03

2.5K 218 3
                                    

Aku terlambat hari ini dan untung saja pintu gerbang sekolah belum ditutup. Aku berjalan menuju kelasku dengan sedikit tergesa. Syukurlah pelajaran belum dimulai.

"Kau terlambat, kukira kau tak masuk sekolah."

Aku hanya tersenyum saat Sohee sudah mulai berbicara. Dia hanya akan berhenti jika pelajaran sudah dimulai.

Setengah berbisik dia bilang, "Dari tadi Yoongi melihat terus kearah pintu, tapi begitu kau masuk dia langsung seperti itu."

Kuputar kepalaku kearah Yoongi, ia sedang bersandar dikursi dengan matanya yang terpejam.

"Kalian ada hubungan apa? Kalian berpacaran? Kuperhatikan kalian sering bersama."

"Tidak, kami hanya berteman." jawabku singkat.

"Kupikir dia suka padamu. Waktu kau pingsan saja dia langsung berlari dan dengan panik ia menggendongmu keruang UKS."

Sohee mengingat tentang kejadian tersebut karena ia juga menemani Yoongi saat itu, tetapi akhirnya ia kembali karena Yoongi bilang dia yang akan menemaniku. Benarkah apa yang Sohee katakan kalau Yoongi suka padaku? Tidak mungkin ia pasti hanya kasihan padaku. Ya, pasti karena itu.

•••


Siang ini aku makan bersama Sohee. Yoongi entah kemana karena ketika bel berbunyi ia langsung pergi, mungkin ada yang harus dia urus. Selesai makan, Sohee pergi menemui kekasihnya—Park Jimin—dan aku berakhir pergi ke taman belakang sekolah. Itu tempat favoritku disekolah ini karena sunyi, aku lebih suka tempat yang seperti ini. Tapi tidak kali ini, kulihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan di bangku taman yang biasa kutempati. Aku sangat terkejut melihat apa yang sedang mereka lakukan. Mereka sedang berciuman. Walaupun posisiku jauh dibelakang mereka tapi aku tahu lelaki itu Jeon Jungkook dan kekasihnya—Hwang Yerim. Melihat itu rasanya dadaku sesak, hatiku terasa perih melihat lelaki yang kusukai mencium gadis lain.


Aku harus pergi dari tempat ini. Seharusnya itu yang kulakukan tapi kakiku terasa berat seakan menempel di permukaan bumi. Namun seketika kurasakan tubuhku tertarik kebelakang, lalu kemudian seseorang menarikku pergi dari tempat ini. Terus menjauh hingga bayangan Jungkook tak terlihat lagi. Dan aku hanya bisa pasrah terus mengikuti langkahnya yang menaiki anak-anak tangga. Tibalah kami di rooftop sekolah, ia berhenti dan melepaskan genggaman tangannya.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membawaku kesini?"

Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutku.

"Kau sendiri apa yang kau lakukan di taman itu? Apa kau sedang mengintip orang yang sedang bermesraan?"

Dia balik bertanya padaku dengan sorot matanya yang tajam. Aku menundukkan kepalaku.

"A—aku tidak bermaksud seperti itu, aku tidak sengaja melihatnya." suara pelanku masih terdengar ditelinganya.

"Lalu kenapa kau tidak segera pergi? Apa kau tidak merasa sakit hati menyaksikan itu semua?"

Pertanyaannya sontak membuatku terkejut dan menatap wajahnya.

"Ke—kenapa aku harus sakit hati? Memangnya dia siapaku?" jawabku dengan bibir yang gemetar menahan air mata yang hendak turun.

Yoongi masih menatapku. "Kau suka padanya kan?"

"Si—siapa?"

"Jungkook. Jeon Jungkook, kau suka padanya kan?"

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Aku hanya diam menundukkan kepala tak berani lagi menatap matanya. Tak kuduga ia menarikku kedalam pelukannya. Yoongi memelukku dan mengusap punggungku.

"Menangislah kalau kau ingin menangis. Aku tahu rasanya pasti sakit. Aku akan tetap disini menemanimu sampai kau mengeluarkan semua rasa sakit hatimu."

Mendengar Yoongi mengatakan itu air mataku turun membasahi pipiku bahkan membasahi kemeja putih miliknya. Padahal awalnya kubilang aku tidak ingin menangis, tetapi pada akhirnya aku menangis dan terus menangis. Yoongi kian mengeratkan pelukannya dan terus mengusap punggungku.

Ia menghiburku. "Semua akan baik-baik saja."

Karena terus menangis tak terasa hari sudah semakin sore. Saat ini sekolah mungkin sudah sepi karena para siswa telah kembali kerumah masing-masing. Tinggal aku dan Yoongi yang tetap disini.

"Ayo kita pulang, hari sudah semakin petang."

Aku bangkit dan mengikuti langkah Yoongi. Kami berjalan menuju kelas yang sudah kosong dan mengambil tas yang masih tertinggal. Yoongi berjalan didepan dan aku masih dibelakangnya, memandangi punggung lelaki yang selama beberapa hari ini selalu menemaniku. Kami sudah tiba diparkiran sekolah, ia memberikan jaketnya padaku. Aku masih terdiam tak mengerti.

"Pakailah, udara mulai dingin nanti kau sakit."

Setelah aku selesai memakai jaketnya yang sedikit kebesaran, ia memasangkan helm dikepalaku. Matanya beradu dengan mataku, sesaat kami saling menatap.

Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku, seketika aku menahan nafas. Jantungku, kurasakan jantungku berdetak lebih cepat. Belum pernah kurasakan sensasi seperti ini. Setelah ia selesai memakaikan helm, wajahnya mulai menjauh. Kuhembuskan nafas yang tadi sempat kutahan. Hari ini Yoongi mengantarku pulang dengan sepeda motornya. Selama perjalanan, tak banyak yang kami bicarakan. Ia hanya bertanya tentang alamat rumahku setelah itu diam lagi.

Sampailah kami didepan pagar rumahku, aku pun turun melepas jaket dan penutup kepalaku lalu menyerahkan kembali padanya.

"Jadi ini rumahmu?"

"Iya, kau mau mampir dulu?" tanyaku.

"Tidak, terima kasih. Hari sudah senja aku harus pulang, mungkin lain kali saja."

Ia menyalakan kembali sepeda motornya.

"Yoongi, terima kasih."

"Terima kasih untuk apa?"

"Untuk hari ini, terima kasih telah menemaniku dan mengantarku pulang."

Kuberikan sedikit senyuman dibibirku, walau terasa sedikit aneh.

"Iya sama-sama, aku pulang dulu. Kau cepatlah masuk." Lalu Yoongi berlalu pergi dan menghilang bersama senja di sore hari.

300618
Ellie

I'm with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang