga kurasakan pipiku memanas. Ini kali kedua aku merasakan hal ini saat bersama Yoongi. Ya Tuhan, ada apa denganku?

"Sudah bersih. Kau ini anak gadis tapi makanmu berantakan."

Kulepaskan nafasku perlahan semoga Yoongi tak mendengar debaran jantungku yang makin kencang.

Karena hari sudah sore, Yoongi menyuruhku pulang ia takut ibuku merasa khawatir. Sisa tugas yang belum selesai dia yang akan menyelesaikannya. Setelah pamit kepada ibunya aku pulang dan Yoongi mengantarku dengan motornya. Sebenarnya aku menolak diantar olehnya, tapi Yoongi memaksa dan ia bilang dia khawatir kalau aku pulang sendiri. Ternyata dibalik sikap dinginnya Yoongi, dia sangat perhatian.


140718

Ellie

Hi, makasih buat yang sudah baca cerita ini. Semoga ga bosan ya 😊

I'm with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang